Hari Terakhir Shooting

8.5K 983 166
                                    

Apa kabs?? Gimana cover barunya???

Itu bayangan wujud Ken dan Jeli tiap aku nulis cerita ini.

Btw...

Masih #dirumahaja? Atau udah mulai nakal main-main keluar?

Semoga nggak ya. Karena lagi nggak kondusif banget keadaan sekarang, rumah sakit penuh. Semoga kita selalu dalam perlindungan-Nya.

Happy reading ya! Semoga cerita ini bisa sedikit mengurangi kebosenan kalian yang lagi di rumah aja :)

***

Sampai di apartemen, Jeli langsung menjatuhkan tubuhnya ke sofa kulit di ruang tengah. Hari ini lelah. Ken dan wartawan sama menyebalkannya. Yang satu mencuri ciuman, yang satu lagi mencuri waktu istirahat Jeli. Seharian ini para wartawan menyerbu lokasi shooting dan membuat waktu istirahat Jeli yang cuma satu jam mau tak mau tersita. Mas Rizal juga malah terlihat antusias dan menjadikan wawancara Jeli dan Ken sebagai ajang promosi. Sutradara gila!

Setidaknya, kehadiran Gio di lokasi shooting tadi membuat segalanya tidak begitu memusingkan. Cowok itu membantu, sangat, walau cuma ngipas-ngipas, tapi menyadari Gio berada di sana membuat Jeli sedikit merasa tenang.

"Capek banget ya?" Suara Gio terdengar. Cowok itu lalu mengambil posisi duduk di sebelah Jeli.

"Aku capek banget, Gio," rengek Jeli.

Gio tersenyum. Perlahan-lahan, dia menarik kepala Jeli dan merebahkannya di bahunya. Jemari cowok itu lalu naik, membelai puncak kepala Jeli dengan lembut, membuat Jeli akhirnya terpejam sambil menikmati aroma citrus dari parfum Gio yang sangat disukainya.

"Habis kamu selesai shooting, kita liburan yuk! Ke Maldive gimana? Kebetulan bulan depan aku udah boleh ambil cuti dari kantor."

"Serius?" gumam Jeli pelan.

Jeli sebenarnya ingin sekali menunjukkan antusias dan rasa senangnya, mengingat pekerjaan Gio selalu menghambat rencana liburan mereka sejak Gio menjabat sebagai direktur di sebuah perusahaan keuangan. Tapi sekujur tubuh Jeli lemas, rasa lelah memaksa matanya untuk tetap terpejam.

"Pastiin kamu nggak ambil job apapun ya!"

Jeli mengangguk samar.

Tak lama, pintu apartemen terbuka, suara Tamara terdengar.

"Jel, gue udah ambil semua barang-barang lo yang ada di lokasi shooting ya."

Oke, kata Jeli dalam hati.

"Udah tidur dia, Tam," suara Gio lagi.

"Oh, bagus dong kalau begitu." Dan setelah ucapan Tamara itu, Jeli sudah tak ingat lagi apa yang terjadi.

Bangun-bangun, dirinya sudah terbaring cantik di atas ranjang besi berkelambu yang ada di dalam kamarnya.

***

Ken baru saja datang dengan satu cup kopi di tangan dan langsung menyapa seluruh orang yang ada di ruang make up dengan manis, terkecuali Jeli. Dan nampaknya cewek judes bin menyebelin itu juga tak peduli sama sekali. Ia masih membaca Bazaar­ di pangkuannya, tak bergeming sedikitpun, bahkan ketika Ken meletakan gelas kopinya di atas meja riasnya.

"Pagi, Mbak Mira!" sapa Ken ke Mbak Mira yang sedang menata rambut Jeli. 

Mbak Mira menoleh. Sudut bibir ber-lipstick merahnya terangkat, menyunggingkan senyum lebar ketika mendapati sosok Ken di sana.

Kucing dan TikusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang