Bagi Sebagian Orang Terutama Maba, Sasori itu Tipe Senior Sableng yang seenaknya. Apalagi Ia Bertindak Sebagai Ketua BEM.
Apa-apa Jabatan.
'Gue Ketua. Lo mau Apa?!'
Selalu Saja Seperti Itu membuat Anggotanya Gondok setengah Mati. tapi ya mau bagaimana lagi, Sesableng apapun dia, Kerjaan Pasti beres. Otaknya Itu looh, Ga Perlu Diragukan Lagi. Hampir Menyamai bahkan mungkin melebihi Nara Dan Uchiha.
Tapi Bagi Naruto, Sasori Itu Abang Tersweet, Terbaik, Tercinta dan Pokoknya Ter ter ter. Abang Yang Rela Lakuin Apa Aja Buat adek cewek satu-satunya Ini karena Emang Ga punya Adek Lagi.
Naruto Sejak Usia 10 Tahun Tinggal Di London Dan Pindah Kembali ke Jepang Saat Kelas 3 SMA. Sebulan Setelah Penerimaan Siswa Baru Di salah satu Sekolah Elite, Ia Mendaftar.
Hari Ini Hari Pertamanya. Ia Menatap Keluar Jendela Mobil yang tumpanginya. Si abang Masih Ngambek perihal Om om Tadi Padahal Dia Cuma Bercanda.
Naruto Menunduk, Ia Ga suka Diem-dieman Gini. Rasanya Ga enak, Dia Itu sosok Yang Cerewet dan Ga bisa Diem, Tapi Sasori yang Bete kayak gini malah bikin suasana canggung .
"Abang, Maaf. Adek bercandanya Kelewatan." Cicit Naruto akhirnya.
Sasori Menghela Nafas. Ia Membelokkan Mobilnya Memasuki Sekolah Si Adek, Beberapa Orang Menatap Takjub Mobil Lamborghini Veneno berwarna Merah Tersebut.
"Udah Nyampe, Turun!" Ujar Sasori Dingin.
Naruto Mendongak, Menatap Si abang Dengan Mata Sendu. Sasori bener-bener Marah. Harusnya Naruto Inget Kalo Abangnya Ini Paling Anti Sama Hal Hal berbau bxb, Apalagi Kalo soal Om-Om.
"Abang," Panggil Naruto Pelan Namun Sasori Malah Mendelik.
Naruto Takut, Tatapan Sasori ini Hampir Menyamai Tatapan Sang papi jika Sudah Marah.
"Gue Bilang Turun Ya Turun!" Bentak Sasori Seraya Memukul Stir Mobil Membuat Tubuh Naruto Seketika Bergetar Dan Gadis Tersebut Segera Membuka pintu Mobil lalu Turun dengan Tergesa.
Naruto Berlari Tak Peduli jika Beberapa kali Nyaris Jatuh. Tatapan Sasori dan Bentakannya Membuat Dirinya Takut.
Sasori Mengatur Nafasnya.Ia Menyesal, Seharusnya Tak Semarah itu padahal Naruto Hanya Bercanda. Tapi Candaan Naruto Justru membuat Rasa Takut Sasori Yang awalnya Tak Dipedulikan Kini Muncul ke permukaan.
Naruto mendudukkan Tubuhnya Di Kursi lorong sekolah. Ia Tak memperdulikan tatapan Orang-orang. Banyak Yang Penasaran Karena Wajahnya Yang Asing, Tubuhnya Masih Bergetar, wajahnya Juga Pucat. Ia Mencoba Bernafas Namun Sesak.
Serangan panik.
Wajah Marah Sasori, Bentakan Sasori Dan Tatapan Matanya Cukup Membuat Ia Terkena Serangan Panik.
Beberapa Orang Menghampirinya. Bertanya Yang justru Membuat Nafasnya Kian Tercekik.
"Mundur, Dia Kena Serangan panik." Salah Satu Siswi Dengan Badge PMI segera Menghampiri. Ia Jarang Melihat Siswi Disekolah Ini yang mengalami panic Attack seperti Naruto.
"Coba Buat Nafas Pelan-pelan." Ujarnya Membuat Naruto menatap Mata Cokelat Gadis Bercepol Dua Tersebut.
"Dari Hidung Ke Mulut, Pelan-pelan".
Naruto Mengikuti Ucapan Gadis Tersebut. Pelan-pelan Ia Mampu Bernafas Normal. Namun Tubuhnya Masih Bergetar.
"Ada Apa ini? Bel Sudah Masuk Kenapa masih Berkerumun?" Suara Seseorang Menginterupsi. Sebagian Berlari Memasuki Ruang Kelas Sebagian Lagi masih Bertahan Mencoba Menjelaskan.
"Dia Kena serangan Panik bu. Badannya Masih Gemeteran."Jelas Siswi Berambut Hitam.
Guru Berambut Panjang Tersebut Mendekat. Menatap Sosok Pirang Yang Tengah Meminum Air yang disodorkan Siswi Tadi.
"Kamu Murid Baru?" Tanya Guru Bername Tag Kurenai Yuhii.
Kurenai Duduk Disamping Naruto, Mengelus Punggung Kecilnya.
"I..iya" Jawab Naruto Terbata, Tubuhnya Lemas.
"Kita Ke Uks Ya." Ajak Kurenai Namun Naruto Menggeleng Dengan Cepat.
"Siapa Nama Kamu Biar Ibu Bisa nelepon Ibu Kamu?" Tanya Kurenai Lembut.
"Na-Namikaze Na-Naruto" Cicitnya Pelan.
.
.
.
.
.
.
Kushina Melangkahkan Kakinya Saat Telepon Rumah Berbunyi."Ya, Dengan Namikaze Kushina Disini"
"......."
"Apa? Baiklah, Saya akan Menjemputnya." Jawab Kushina Sedikit Panik.
"Iruka!" Panggilnya Pada Asisten Pribadinya.
Kushina Mengambil Ponselnya Mencoba Menghubungi Minato Namun Tak Diangkat Juga.
"Ya Nyonya, Ada apa??" Tanya Iruka Sopan.
"Antar Saya Ke Sekolah Naruto." Ujar Kushina Lalu Berjalan Cepat Menuju Mobil.
Iruka Segera Mengambil Kunci Mobil yang Menggantung Lalu Menyusul Kushina.
.
.
.
.
.
.
"Woi Sas, Pagi Pagi Muka lu dah Cemberut Aja".Sasori Melirik Sadis Pada Orang Yang Merangkulnya. Ia Segera Menepis Lengan Pemuda tersebut Lalu Menjauh.
"Napa Sih, Sensi Amat" Ujar Temannya tadi.
"Jauh-jauh Dari gue keriput." Ujarnya Malas.
"pagi-pagi Dan Mesra-mesraan Aja Si bang" Sahut Salah Satu Dibelakang Mereka membuat Sasori Berbalik Hendak Melayangkan Tinju.
"Apa???" Desis Sasori.
"Lo pagi-pagi Udah Nempel aja ma Bang Ita."
"sekali Lagi lo ngebacot hal yang Ga Guna. Gue pastiin Selama Semester Ini lo ga akan Tidur dikampus." Ancam Sasori Membuat Shikamaru-Pemuda Tadi- Menguap Malas.
"Gue pass" Jawabnya Lalu Melenggang Pergi.
Pagi-pagi Mood Sasori Udah Kek Singa Bunting. Ga Baik Buat Jiwa Maupun Raga.
"Sai!!!!!"
Pemuda yang dipanggil Sasori menoleh. Ia Segera Menghampiri Sasori.
"Bawa Ini ke ruang BEM. Gue Ga mau Tau Jam 10 Nanti Semua Anggota Harus Udah ngumpul. Dan Pastiin Laporan yang Mereka Buat Udah Selesai. Jangan Sampe ada Yang pass Atau Gue yang Turun tangan Langsung" Ujar Sasori Membuat Sai Berkeringat Dingin.
"Bang, Gue Ada A.."
"Khusus Buat Lo, Kalo Sampe Pass, Gue pastiin 1,5 Tahun Lo disini Berasa Kayak Di Neraka." Ujar Sasori Lagi Dengan Seringai Kejinya.
Sai Memilih mengangguk. menolak Ucapan Sasori sama saja Menantang Maut.
Itachi Mendengus. "Lo Makin sadis. Ada Masalah???!" Tanya Itachi Membuat Sasori Menatap Matanya.
"Lo ga perlu Tau" bisik Sasori Lalu Melangkah Pergi.
"Dasar Setan Merah, Apa Berantem Sama Ceweknya???!" Asumsi Itachi Mengabaikan Tatapan Mahasiswi Yang memujanya.
.
.
.
.
.
.
Kushina Dengan Telaten Mengelap Keringat Yang Membasahi Wajah Puterinya. Ia Baru Ingat Jika Pagi Tadi Minato Berangkat Ke Kyoto Untuk Urusan Bisnis Dan Mungkin akan Pulang Malam. Sasori Juga Sedari Tadi tak Mengangkat Teleponnya.Naruto Demam.
Ini jarang Terjadi. Bahkan Seharusnya Tidak terjadi.
"Ma..maafin Naru"
Kushina Menatap Naruto Yang Mengigau. Apa Mungkin Bertengkar Dengan Sasori Karena Perihal Pagi tadi.
Tangan Ringkih Kushina Bergetar. Tidak Lagi.
Kenapa Harus Putera-Puterinya??!!
Ia Tidak Bisa Membayangkan Jika Apa yang ditakutkannya Kembali Terjadi.
Kembali Melukai Baik Naruto Maupun Sasori Begitu Dalam.
Ia Tak Ingin lagi Dipisahkan Dengan Naruto.
'Kami-sama Aku Harus Bagaimana!' Jerit nya Dalam Hati.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Daily Insta-Life
FanfictionHanya Keseharian Seorang Namikaze Naruto. Fakestagram FakeWhatsapp