Chapter 5

835 119 12
                                    

Iring-iringan mobil Cadillac Escala menembus sepinya jalan di larut malam. Alih-alih mendekati Ibukota, rombongan tersebut mengambil jalan tol ke luar kota, mendekati daerah pinggiran elite yang dipilih banyak chaebol untuk pensiun.

Selama perjalanan Baekhyun hanya termenung, sesekali menangkap pembicaraan yang Kai lakukan dengan entah siapa di telepon genggamnya. Berada dua jam di kendaraan tanpa tahu tujuan pastinya, Baekhyun bersiap untuk kemungkinan terburuk. Tahu begini, lebih baik ia langsung pulang saja dan menunggu transfer bayaran.

Saat jam menunjukkan pukul 3, Jongin di sebelahnya telah tertidur pulas. Baekhyun mendengus dalam hati, dalam diam berkomentar bahwa letnan mafia di sebelahnya itu beristirahat seakan telah menghabisi sekelompok pedagang manusia. Si Omega sendiri pun tidak mungkin tertidur; bakat pembunuhnya tidak akan membiarkannya memposisikan diri di kondisi tak waspada di area tak dikenal.

"Kita sudah dekat, Letnan." Anak buah Jongin akhirnya membuka mulutnya setelah bungkam selama perjalanan. Baekhyun mencoba mengamati daerah dan jalan yang sedang mereka lalui; sangat sepi bahkan rombongan tak berpapasan dengan satu mobilpun setelah keluar tol.

"Baiklah, akan kukabari mereka secepatnya," Jongin menjawab seakan ia tak baru saja terlelap dalam mimpi, khas orang telah memiliki kewaspadaan tinggi dalam hidupnya.

"Mungkin bukan ide buruk untuk memberitahuku kemana tujuan kita sebenarnya," Baekhyun membuka mulut.

"Sejujurnya Byun, kukira kau akan sangat berisik, penuh curiga dan bertanya ini itu selama perjalanan, makanya aku tidak menjelaskan apa-apa sebelumnya," Jongin malah tertawa. "Yah, semua orang memang berbeda sih."

"Bisakah kau berhenti bersikap seperti orang kasmaran dan menyamakanku dengan pujaan hatimu? Dan aku tak perlu penjelasanmu lagi sekarang. Kita berada di daerah luar Ibukota, berarti kau akan membawaku ke," mata Baekhyun memicing seiring dirinya berspekulasi "Rumah peristirahatan keluarga?"

"Tidak sepenuhnya salah Byun, ini memang our home, rumah kami instead of Markas Besar tempat bisnis di kota. Big Boss dan Eomma sedang berada disini, maka disinilah kita berada."

Dan persis ketika itu, Mobil berhenti di depan gerbang besar yang meski terlihat anggun seperti frontgate Istana Versailles, Baekhyun dapat merasakan puluhan CCTV di berbagai angle, senjata keamanan otomatis dan peranti berteknologi tinggi lainnya bertengger disana. Tak lama, gerbang terbuka secara otomatis dan mobil menderu pelan melewatinya.

[]

Turun dari mobil, Jongin dan Baekhyun disambut sederetan tukang pukul mafia Phoenix, semua memberi salut dan hormat pada Jongin. Insting pertama Baekhyun saat menginjakkan kaki di kediaman don tertinggi di dunia hitam Korea adalah mencari escape route–untuk jaga-jaga, hanya untuk menyadari bahwa pertahanan disini mungkin menyamai fasilitas militer milik negara.

'Dan ini hanyalah rumah singgah untuk bersenang-senang, dia bilang.' Cibir Baekhyun.

"Selamat datang kembali, Kai." Seulas senyum menyapa milik seorang pria berkemeja formal, gestur santainya menunjukkan bahwa ia juga memiliki pangkat dalam tatanan keluarga ini.

"Kau terdengar seperti seorang ibu menyambut anaknya pulang dari sekolah dasar, Junmyeon. Hentikan."

"Ah, kau pasti Honeytrap professional yang melakukan eksekusi semalam. Perkenalkan Kim Junmyeon, consigliere generasi ke-tiga Phoenix. Byun Baekhyun, kehadiranmu malam ini telah kami tunggu, mari kuantar ke tempat lainnya."

Memasuki sebuah –Baekhyun tak yakin, ruang pertemuan?– dengan meja terpisah di ujungnya dan buku-buku di raknya, serta vas yang ia yakini seharga 1,5 juta dolar di pojokannya, honeytrap kita mendapati tiga orang menunggu kehadirannya. Baekhyun menyadari bahwa tak ada anak buah yang ikut masuk kesini, dan saat melihat tampang orang yang duduk di kursi utama, Baekhyun langsung mengenalinya.

The Honeytrap [CHANBAEK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang