M.2

415 68 1
                                    

Di kantin, pikiranku masih belum berhenti memikirkan rumor gelap itu, dan ku rasa orang-orang belum bisa melupakan kejadian dua minggu yang lalu. Saat sahabat dari temanku ditemukan tewas di toilet tangga dengan satu jari buntung dan beberapa luka sayatan. Mengerikan.

Gerombolan cowok-cowok populer tiba-tiba lewat, membelah kerumunan orang-orang yang berdesakan. Di belakangnya, Leila mengekor diikuti Danti yang tertinggal cukup jauh.

"Ayo cepat, Dan! Kebiasaan banget lemotnya. Gercep dong, sekali-kali!"

***

Hari berlalu, keributan kembali terjadi di penghujung waktu sekolah. Para siswa kelas beramai-ramai menggotong seorang siswi. Entah siapa itu, wajahnya tertutup oleh orang-orang yang menjunjung dirinya.

"Eh, itu siapa sih?" tanyaku kepada teman di sebelah.

"Masa nggak tahu? Itu si Danti. Hari ini dia ulang tahun, teman-temannya mau nyeburin dia ke kolam renang. Itung-itung kenangan terakhir sebelum lulus."

"Wih, seru dong! Nggak ikut nonton?"

"Nggak, ah. Nggak terlalu kenal, cuma tahu namanya. Lagian dia juga pendiam, diceburin pasti bakal biasa aja. Nggak asyik!"

"Oh, ya udah." Aku berbalik, berlari kecil ke gedung olahraga.

Ini kesempatan bagus untuk memastikan apakah Danti bisa berenang atau tidak. Jika tidak, berarti dia memang benar takut tenggelam. Jika bisa, aku harus segera menanyakan padanya, apa yang selama ini ditakuti dari kolam renang? Siapa tahu jawaban Danti memberiku sedikit petunjuk tentang kasus kematian tragis di sekolah ini.

"Udah! Jangan kayak anak kecil!" kata Danti bernegosiasi di tepi kolam renang dengan tangan dan kaki masih dipegangi. "Beneran aku nggak bisa berenang! Kalau kelelep, siapa yang tanggung jawab, hah?!"

"Nggak akan kelelep. Kita di sini teman, bukan musuh. Masa lo kelelep kita diam aja?"

"Iya! Tahun terakhir juga! Paling nggak lo punya satu kenangan indah yang bisa dipamerin ke anak cucu."

"Nah, benar! Udah, ceburin aja!"

"JANGAN!!" teriakan Danti kembali terdengar. Raut wajahnya juga tampak sangat panik, berkombinasi sempurna dengan ketakutan. Sayangnya, setakut apapun Danti, teriakannya tetap seperti tertahan.

"Nggak akan kelelep, Danti!"

"Serius. Kalian akan menyesal karena sudah melemparku ke kolam!"

"Kenapa? Jatah tahun ini juga udah. Lo nggak akan kenapa-napa."

Tepat setelah itu, tubuh kurus Danti diangkat dan diayunkan pelan berulang kali sebagai ancang-ancang sebelum akhirnya...

Byurrr!

MasqueradeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang