Semesta memberi candu pada senja yang hanya lewat. Dalam bait-bait canda dan tawa yang melekat. Dalam hati yang lama-lama terpikat. Tapi, yang ada hanyalah sekat. Saat kita bukan siapa - siapa dan hanya satu orang yang tersesat.
Semesta memberi pengajaran perihal menunggu. Saat kepedulian hanyalah hal yang membuang waktu. Karena, dia yang kau perhatikan saja tak pernah tau. Saat kau mengaguminya begitu terburu-buru dan tersungkur sendiri dalam haru biru. Karena, kita hanyalah orang lewat yang kebetulan saling tahu.
Semesta memberi tahu tentang persoalan hati. Yang tak mengerti prinsip kerja perbedaan tak berarti. Apa hanya kau layaknya arah matahari yang perlu di ikuti. Sedang kan, aku bumi yang hanya jadi pengikut yang baik dengan sakit tak terperi?
Untuk sekian kali nya seperti ini.
Semesta mengajarkan ku tentang menyikapi luka. Pada sebab yang kadang tak ku mengerti ada nya. Kenapa mesti merasa nestapa, saat semua baik- baik saja. Atau aku yang hanya pura-pura seakan tak terjadi apa-apa.
Baiklah..
Jika melupa adalah pilihan terakhir dari segala alasan untuk bertahan. Jika menyerah selalu jadi jalan dalam ketiadaan. Jika mengalah sebelum kalah selalu ku lakukan tanpa beban. Jika pilihan ku selalu lari dari kenyataan.
Biarkan..
Anggap saja kita hanya orang lewat dalam cerita ini. Yang sedikit memberi pengajaran tentang hidup dan mati.
Semoga kau selalu bahagia di sana.
1 APRIL 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Membiru
PoetryDear semesta.. Aku hanya ingin bicara. Aku hanya ingin bicara tanpa harus di dengar dunia. Aku hanya ingin berkata tanpa harus dimengerti manusia. Aku hanya berbisik pada-Nya sang Maha Pencipta. Tapi, kini.. biar ku ceritakan saja. Dalam bait - bait...