Sindrom Tourette adalah gangguan yang menyebabkan penderitanya tiba-tiba melakukan gerakan atau ucapan berulang yang tidak disengaja dan di luar kendali, yang disebut tic.
Seorang pemuda. Ia tampan, tinggi, rambutnya berwarna hitam, kulitnya putih, dan ia sering di beri gelar Hamster oleh salah satu saudaranya.
Pemuda itu bernama Kim Seokjin. Ia baru saja selesai membaca sebuah artikel yang berhubungan dengan penyakitnya.
Ia menderita sindrom tersebut saat ia berusia 4 tahun, hingga usianya saat ini menginjak 20 tahun. Ia anak ke 3 dari 6 bersaudara. Ia memiliki 3 orang adik laki-laki. Dan adik yang paling bungsu sangat menyayanginya.
Ia juga memiliki satu saudara tertua yang sayang dan peduli padanya. Sedangkan ke-tiga saudaranya tidak menyukainya karena sindrom yang di deritanya.
Sindrom tersebut bukan penyakit yang mematikan. Hanya saja, akibat sindrom yang di deritanya. Ia harus menjalani hidup kurang menyenangkan.
Ia di kucilkan di sekolah. Ia tidak memiliki teman. Bahkan guru-guru banyak yang sering memarahinya, karena tidak peduli dengan posisi Seokjin.
Dulu, saat masih sekolah. Seokjin sering menyendiri. Ia memilih taman belakang sekolah sebagai tempat pribadinya. Tidak ada yang mengusiknya, dan setidaknya sindrom itu sedikit berkurang jika dirinya merasa aman.
Sekarang, Seokjin tidak kuliah. Karena banyak Universitas yang menolaknya.
Yah... Mungkin baginya ini jalan yang lebih baik. Seokjin lebih memilih untuk memberikan uang tabungannya agar salah satu adiknya bisa masuk kuliah.
Seokjin sering merasa bersalah. Karena sindrom yang di deritanya sejak kecil, membuat ayahnya memilih untuk tinggal di apartemen.
Karena ayahnya memilih pergi, maka dari itu beberapa saudaranya sering menyalahkan dirinya.
"Kau sedang apa, Jin?"
Seokjin bergegas menutup laptop miliknya, sewaktu mendengar suara kakaknya.
"Wak. Wak. Cik. Cik. Cik. Hanya melihat permainan piano. Wak. Wak." jawabnya dan kepalanya menoleh ke kanan berkali-kali.
"Hei. Jangan panik. Tenang Jin..." kakaknya memegang kedua pundaknya.
"..." Seokjin menatap kakaknya dengan tatapan bersalah.
"Maaf" ucapnya dan tertunduk.
"Kau harus bisa mengontrol rasa panikmu." ucap sang kakak padanya.
"Sampai kapan aku harus seperti ini, hyung?" tanyanya.
"Aku lelah. Wak. Wak. Wak. Cik. Cik. Cik." sang kakak memeluknya, Ia kasihan pada adiknya. Meski sudah mengkonsumsi obat untuk mengurangi sindrom tersebut agar tidak semakin memburuk. Namun, jika Seokjin panik, takut, dan merasa bersalah yang berlebihan, maka sindrom yang di deritanya akan semakin parah.
"Appa pergi dari rumah, karena ku. Hoseok hyung membenciku. Taehyung dan Jimin juga sering memarahiku."
"Kau masih memiliki ku, juga Kookie." ucapnya sambil mengelus punggungnya.
"Aku ingin seperti orang normal hyung. Aku ingin normal..." ia menangis di pelukan kakaknya.
"Wak. Wak. Wak. Cik. Cik. Cik." suara-suara itu akan selalu spontan keluar. Ia bahkan tidak bisa mencegahnya. Terkadang, jika Seokjin marah pada dirinya sendiri. Ia akan memasukkan apa saja ke dalam mulutnya, agar suara-suara itu tidak mengganggu saudaranya.
"Hei!! Bisa diam. Tidak?!! Berisik!!" seorang pemuda masuk ke kamarnya begitu saja, dan berseru padanya penuh kemarahan.
"Jimin!! Jangan membentak kakakmu seperti itu!!" tegur pemuda yang bernama Kim Namjoon pada adiknya.
Namjoon selalu membela Seokjin di depan saudaranya.
"Wak. Wak. Wak. Cik. Cik. Cik... Maaf... Wak. Wak... Jimin." sesal Seokjin dan gerakan kepalanya tidak bisa ia hentikan karena ia merasa ketakutan saat adiknya membentaknya.
"Kenapa?!! Suaranya sangat mengganggu konsentrasi ku!!"
"Jika kau merasa terganggu. Kau belajar saja di rumah temanmu!"
"Ck! Hyung bela saja si Tikus itu!" jawab Jimin tidak sopan.
"Jimin!!" seru Namjoon, namun Jimin pergi begitu saja.
"Sudah. Jangan menangis. Jangan dengarkan ocehannya yang menyakitkan." Namjoon berusaha menenangkan adiknya.
"Jin hyung." adik kecilnya yang masih SMA, datang menghampirinya.
"Jin hyung kenapa, hyung?" tanyanya pada Namjoon.
"Tidak apa-apa. Kau sudah selesai mengerjakan tugasmu?" tanya Namjoon.
"Sudah. Tadi aku mendengar suara Jimin hyung. Apa Jimin hyung marah-marah lagi?" tanyanya.
Seokjin menggelengkan kepalanya, "Tidak." bohong Seokjin.
"Hyung jangan bohong. Jika saja aku tadi mendengar langsung. Mungkin aku akan menghajar Jimin hyung." ucapnya lagi.
"Jangan pernah membelaku, Kookie. Jangan membuat mereka semakin membenciku." pintanya.
Jungkook kasihan melihat kakaknya yang sering menyalahkan dirinya, karena sindrom tersebut. Jungkook sendiri tidak mengerti kenapa saudara yang lain begitu membenci Seokjin.
Bersambung.
Sedikit dulu ya untuk pembukaan chapter pertamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Tourette" (BTS Family)
FanficTaehyung "Kenapa dia harus dilahirkan dengan penyakit seperti itu?! memalukan saja!" --- Jungkook "Kau pikir, Jin hyung yang menginginkan penyakit itu?! jika bukan karena Jin hyung, kau juga tidak akan bisa kuliah seperti sekarang!" --- Namjoon "He...