PROLOG

112 12 4
                                    

Hai... Namaku Cathleen Meghan Claire, biasa dipanggil Cathleen, Cath, atau Cathy, yah sesukamu saja. Aku hanya seorang anak perempuan biasa yang duduk di bangku kelas XI SMA. Aku bersekolah di SMA Permata Indah, salah satu SMA favorit di daerahku. Aku baru pindah ke sekolah ini.

Aku punya 2 orang sahabat yaitu Rebecca dan Meghan, yap ntah kenapa ia punya nama yang sama dengan nama tengahku. Mereka berdua adalah orang yang tahu segalanya tentangku. Mereka juga dekat dengan keluargaku. Mereka selalu menemaniku apapun yang terjadi.

Aku juga punya mobil yang diberikan orang tuaku saat aku masuk SMA untuk ku pakai ke sekolah. Aku sangat menyukai mobil itu apalagi itu pemberian orang tuaku, aku memberinya nama "meidi".

Hari – hari di kehidupanku terasa sempurna,

walau ayahku meninggalkanku 2 tahun yang lalu. Aku tak tahu persis apa yang membuatnya lari dan meninggalkanku dengan ibu. Aku masih penasaran dengan kemana perginya ayah, tapi semakin ku pikirkan semakin besar rasa ingin tahuku dan semakin sesak pula dadaku saat mengingat masa – masa indahku bersamanya. Tapi biarlah, biarlah itu menjadi kenangan manis dan pahit yang akan terus terukir di dalam hatiku, biarlah itu menjadi memori indah yang akan terus kusimpan dan tak akan pernah tergantikan dengan apapun.

Kehidupanku di SMA kurang lebih sama dengan anak – anak SMA pada umumnya. Hanya saja aku mempunyai ibu yang tidak biasa, yang selalu menelfonku setiap pulang sekolah dan bertanya makanan apa yang ingin kumakan. Aku juga awalnya bertanya – tanya, mengapa dia selalu bertanya apa yang ingin ku makan, memasakanku sesuai dengan keinginanku. Setiap aku bertanya seperti itu, ia selalu menjawab

"Ibu memasakanmu seperti ini sebagai hadiah karena sudah mau mengikuti keinginan ibu untuk pergi ke sekolah" katanya dengan nada lembutnya yang khas. Ibuku adalah wanita terhebat dan terbaik yang pernah kutemui, percayalah, walaupun dia akhirnya mencari pengganti ayahku.

Aku tidak marah aku juga tidak menentang keputusan ibuku, karena aku yakin ibuku selalu mengambil keputusan terbaik untuk keluarga kecil kami. Aku berharap kejadian yang serupa di masa lalu tidak akan menimpaku lagi. Mungkin nasib berkata lain...

DECALCOMANIEWhere stories live. Discover now