Satu.

76 9 1
                                    

Aku lebih suka menyebutkan nama panjang sebelum nama panggilan. Azizah Tsurayya, Azizah. Aku bangga dengan nama belakangku, 'Tsurayya', Ayah bilang arti dari nama belakangku adalah Kumpulan Bintang, maka dari itu aku sangat menyukai bintang. Ah, Ayah, yang mungkin saat ini sedang berada di atas langit dan selalu memandangiku. Bunda, sejak aku masih duduk dibangku SD sudah berperan ganda. Bunda adalah Ibu sekaligus Ayah bagiku.

Selepas meninggalnya Ayah, selang waktu 4 minggu. Kami dan Nenek meninggalkan Bandung dan memutuskan menetap di Jakarta sampai hari ini. Bunda memiliki masalah dengan perusahaan tempat dia bekerja sebelumnya. Barangkali dia jenuh dengan pekerjaanya. Ada banyak hal yang tidak aku mengerti dari hari itu, mungkin menurut mereka aku masih terlalu kecil untuk mengetahui semuanya.

Bunda akhirnya kembali bekerja setelah 3 bulan mengurung diri di rumah. Waktu kecil, aku sama sekali tidak mengerti dengan kondisi Bunda yang terus-menerus mengurung diri dan bersedih. Kalau boleh jujur, aku juga sedih melihat Bunda seperti itu. Untungnya ada Nenek yang mengurus kami. Tante Silvi sahabat bunda dan tetangga kami yang melamarkan pekerjaan untuk Bunda, di sebuah perusahaan telekomunikasi taraf nasional sebagai operator penerima telepon. Sekarang aku baru tahu bahwa Bunda dulu mengalami fase depresi; suami meninggal, hilang pekerjaan, pindah kota, dan aku pindah sekolah.

Nenek, adalah sosok yang ramah dan penyayang, ditambah lagi nenek seorang yang sangat agamais, tak pernah absen untuk mengingatkanku memakai penutup kepala atau yang biasa kalian kenal adalah hijab. Aku seringkali tidak mendengarkan ucapan nenek, jikapun dengar aku hanya mengangguk dan tetap membiarkan rambutku terurai dengan cantik. Bandel bukan?

Bunda selalu membebaskanku, dan aku senang karena Bunda tidak memaksa memakai hijab. Namun semenjak Ayah meninggal, Bunda menjadi lebih keras dan pemaksa, terus-menerus menyuruhku untuk memakai hijab. Akhir-akhir ini Bunda selalu bilang, ''Kamu mau Ayah masuk neraka?'' aku hanya menggeleng dan tetap tidak setuju dengan ucapan Bunda dan Nenek yang menyuruhku untuk memakai hijab.

Menyebalkan, apa mereka tidak mau mengerti diriku sedikit saja, aku hanya ingin tampil cantik dan menurutku memakai hijab hanya akan membuat gerah dan juga panas. Teman-teman sekolahku selalu tampil cantik dengan rambut panjang yang mereka buat semenarik mungkin untuk diperlihatkan, benar-benar membuat iri.

•••

Assalamu'alaikum, jangan lupa tinggalkan jejak.

Regards🍦

Nida Zhafirah
-April 2020

Gadis dan Penutup KepalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang