1

483 20 0
                                    

7 tahun lalu, Sanbon-dong.

Seorang gadis kecil nampak ketakutan melihat sesuatu itu. Bukan tanpa alasan gadis itu takut, sesuatu itu terlihat mengerikan dengan tubuh nya yang hancur dan penuh darah.

Sendirian dirumah karena sang kakak yang telah pindah ke asrama sekolah, sang ibu yang entah pergi kemana, dan sang ayah yang belum pulang dari tugasnya.

Dia harus bertemu oleh sesuatu itu seorang diri. Sesuatu itu melemparkan senyum nya. Menarik kedua sudut bibirnya sampai robek dan tangannya yang membawa gunting rumput.

"A.. Ayah." gumam sang gadis mengharapkan sang ayah agar datang menolongnya, walau dia tau sang ayah tidak akan pulang sebelum tugas di kantornya selesai.

Kaki mungil nya dilangkahkan kebelakang untuk menjaga jarak dengan sesuatu itu. Semakin gadis itu melangkah kebelakang, semakin maju pula sesuatu itu melangkah kedepan.

"Kenapa? Aku cantikkan?" sesuatu itu bertanya dengan tatapan yang tajam. Hawa ingin membunuh terasa oleh sang gadis.

Gadis itu tidak menjawabnya. Hanya diam sambil terus melangkah mundur untuk memberi jarak dari nya. Tapi sesuatu itu terlihat semakin mengerikan dan terbang kearahnya dengan membawa gunting rumput untuk memutuskan kepala sang gadis dari badannya.

"AYAH!!!"

Teriakan sang gadis menggelegar di rumahnya yang sepi. Tepat ketika teriakannya menghilang, suara pintu terbuka dan langkah tergesa terdengar mendekati sang gadis.

"Pergi kau! Anakku tidak ada hubungannya dengan kematianmu."

Rupanya yang datang adalah sang ayah dengan sang kakak. Sang kakak yang melihat dengan mata kepala sendiri sesuatu itu syok. Dia ingat, sang adik selalu bercerita tentang sesuatu yang berbeda-beda setiap harinya.

Dia tidak pernah mempercayainya dan selalu menganggap sang adik hanya berimajinasi. Tapi kali ini tidak. Dia melihatnya. Dia jadi merasa bersalah pada sang adik.

Sedangkan sang ayah setelah mengatakan itu membuat sesuatu itu berhenti di tempat nya. Tidak memutar tubuh untuk menatap ayah gadis kecil itu, tapi kepalanya berputar 180° menghadap kedua orang itu.

Sang kakak yang melihat itu berteriak ketakutan. "Oh? Sungguh? Kalau begitu, biar aku bawa saja dia. Kikikikikik."

Suara tawa itu menggelegar membuat siapa saja yang mendengar merinding ketakutan. "Kasusmu sedang aku usut, jadi tinggalkan gadis itu atau kasusmu tidak akan aku usut sampai tuntas." ancam ayah sang gadis.

"Kalau begitu usut sampai tuntas jika tidak, aku akan membawanya. Kikikikikik."

Lagi, sekali lagi tawa itu menggelegar. Bersamaan dengan redanya tawa itu, hilanglah sesuatu itu dari hadapan mereka bertiga.

----

2016, Seoul.

Sang gadis kini sudah berumur 17 tahun. Kim Jisoo namanya. Dia adalah gadis pendiam, dingin, datar, mandiri dan juga lebih senang sendirian. Bukan tanpa alasan, dia menjadi pendiam karena kejadian tujuh tahun lalu. Satu bulan setelah itu, sang ayah meninggal karena terbunuh waktu misi.

Sejak itu pula, kakaknya tidak menganggapnya dan sang ibu yang tidak memperdulikannya. Oleh sebab itu dia terbiasa dengan kesendiriannya.

Kini kakinya melangkah memasuki gerbang sekolahnya. Crystal River High School. Sekolah ini dekat dengan sungai yang bagaikan kristal. Airnya selalu membeku walau dimusim panas sekalipun.

Didekat CRHS terdapat hutan lebat yang konon tempat tinggal makhluk-makhluk itu. Banyak mitos-mitos yang tersebar diantara para siswa secara turun temurun yang menambah kesan angker di sekolahan itu.

Tapi bagi Jisoo itu semua tidak ada yang bisa dipercaya. Karena setiap dia bertanya, kepada teman-temannya tentang pernahkah mereka melihat dengan mata kepala sendiri, teman-teman kelasnya selalu mengelak dan juga mengalihkan topik.

----

Fiksi pertamaku untuk genre horor. Maaf kalau kurang dapet feelnya. Semoga suka.

BLACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang