2014-2015
Sabtu sore aku berkunjung kerumah tante Silvi, karena sudah ada janji - lebih tepatnya tante Silvi sendirilah yang buat janji akan mengajakku ke salah satu pusat perbelanjaan di daerah Jakarta selatan. Katanya menemani belanja bulanan sekaligus cuci mata. Tak bisa menolak ajakan manisnya, dan hitung-hitung refreshing otak karena kami – Bagas dan aku baru saja selesai ulangan akhir sekolah, bulan depan kami akan menerima pengumuman kelulusan. Saat itu aku mengenakan skinny jeans hitam dan baju polos lengan pendek, dan tas punggung kecil bergambar pita.
Sesampai di Mall tersebut kami bukan hanya bertiga, tante Silvi mengajak keponakannya yang lebih tua dua tahun dariku. Suasana dalam mall cukup ramai tapi aku merasa sangat sendiri dibangunan seluas ini, bukan tak diajak mengobrol dengan mereka, sering kali mereka menanyakan hal ini itu kepadaku dan keponakannya yang kutahu bernama Mira, ia sangat ramah dan mudah akrab, dan juga terlihat anggun dengan gamis dan jilbab berwarna pastel nya itu. Aku merasa hanya kurang nyaman saja Mira dan tante Silvi memakai pakaian yang tertutup sedangkan aku, memakai pakaian seperti ini walaupun menurutku sudah terbilang sopan untuk anak seusia ku.
Bagas, Mira dan, aku pergi ke toko buku. Tempat yang baru pertama kali kumasuki, mungkin. Aku tidak ingat pernah ketoko buku sebelumnya, Bunda selalu sibuk dengan urusan pekerjaannya. Nenek sudah tua nggak mungkin kalau aku ajak dia ketempat-tempat jauh. Pertama kali menginjakkan kaki ditoko buku ini, aku sudah disambut dengan beragam bau yang entahlah aku nggak bisa mendeskripsikan, yang aku tahu bau ini sangat membuat diriku nyaman dan juga candu. Aku suka tempat ini.
Bagas sudah beralih ke sudut belakang, mungkin tempat beragam komik, dia suka baca buku dengan gambar kartun. Mira yang aku sadari sudah mendahuluiku masuk ke toko buku ini sedang menjelajah rak-rak yang dipenuhi beragam buku tebal dengan sampul warna-warni. Ah ternyata buku novel.
Aku berjalan mendekati Mira, karna aku bingung dan takut tersesat, toko ini lumayan besar dan dipenuhi beragam rak-rak yang lebih tinggi dari tinggi badanku. Aku melihat salah satu buku novel yang sampulnya sangat menarik perhatianku, aku membaca tulisan di sampul belakangnya, dan meneliti bagian-bagian sampulnya. Aku mau baca ini, batinku.
Setelah memakan waktu yang cukup lama ditoko buku, masing-masing dari kami membawa kantong belanjaan yang berisi buku-buku yang kami pilih. Mira mengajak aku dan Bagas menemui tante Silvi, karena tante Silvi pergi ke swalayan sendirian dan membebaskan kami untuk mengelilingi mall ini. Saat menuju ke swalayan tempat tante Silvi berada, kami melewati sebuah toko pakaian yang menarik perhatian Mira.
"Azizah sini deh," tanganku di tarik oleh Mira ke salah satu toko yang menarik perhatiannya, toko pakaian busana muslim, Bagas hanya mengikuti kami. ''Zah coba liat deh, bagus ya gamis nya.'' aku hanya tersenyum, bingung mau menanggapi Mira bagaimana.
''Coba deh lu pakai ini Zah, bentaran aja.'' Tunjuk Bagas pada salah satu gamis dan juga jilbab yang senada warnanya, Mira menyetujui ucapan Bagas.
''Nggak deh,'' Aku menolak. Mereka tetap memaksa ku untuk memakai pakaian itu, dan aku tetap juga menolaknya. Akhirnya mereka pasrah.
''Kenapa sih Zah nggak mau dicoba dulu? Bagus lho, cocok juga warna nya sama kamu. Kalau kamu pakai gamis dan jilbab itu aku yakin kamu makin cantik dan juga lebih tertutup aurat kamu,'' Ucap Mira dengan senyuman lesung pipit yang ia punya. ''Lagipula memangnya kamu mau tubuh kamu diliat oleh semua para mata laki-laki yang bukan mahram kamu? Syukur-syukur dia nggak berpikir yang aneh-aneh saat liat kamu.'' Tambahnya lagi dengan kekehannya.
Saat itu aku seperti disambar petir mendengar ucapannya, dan berpikir apa omongan dia benar dan bisa aku percaya. Iya sih, Bunda dan Nenek juga pernah bilang begitu tapi masih kuragukan dan juga aku masih ingin memperlihatkan rambut panjang ku. Setelah dari toko busana muslim, pikiranku kemana-mana dan sangat kacau, saat itu juga rasanya aku ingin pulang kerumah dan tidur dikasur nyamanku.
Ternyata harapan hanyalah sebuah angan saja. Tante Silvi membawa kami ketempat makan karena Bagas bilang perutnya sudah lapar sejak tadi. Sesampai disana aku hanya memesan minuman dengan campuran eskrim karena entah mengapa aku merasa mual dengan pikiranku yang sedang kacau ini.
Waktu berlangsung dengan begitu lambat, entah mungkin sudah lumayan lama kami berada didalam mall tersebut. Tadi kami pulang pukul 9 malam, dan pukul 10 kami baru benar-benar sampai dirumah karena kondisi dijalan yang cukup ramai, sehingga mengakibatkan macet. Tak heran lagi karena ini sabtu malam, besoknya adalah hari kebebasan bagi para pekerja dan pelajar. Ada yang menggunakan hari tersebut untuk bertemu keluarga, refreshing seperti aku, atau hanya menikmati dengan istirahat dirumah.
Sekarang aku sudah berada dikasur nyamanku, sudah mengganti baju, dan rasanya aku hanya ingin tidur secepat mungkin. Tapi lagi-lagi aku teringat dengan ucapan Mira saat di toko busana muslim. Sungguh lelah rasanya. Ditambah lagi sewaktu aku turun dari mobil tante Silvi dia membisikkan sesuatu kepadaku, ''Aku harap saat kita ketemu lagi nanti kamu sudah merubah penampilan kamu Zah,'' Seperti itulah kira-kira yang kutangkap dari ucapannya tersebut.
Cukup. Aku butuh segelas susu hangat untuk menemani malamku sejenak. Bunda dan Nenek sudah tidur, karna ini sudah larut malam. Saat susu hangat sudah ku minum setengah gelas sambil menatap boneka biruku, pikiranku melayang-layang lagi dengan ucapan Mira, ''Lagipula memangnya kamu mau tubuh kamu diliat oleh semua para mata laki-laki yang bukan mahram kamu? Syukur-syukur dia nggak berpikir yang aneh-aneh saat liat kamu.''
Ditambah lagi dengan ucapan Bunda dan Nenek,
''Kamu mau Ayah masuk neraka?''
'' Tapi, lebih cantik lagi kalau Njah mau pakai hijab.''
''Kalau kamu mau pakai hijab, pasti rambut kamu nggak akan berantakan dan bau asap.''
Dan masih banyak lagi, pusing mendera kepalaku. Pikiran tersebut seperti menghantuiku malam ini. Aku lelah. Aku ingin tidur.
•••
Assalamu'alaikum, jangan lupa tinggalkan jejak.
Regards🍦
Nida Zhafirah
-April 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis dan Penutup Kepala
Teen Fiction( Apa tidak panas memakai seperti itu? ) Aku pernah beranggapan bahwa memakai pakaian seperti itu hanya menghambatku dalam berteman dan bergaul, beranggapan bahwa memakai penutup kepala hanya akan membuat kepalaku panas dan menutup rambut cantik yan...