Aku pun terbangun di tempat yang tak kukenal, Matahari yang terik menyinariku hingga aku harus memicingkan mataku. "Wahh...Cantik sekali" seorang bocah melewatiku, sepertinya dia terasa tidak asing. Yang benar saja dia adalah cath kecil.
Dimana ada cath kecil di situ pun ayah dan ibu kandung ku berada. Mereka terlihat sangat bahagia, Cath yang saat itu berumur 5 tahun berceloteh lucu dan berlarian kesana kemari. Ayah dan Ibu yang menyaksikan nya hanya tertawa gemas. Aku pun tersenyum melihat masa laluku yang indah itu.
"Andaikan...andaikan aku bisa merasakan masa itu lagi dimana semua masih sempurna..." tiba-tiba terdengar suara, Sontak membuatku terkejut. Aku pun berbalik. Di hadapanku terdapat cermin besar disana aku melihat diriku duduk dengan sembrono sambil menyengir
"Nih orang kok mirip gue??" tanyaku dalam hati
"Hihihii" dia tertawa dan membuatku merinding. "Bagaimana menurutmu? Hebatkan bisa berada disini. Tempat ini lebih baik dari tempat mu yang sebenarnya." Katanya sambil menyunggingkan senyum yang terlihat menyebalkan.
"Di mana ini?" tanyaku berusaha sopan
"Ini..di mana?? Lo itu kalo bego jangan kebangetan yah. Liat tuh baik-baik udah tau ini bukan dunia nyata pake nanya lagi. Ini tuh alam bawa sadar lo" katanya sambil meremehkanku.
"Disini lo bisa merasakan kebahagiaan yang udah lama lo dambakan, gue tau lo bahagia disini, ga kayak di luar sana terlalu banyak beban dan luka yang harus lo tanggung. Tapi lo itu lemah tau nggak? lo nggak bakal kuat ngadepin semua sendiri, karena itu gue ada disini."
Aku terkejut mendengarnya, dia nggak ada salahnya sih, emang benar gue lemah dan ingin berada disini lebih lama.
"Gue ini lo dan lo itu gue. Kita ini satu tapi berbeda. Lo yang tidak mampu menahan sakit dan pahitnya hidup. Semua itu gue yang tanggung..." dia berhenti sebelum baper, dan mulai menyengir "Karna itu lo tunggu aja disini selagi gue bersenang-senang" Dia tersenyum dan tertawa lepas...dan Menghilang dari hadapanku.
Tidak mengerti apa yang terjadi aku kembali menatap ke cath kecil. Tidak lama kemudian
Brakk
Rasanya seperti sudah menabrak sesuatu. Aku membuka mataku perlahan. "Cath nggak apa-apa??" tanya tante dengan nada khawatir "sudah tante bilang kan jalan itu hati-hati jangan sembrono kek gitu..liat tuh jadinya nabrak kan" lanjut nya.
"Tapi...tan..tante, kok cath nggak ingat tante ngomong gitu yah? Tadi juga perasaan Cath jatuhnya di sekitar lorong, kok sekarang cath ada di lobby?" aku bertanya dengan heran
"Nggak usah ngawur kamu yah, terus kamu belajar dari mana tuhh pake-pake lo gue lo gue ke tante sendiri?!" nada suara Tante naik.
Aku belum bisa mengerti kondisi saat ini, dan hanya memasang Muka Bengong khas Cathleen Meghan Claire.
Melihat muka ku, raut wajah tante pun menjadi serius "Cath...kamu beneran nggak ingat?" dengan polosnya aku mengangguk. Tante terlihat sangat khawatir, dan tiba-tiba tante menepuk dahi "Ohh iya! Cath, tadi tuh ada cowok yang ngebantuin kamu katanya sih teman kamu, terus nihh dia ninggalin ini." Kata tante sembari menyodorkan tas tangan yang sangat sederhana.
Aku mengintip isi dari tas itu dan mulai tersenyum kecil "Apaan tuh Cath, tante kepo nih" tante berusaha mengintip tas itu dan tentu saja aku tidak membiarkannya. Tante terlihat kesal dan mulai berceramah "Kenapa sihh Cath tan..."
BEEP BEEP...
Kalkson panjang menghentikan ceramah tante. "Hari ini kamu nginap dengan tante aja, setelah semua kejadian ini tante tahu kalau kamu nggak bakal kuat kembali ke rumah" perkataan tante membuatku kembali ke realita yang sebenarnya. Tante mengusap kepalaku dengan lembut "Yuk..om Anang udah nunggu" aku mengangguk.
Saat tiba di rumah Tante aku langsung merasa seperti ada api yang menyala di kepalaku, bagaimana tidak satu dari sekian banyak orang yang ku benci sedang berdiri di pintu siap menyambut ah tidak, lebih tepatnya membullyku "KITTY CATHH~" serunya dengan nada yang sangat menyebalkan
Dia berlari ke arahku dan memelukku namun aku menolak pelukannya dengan sopan "Ihh... Cathy kamu nggak rindu sama aku" katanya memelas "Denger yaahh... Calistaa si ratu drama no.1 seduniaa, tolong deh kalo di depan tante nggak usah akting gitu"
Dia Calista anak Tante sekaligus Sepupuku. Aku sangat tidak cocok dengan dia, jika diibaratkan kita seperti 2 kutub positif pada magnet yang dipaksakan bersatu.
Aku hanya mengabaikannya dan terus naik keatas "Minjem baju dong Lis," belum selesai aku berbicara menggebrak lemari pakaian di belakangku "Pinjam?? Kamu tuh nggak tau sopan banget yah, mentang-mentang kamu tamu bukan artinya kamu bisa minta ini itu seenak jidat" Ketus Calista "Iya maaf, Lis" kataku sambil menundukkan kepala.
Aku tidak suka saat Calista memperlakukan ku seperti ini. Bukan karena Calista terlihat menakutkan namun walaupun aku tidak takut aku tak bisa mengangkat kepala ku dan memandangnya. Yahh yang dikatakannya benar, dia yang mirip denganku benar AKU LEMAH.
"Kalo lo sadar diri, pinjamnya yang sopan dong! Nggak diajar apa dengan ortu lo!" aku terdiam ketusnya lagi "Oh iya yah gue lupa lo kan nggak dibesarin dengan ayah kandung lo" perkataan yang diucapkannya membuat dadaku sesak. Inginku berteriak "MASALAH KAMU APA SIH SAMA AKU!" tapi entah mengapa mulutku seperti terkunci, "Bilang aja" terdengar suara sayup-sayup. Aku mengangkat kepalaku dan melihat diriku tersenyum di dalam sana, "Serahin aja ke gue" katanya sambil tersenyum. Entah mengapa aku merasa lega mendengarnya dan kesadaranku berkurang. Setelah itu..
PRAANG
YOU ARE READING
DECALCOMANIE
RandomDi usia tertentu manusia sadar mereka memiliki tanggung jawab atas segala masalah hidup, begitupun aku. Aku yang baru menginjak masa akil balik mengalami banyak hal di luar kendali seperti KEHILANGAN ORANG YANG AKU SAYANGI. Aku tidak bisa menerimany...