Inikah Hidup?

33 3 0
                                    

Hidup tampak begitu indahnya, seakan masalah tak ada munculnya.
Hidup seakan dirasa bahagia, meski sepercik kepedihan datang menerpa.
Hidup seakan selalu membawa kehangatan, meski banyak manusia berdarah dingin berdekatan.
Hidup dianggap begitu sederhana, namun menjalaninya harus mampu menahan durinya.
Menjalani hidup tak semudah yang dibayangkan, tak semudah yang diharapkan.

~Author PROV~
Hari ini langit tampak mendung, dengan gelegar kilat angin kencang menerpa.
Abil duduk termenung, sesekali ia memandang langit. Bagi Abil langit adalah hasrat jiwanya, ketika dia bersedih maka langit pun menurunkan hujannya. Ketika dia bahagia langit pun menyuguhkan awannya yang menawan.
"Suka banget ya ngeliatin langit?  Padahal nggak ada menawan tuh hari ini."  Komentar Indah, Indah adalah sahabat Abil, mereka berkenalan sejak Abil masih berumur 12 tahun.
"Menurut ku langit slalu menawan apapun keadaanya"
"Iya deh bil iya, gabung kesana yuk. Ada Ghina sama putri"
"Yaudah ayo ndah" 
"Abil? Lama ya nggak ketemu. Apa kabar?  Masih inget orang medan nggak bil hahahah?" 
Suara khas yang tak kerap Abil dengar akhirnya kembali terdengar, iyaap Putri sahabat Abil  dikarenakan jarak antara rumah mereka tak cukup dekat membuat mereka jarang berjumpa.
"Iya ya, kemana aja kamu put? Baik kok alhamdulillah. kamu gimana? Ingetlah put, ada apa hayo?" 
"Aku jadi anak rumahan nih, baik juga kok bil. Iya sekarang aku nggak last kontak lagi." 
"Wah, tunggu hal baik aja aku mah" 
"Orang medan siapa sih? Kok aku nggak tau?!" 
"Iya, kalian baru ketemu aja langsung ngacangin kita."
"Hahahah, nggak kok ghin ndah cuma sahabat pena. Iyaa kan bil?" 
"Nggak tau, hahahah." 
"Udah mau magrib, wudhu wudhu." 
"Ciee ghina kesel nih ye, hahahah"
Mereka pun lekas wudhu dan melakukan aktivitas seperti biasa di pondok. Hingga hari pun kembali gelap, dan mereka menuju pulang kerumahnya masing-masing.
"Kok, aku ngerasa dihidup aku kayak biasa biasa aja ya? Hidup aku normal nggak sih?" Abil bertanya pada dirinya sendiri.
"Nggak, hidup kamu tuh nggak normal bil!" 
Terdengar suara menyeru pertanyaan Abil.
"Hah? Siapa kamu?! Kenapa? Kenapa kamu bilang hidup aku nggak normal" 
"Ya nggak normal lah, baru aja pulang ngaji udah ngomong sendiri. Emang itu normal?" 
"Yang penting nggak dosa! Siapa sih?"
"Aku kenapa? Masalah?!" 
Ridho menampakan diri. Ridho adalah teman satu majelis Abil.
"Oh, kayak makhluk goib aja ya bisa ngomong tanpa wujud."
Tanpa menunggu jawaban Abil kembali melangkah. Sembari berjalan Abil berpikir bahwa ledekan Ridho ada benarnya. Abil merasa ia membutuhkan lebih banyak pengalaman. Dalam benaknya ia bertanya, "Ya robbi, inikah hidup?"

~Abil PROV~
Aku butuh banyak pengalaman, aku tak ingin hidupku hanya sebatas umpatan. Tapi bagaimana agar aku mendapatkannya? Aku ingin sekali mendapatkan hal besar. Tapi apa dan bagaimana agar aku mendapatkannya? Mengapa hidup tak mudah saja? Mengapa hidup begitu sulit untuk ku jalani? Aku tak mengerti. Adakah hal besar yang akan terjadi pada hidup ku?
Oh ya robbi, sesungguhnya engkau yang maha benar dan engkau pula yang maha membenarkan berilah hamba kebenaran ya robbi, berilah hamba petunjuk untuk menjalani hidup ini. Sungguh hanya kuasa mu yang mampu mengubah hidup ku ini, dan takdir mu yang memberi ku jalan untuk melangkah kembali.

Terimakasih tlah membaca.
Jangan lupa VOTE!!
untuk rekonstruksi konflik insyallah dibab ke.... Pantau aja dulu yaak.
Hari ini banyak tokoh, karna memang dulu dihidup ku seramai itu.
Semoga hal baik slalu menyertai kalian.
Tunggu next bab 3..

Suara Batin KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang