Ciuman dan Latihan

7.8K 956 136
                                    

Iseng ah update siang-siang.
Dipersembahkan untuk kalian yang #dirumahaja :)

Jangan keluar rumah ya, keluar di dalam gpp 🙃

Semoga virus korona cepat menghilang ya dari muka bumi ini. Aamiin 🙏🏻

Btw happy reading.
Jangan lupa vote dan komen ya ❤️

***

"Tadi akting lo keren banget, Ken. Sumpah! Nggak bohong! Lebih cocok lo yang jadi pemeran utamanya daripada Romi."

Ken hanya bisa tersenyum menanggapi perkataan Vanessa yang terdengar dilebih-lebihkan itu. Ia lalu mengalihkan tatapannya ke seberang, kembali memerhatikan Jeli yang tengah berbaring cantik di atas kursi lipatnya. Ken tersenyum, miris. Bukan, bukan pada Jeli, tapi pada sosok cowok berbadan tegap yang terus mengibaskan kipas tangan berwarna pink ke arah cewek itu, membuat beberapa helai rambut panjang Jeli yang super lurus itu berterbangan, juga membuat ke-macho-an cowok itu ternodai, oleh kipas pink, juga oleh omelan yang keluar dari mulut Jeli tiap tiga menit sekali.

"Gio itu bego apa gimana sih? Betah amat pacaran sama cewek otoriter kayak Jeli," bisik Ken ke Vanessa. Vanessa terkikik.

"Kalau udah cinta mah dibabuin nggak berasa." Tangan Vanessa lalu naik membelai rambut hitam Ken dengan gerakan lembut, membuat Ken sedikit merasa nyaman. "Udah ih nggak usah ngurusin mereka. Ken, gimana kalau lusa kita jalan? Temenin aku shopping gitu? Besok hari terakhir shooting-kan," ucap Vanessa manja.

Ken bergidik ngeri mendengar kata shopping keluar dari mulut manis cewek itu. Terakhir yang Ken ingat, dia menghabiskan waktu hampir delapan jam di dalam departemen store, naik-turun eskalator puluhan kali, dan begitu sampai kasir, Vanessa hanya membawa pulang satu potong pakaian. Cewek gila!

"Lusa gue ada janji ketemu sama Rafa. Sorry, babe," tolak Ken sehalus mungkin.

Vanessa manyun. "Nggak bisa mulu! Terus kapan dong?"

"Eng... kapan ya...." Ken berpikir keras. Di saat yang bersamaan, ekor matanya menangkap sosok Jeli yang berjalan menuju dapur. Entah kenapa, saat itu Ken refleks ikut bangkit.

"Nes, gue mau ngambil minum. Mau sekalian nggak?"

Gadis itu manggut, meski terlihat bingung dengan reaksi Ken yang begitu mendadak.

***

"Gue sih kalau jadi Gio udah punya selingkuhan sana-sini kali. Gue curiga, si Gio lo guna-guna ya? Lo pelet pasti! Serem juga lo, Ager-ager!"

Jeli spontan menoleh dan menutup kembali pintu kulkas yang tadi baru dibukanya, belum sempat mengambil apapun, tapi untuk saat ini sepertinya membalas ejekan cowok nyebelin yang tiba-tiba muncul di depannya itu lebih penting.

"Gue nggak butuh komentar dari orang yang jelas nggak berkompeten di bidang relationship kayak lo Ken. Mending urus tuh cewek lo! Nggak lihat tadi mukanya dah sange begitu?!" ucap Jeli sinis.

"Dibanding lo yang cuma pacaran sama satu cowok selama lima tahun, wah jelas dong gue lebih berkompeten. Pengalaman gue banyak," balas Ken tak mau kalah.

"Terus? Bangga?" Jeli tersenyum miring, lalu menatap Ken dengan tatapan meremehkan. "Banyaknya pengalaman lo malah buat lo kelihatan MURAH di mata gue, Ken."

"So what?" kata Ken dengan nada menantang. Satu alisnya terangkat. "Bukannya cewek emang suka ya sama yang murah-murah?"

"Cewek? Cewek siapa? Cewek-cewek lo?" tanya Jeli nyolot. "Sorry Ken, tapi gue adalah orang yang ngelihat sesuatu dari kualitasnya. Dan biasanya yang berkualitas itu nggak MURAH!" Jeli jelas sengaja menekankan kata 'murah' untuk menyindir Ken, menyulut kemarahan cowok itu. Tapi Ken malah tersenyum lebar. Cowok itu menganggap lalu ucapan Jeli.

Jeli mendorong tubuh Ken. "Sana deh! Ganggu!"

Tapi Ken tak bergeming sejengkal pun, cowok itu malah mendekatkan tubuhnya ke Jeli. Begitu dekat, hingga Jeli bisa mencium aroma musk yang menguar dari tubuh Ken. Wangi yang mengintimidasi, membuat Jeli pusing dan nyaman di saat yang bersamaan.

Jeli lalu mendongak, merasakan aura di sekitar mereka berubah, dan tatapan mata Ken yang membuatnya mau tak mau mundur hingga punggungnya menabrak pintu kulkas.

"Ken, lo minggir nggak atau gue ten—"

Cup!

Jeli terpaku begitu merasakan sebuah benda lembut menyentuh permukaan bibirnya. Butuh beberapa detik sampai Jeli menyadari bahwa yang baru saja diterimanya itu adalah ciuman.

CI-U-MAN.

Jeli melotot, buru-buru mendorong dada Ken dengan keras. Cowok kurang ajar!

Ptak!

"Aw!" Ken meringis, tak sempat mengantisipasi pukulan keras yang tiba-tiba saja mendarat di puncak kepalanya.

Jeli mengelap kasar bibirnya dengan punggung tangan. "Berengsek lo, Ken!"

Cewek itu lalu mengepal telapak tangannya keras, berniat meninju Ken sampai bonyok kalau saja Ken masih berani melangkah maju. Tapi ketika Ken melakukan itu, Jeli malah mendapati dirinya membeku sambil menahan napas, mendadak salah tingkah saat Ken lagi-lagi tersenyum di depan wajahnya.

"Ma-mau apa lagi?!" tanya Jeli, waspada.

Ken lalu menarik diri.

"Lucu," kata cowok itu santai.

Bisa-bisanya!

Jeli mengeram kesal.

"Minggir lo!" Cewek itu mendorong tubuh Ken sekali lagi. Ken menurut, dia mundur dan bersandar pada lemari besar tempat menaruh alat makan yang berada tepat di sebelah kulkas. Cowok itu mengamati Jeli dalam diam.

"Kalau aja di luar nggak banyak wartawan, udah gue abisin lo, Ken!" Jeli komat-kamit kesal sambil membuka pintu kulkas dengan gestur kasar. Dia lalu mengambil sebotol air kemasan dingin, dibukanya, lalu tepat ketika Jeli hendak meminumnya, tangannya dengan cepat menuangkan seisi botol itu ke atas kepala Ken.

Glek glek glek!

Ken refleks menjauh, namun terlambat. Aliran air yang Jeli tuang nyatanya lebih cepat dibanding reaksi kaget Ken barusan.

"Shit!" umpat cowok itu sambil meratapi kemeja yang masih harus dipakainya untuk kontiniti pengambilan gambar beberapa saat lagi, tapi kini malah basah.

"Otak kotor lo sesekali harus mandi deh Ken, biar nggak ngeres," ucap Jeli ketika berniat melenggang pergi. Tapi Ken dengan sigap menahan Jeli dan menggenggam pergelangan tangan cewek itu kuat-kuat.

Jeli pikir, Ken akan marah.

Tapi Ken malah menunjukkan ekspresi yang nggak seharusnya. Cowok itu terlihat... khawatir?

"Jel, soal ciuman yang tadi ... jangan marah ya, yang tadi itu latihan."

Hah? Latihan? Seingat Jeli nggak ada tuh adegan ciuman di naskah. Cewek itu mengerutkan keningnya.

"Maksud lo?"

***

TBC 😝😝😝

Di beberapa bab selanjutnya bakal ada penjelasan kenapa Ken nyium Jeli.

Penasaran ga?

Eit, tapi jangan ditungguin heheheh

Btw makasih yang udah baca walau partnya masih sedikit.

Komentar dong harapan kalian buat cerita ini!

Jangan lupa follow igku ya untuk spoiler2 yang akan datang: putrilagilagi

Arigatou ❤️

Kucing dan TikusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang