Akhir dan awal

5.5K 708 388
                                    

Hai zheyenk
Sesuai janji, hari ini update!!! ❤️❤️❤️
Seneng kan aku rajin? Wkwkwk

Happy reading ya guys ❤️
Jangan lupa vote dan komen ya biar aku makin semangat nulis dan besok update lagi ❤️

***

Kalau hari pertama syuting dibuka dengan pemotongan tumpeng, hari terakhir syuting ditutup dengan doa bersama yang didatangi para artis dan seluruh jajaran rumah produksi. Nggak tanggung-tanggung, acaranya langsung di rumah Mas Rizal yang gedenya nggak kalah sama rumahnya Anang-Ashanty yang ada di Cinere itu, yang setiap lewatin rumah itu orang-orang pasti auto-noleh.

Begitu acara doa-doa dan segala perintilannya selesai, kerumunan orang terurai, mengobrol satu sama lain, menyisakan Jeli yang berdiri di depan jendela besar yang menghadap ke arah taman, menonton hujan yang saat itu tiba-tiba turun, seorang diri. Nggak ada satu orang pun yang berani mendekati Jeli malam itu. Kecuali Ken.

"Kasian banget nggak punya temen," kata Ken dengan ekspresi prihatin yang dibuat-buat.

Jeli sontak menoleh. Wajahnya masam menemukan sosok Ken dalam balutan t-shirt putih dan blazer hitam yang membuat cowok itu tampak keren malam ini.

"Perhatian banget? Cewek lo noh butuh perhatian," balas Jeli seraya menunjuk Vanessa dengan ujung dagunya. Ngomongin Vanessa, cewek itu malam ini terlihat lebih pendiam dari biasanya. Sejak tadi, dia cuma duduk di sofa sambil menikmati segelas wine, seolah tak tertarik dengan obrolan Rara dan Hani yang ada di sisi kanan dan kirinya.

"Udah putus, baru aja," jawab Ken datar sebelum meminum segelas champagne yang sejak tadi dipegangnya.

Jeli manggut-manggut, nggak begitu kaget. Di film sebelumnya—First Kiss The Movie—Emily Rahadi juga diputusin Ken begitu syuting mereka selesai. Di film sebelumnya lagi, Rebecca Olivia diputusin sepulang Premiere. Dan pada akhirnya Vanessa pun bernasib sama.

"Gue selalu bertanya-tanya deh Ken, kenapa lo selalu mutusin cewek tiap kali projek film lo selesai?" tanya Jeli iseng sambil sebisa mungkin menahan ekspresi penasaran di wajahnya.

"Ya karena nggak akan ketemu lagi juga," jawab Ken enteng. "Sibuk sama kerjaan masing."

"Cuma karena itu?" tanya Jeli.

Ken mengangguk.

"Kunci kesuksesan hubungan kan komunikasi. Kalau ketemu aja jarang, apa yakin hubungan kayak gitu bakal berhasil?"

Jeli terdiam. Bener juga sih, pikirnya.

"Tapi gue sama Gio bisa kok. Lonya aja yang dari awal emang nggak mau berkomitmen kan?!" Jeli tersenyum miring.

"Bukan nggak mau! Tapi nggak bisa!" Ken mengambil napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan kasar. Dia lalu menatap Jeli yang sedang memasang wajah sok tahunya yang super menyebalkan itu. "Tolong bedain antara nggak mau dan nggak bisa, Jeli sayang."

Jeli memutar bola matanya. "Alesan! Buktinya Gio bisa!"

"Ya itu kan menurut lo. Bisa aja selama ini sebenernya Gio udah muak, udah capek, udah eneg sama sifat bossy lo. Lagian cowok mana yang betah dibudakin sama ceweknya selama lima tahun, dah gila kali!" balas Ken nggak mau kalah.

Jeli melotot. "Enak aja! Gio nggak begitu! Jangan sama-samain dia sama lo deh."

Ken terkekeh sinis. "Liat aja nanti, pas lo putus paling bilangnya semua cowok sama aja."

"Terserah deh apa kata lo. Lagian gue sama Gio juga nggak mungkin putus."

"Nggak ada yang nggak mungkin," balas Ken cepat sebelum meneguk habis minumannya. Cowok itu lalu berbalik, hendak mengambil minuman lagi, namun niat itu diurungkannya begitu melihat Mas Rizal datang menghampiri mereka.

"Jeli, Ken, ikut saya sebentar yuk. Ada yang mau saya omongin."

Jeli dan Ken mengikuti Mas Rizal ke sebuah ruangan yang terletak tak jauh dari pintu utama rumah.

Begitu pintu terbuka, hal pertama yang Jeli lihat selain deretan kursi dan satu meja besar yang ada di tengah ruangan adalah sosok yang sedang terduduk di salah satu kursi.

Sosok itu menoleh menyadari pintu terbuka, lalu tersenyum, yang kalau Jeli tidak salah tangkap, senyum itu dilemparkan khusus ke arahnya.

Mas Rizal lalu duduk di sebelah sosok itu dan mempersilakan Jeli dan Ken duduk di seberang mereka. Dari posisinya duduk sekarang, Jeli baru bisa melihat dengan jelas siapa sosok di depannya. Bola matanya sontak membesar.

Dia kan...

"Ken, Jeli, kenalin ini Mbak Letta," ucap Mas Rizal lebih cepat dari pikiran Jeli.

***

Yey gimana??

Semoga suka yaa!

Ada pesan buat

Jeli?

Ken?

Aku?

Semoga ada 😝

Buat yang nggak kenal Letta bisa kenalan di cerita aku yang I'm Yours ya :)

See you... besok?

Kucing dan TikusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang