Chapter 8

9 3 2
                                    

Pintu dibuka, "apa ini Mini? Ini hanya sebuah perpustakaan kecil." kataky sedikit kesal.

"Tenanglah dulu kamu belum melihatnya. Coba Dwi kamu ambil buku di pojok atas itu!" Sambil menunjukkan tangannya ke arah pojok rak buku, Mini tersenyum menggodaku.

Dwi pun mengangguk tanpa berkata apa-apa. Dia langsung mengambil buku itu. Namun yang terjafi rak berputar dan seketika itu juga mereka berpindah di sisi lain rak tersebut.

"Pintu apa ini? Dan kita...?"

"Nyanyikanlah lagu yang sering kalian nyanyikan saat bersama ibu kalian!"

"Lagu...?" kataku.

"Iya lagu saat kalian masih kecil dulu."

"Iya aku tau maksudnya mungkin lagu kasih ibu Kak. Dulu kita sering menyanyikannya bersama ibu."

"Baiklah kita coba. Tapi awas jika kamu hanya mengerjain kami!" Tatapanku sinis ke Mini.

"Tenang saja, sudah sejauh ini juga. Sudah percayalah." Mini menyakinkan kami.

Aku dan Dwi mulain menyanyikan lagu itu

Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia

Pintu di depan kami terbuka.

"Ayo masuk, kita naik lift portable ini!"

"Lift portable?"

"Iya lift portable, dengan lift ini kita bisa ke mana saja tanpa harus takut jatuh. Mungkin kalian sudah pernah dengar sebelumnya lift ini sangat fleksibel, bisa bergerak kesegala arah tanpa adanya kabel, bisa terbang, bahkan menembus tanah. Ini adalah salah satu teknologi yang ibu kalian buat. Sangat menakjubkan bukan?"

"Benar ibu sangat luar biasa." Dwi bergumam kagum.

"Ibu memanglah hebat, dia bukan saja seorang ibu yang baik juga ilmuan yang hebat." tambahku merasa bangga dengan kehebatan ibu yang membuatku semakin tidak sabar bertemu dengannya.

"Kita sudah sampai."

Pintu lift terbuka. Seorang wanita paruh baya berdiri di depan pintu lift, seolah telah tau kami akan datang dan menunggu kedatangan kami. Kami kenal siapa wanita ibu.

"Ibu...."

Tanpa berkata-kata Dwi memeluk ibu. Menangis terharu. Melihat ibu yang selama ini dirindukannya.

Seolah tak percaya dengan apa yang aku lihat saat ini di depanku. Mataku tak terasa berkaca-kaca namun aku harus airmataku. Terdiam terpaku menatap ibuku.

"Eka ... Kamu tak ingin memeluk ibu juga? Suara lembut ibu menyapaku.

Aku langsung memeluk ibuku, tanpa berkata apa-apa kuhanya bisa memeluk erat ibuku. Keluarga yang telah lama terpisah. Bertemu setelah sekian tahun lamanya. Kulihat mini yang ada di samping kami.

Mini tersenyum dan berkata, "Sudah kalian lanjutkan dulu. Puaskanlah untuk mengobati rindu yang telah lama kalian rasakan. Aku tak apa. Aku akan menuju ke komputerku dulu. Sambil meneruskan pekerjaanku."

Deadly Tear (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang