BU TITIN

121 53 12
                                    

Matahari terik mewarnai perjalanan pulang mereka berdua. Adzan Ashar telah berkumandang. Kini Galang telah mengantarkan Nayara pulang ke rumahnya. Setelah itu, Galang pun pamit untuk pulang.

"Ra, gua balik dulu ya." Pamit Galang.

"Iya, tar malem les ga?" tanya Nayara.

"Les dong." Jawab Galang.

"Oh, yaudah. Kayak biasa ya." Ucap Nayara.

"Iya Ara, dah ya gua duluan. Assalamualaikum." Salam Galang.

"Waalaikumsallam, jangan lupa sholat." Ucap Nayara sedikit berteriak saat Galang sudah melajukan motornya.

"Iya ra." Samar-samar suara Galang yang masih terdengar.

Nayara kemudian masuk ke dalam rumahnya. Suasana rumah tampak sepi. Uminya belum pulang mengaji, sedangkan Abinya masih bekerja. Hanya ada Bu Titin, ART yang bekerja di rumahnya.

"Assalamualaikum." Salam Nayara ketika membuka pintu rumahnya.

"Waalaikumsallam, eh neng Nayara udah pulang." Jawab Bu Titin yang sedang menyapu lantai rumahnya.

"Iya bu." Nayara menghampiri Bu Titin untuk mencium punggung tangannya.

"Tangan ibu kotor neng, udah gausah." Tolak Bu Titin.

"Gak papa bu, kan harus menghormati yang lebih tua, hehehe..." ucap Nayara sambil tersenyum sopan.

"Neng Nayara tuh ya, udah cantik, pinter lagi." Puji Bu Titin.

"Ah Ibu bisa aja. Dah ya bu, Nayara ke atas dulu." Pamit Nayara yang langsung berlari ke lantai dua, tempat dimana kamarnya berada.

*****

Bu Titin sudah lama bekerja di rumah orang tua Nayara. Bu Titin orang yang sangat baik sekali bagi Nayara dan keluarganya. Bu Titin tidak berkeluarga, jadi ia hanya pulang ke kampung saat lebaran saja. Tapi semenjak orang tua Bu Titin telah tiada, ia sudah tidak pernah pulang kampung karena sudah tidak mempunyai siapa-siapa lagi.

Kini Usia Bu Titin tidak lagi muda. Terpaut usia dua puluh tahun dengan Uminya, menjadikan Bu Titin sebagai sosok Nenek bagi Nayara. Bu Titin sangat baik. Jadi Nayara sangat menghormati Bu Titin walau Bu Titin hanya seorang ART di rumahnya saja.

*****

2010

Suasana Pasar saat itu sedang ramai sekali, ditambah lokasi pasar yang berdekatan dengan stasiun kereta. Bu Titin tidak punya arah tujuan. Dengan membawa sebuah koper, ia tidak tahu harus kemana. Dompetnya yang hilang, menambah kesedihan yang dialami Bu Titin kala itu.

Sebelumya, Bu Titin datang ke Jakarta karena ia di janjikan pekerjaan oleh seseorang. Tapi, kenyataannya nihil. Ia tidak bertemu dengan orang tersebut. Ia telah ditipu. Bu Titin pun hanya duduk di depan stasiun dengan mata yang berkaca-kaca.

Hingga ada seorang wanita yang menghampirinya.

"Bu, Ibu kenapa?" tanya wanita itu.

"Dek, saya minta tolong. Saya sudah ditipu. Uang saya juga telah di curi. Saya gak tau mau kemana lagi." Jawab Bu Titin dengan air mata yang mengalir di wajahnya.

"Oh yaudah, Ibu tenang, Ibu ikut ke rumah saya ya." Ajak wanita itu.

"Iya dek. Makasih ya dek." Bu Titin akhirnya mengiyakan ajakan wanita itu.

Sampailah Bu Titin di rumah wanita yang tadi mengajaknya. Saat hendak membuka pintu, muncullah seorang gadis kecil dengan boneka di tangan kanannya.

"Umiii..." ucap gadis kecil itu menyambut kedatangan Ibunya yang ia panggil 'Umi'

Gadis kecil itu pun segera mencium punggung tangan uminya. Tapi, ia baru menyadari bahwa ada orang asing di belakang Uminya. Ia pun segera menghampiri orang tersebut.

"Bu, nama aku Nayara." Gadis kecil itu mengulurkan tangan ke arah Bu Titin.

"Nama Ibu, Bu Titin, neng." Jawab Bu Titin sambil menanggapi uluran tangan dari gadis yang bernama Nayara itu.

"Bu, ko mata ibu merah sih. Ibu nangis ya? Kenapa?" tanya gadis itu.

Bu Titin tidak menjawab, melainkan hanya tersenyum yang ia paksakan kepada Nayara.

"Nayara, udah. Bu, ayo masuk ke dalam." Ajak wanita yang dipanggil 'Umi' oleh gadis itu.

Ya, Bu Titin saat itu berada di rumah Nayara, dan wanita yang tadi menolongnya adalah Umi dari Nayara.

Mereka kini berkumpul di ruang tamu. Bu Titin pun menceritakan apa yang ia alami saat itu, hingga kini ia berada di Jakarta.

"Bu, Ibu tinggal disini aja ya. Temenin Nayara kalo Umi lagi ngaji. Nayara kan takut sendirian." Ucap Nayara membujuk Bu Titin.

Bu Titin hanya tersenyum merespon ucapan Nayara.

"Bu, Ibu bersedia untuk bekerja di rumah kami?" tanya Umi.

"Bersedia banget dek, saya gak punya keluarga. Orang tua saya sedang sakit. Saya harus membayar seluruh biayanya." Kata Bu Titin.
"Oh yaudah, mulai sekarang Ibu kerja disini ya. Kerja ibu gak berat kok. Kalo saya lagi ngaji, ibu yang ngurus rumah sama Nayara ya." Kata Umi.

"Yeeyy... Nayara punya temen baru." Ucap Nayara kegirangan.

Nayara anak tunggal. Jadi, ia sangat senang ketika ada anggota keluarga baru di rumahnya. Abinya bekerja sebagai guru di salah satu pesantren, dan Uminya banyak memiliki kegiatan rutin di luar rumah.

Itulah awal kisah Bu Titin bekerja di rumah Nayara. Nayara sangat menyayangi Bu Titin karena beliau sangat ramah dan baik kepada Nayara maupun keluarganya.

______________________________________

Hai Semuuaaaa

Ini cerita pertama aku loh.

Semoga kalian suka yah.

Jangan lupa vote and coment supaya aku semangat nulisnya.

Jangan lupa follow ig aku ya @mayaangg.sp

Terimakasiihhhh:D

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang