Prolog

81 1 0
                                    

31 Desember 2017

Angin berhembus memecahkan dedaunan. Di alun-alun kota, manusia berjajar dipinggiran. Menikmati gemerlap lampu jalan dengan keramaian para pedagang.

Diantara puluhan orang yang akan menyambut tahun baru dengan haru. Seorang laki-laki berjalan dengan cepat. Ia tampak menjauh dari kerumunan, menyusuri toko demi toko yang telah lama tutup. Membelokan kakinya ditikungan hingga terlihat masjid tak jauh dari seberang.

Belum sampai pelataran masjid, matanya menangkap sesuatu yang menggetarkan hatinya. Seorang perempuan sedang digoda beberapa pereman. Gang kecil yang terlihat dari jalan itu memang terlihat sepi. Sebab diapit dinding toko yang menjulang tinggi.

"Woyyy...."

Laki-laki berkaos hitam berteriak menghampiri para pereman.

"Lepasin dia."

"Wihhh, ada pahlawan ni." pereman itu tertawa.

"Cuuihhh, anak ingusan mau cari mati kau."

"Lepasin dia bang, dia istri saya."

"Cewek cantik gini kok dibiarin sendirian. Mending sama kita, ya gak cantik."

Pereman itu mencoba membelai sang perempuan. Namun ditepisnya.

"Sial," umpat sang pereman kala perempuan yang dipegangnya lari setelah dengan keras menginjak kakinya.

"Habisin bung." Sang ketua memberi aba-aba kepada anak buahnya.

"Lari...."

Laki-laki itu menarik perempuan yang diakui istrinya. Mereka berlari keluar gang. Dan berbelok kearah parkiran masjid.

Huufftttt.

Mereka bersembunyi dibelakang sedan putih. Matanya waspada kearah jalan. Terlihat para pereman berjalan menjauhi mereka berdua.

"Kamu gak papa?" tanya lelaki itu khawatir setelah perempuan disampingnya meringis dibalik wajah yang tertutup masker.

Perempuan itu menggeleng pelan. Matanya terlihat berkaca. Menatap tangannya degan nanar.

Lelaki itu menguarkan smartphone dari saku celananya.

"Assalamualaikum Na, saya ada urusan penting. Nanti saya hubungin lagi."

Mereka berjalan keujung parkiran.

"Mari saya antar pulang."
.
.
.
.
.
*cerita baru, semoga suka

El-BanatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang