Hi, namaku Ahmad Akbari, umurku 19 tahun dan aku sedang berkuliah di suatu kampus yang terletak di Jakarta, Universitas Pelita Bangsa. Aku gay dan aku muslim. hmmm, mungkin penyataan ini terlalu eksplisit, baik akan aku ubah. Aku adalah seorang individu yang percaya Allah, mendirikan sholat 5 kali sehari dan aku juga berdosa. Yak, at least itu adalah apa yang mereka (Re : Orang tuaku) inginkan dariku (kecuali fakta bahwa aku adalah seorang gay). Kenapa aku membicarakan hal ini? percayalah, kalian akan membutuhkan setiap informasi yang telah aku sampaikan barusan. ngomong-ngomong, aku harus mengingatkan temanku yang sedang asik BAB, brb.
"Buruan bego, bentar lagi pengumuman" kepada temanku, Deva, yang sedang BAB.
"A minute!" teriak Deva yang diiringi oleh suara air dan tidak lama kemudian ia keluar dari kamar mandi dan kami pun langsung menuju ke aula untuk menunggu pengumuman dari seleksi yang baru saja kami lakukan. Seleksi ini bertujuan untuk memilih perwakilan kontingen fakultas untuk perlombaan debat bahasa inggris di tingkat universitas.
Sesampainya di Aula, aku dan Deva pun memilih kursi paling belakang. Kenapa? Tentu saja untuk semua orang bisa melihatku saat namaku dipanggil.
"Eh, ini seriusan di belakang lagi?" tanya Deva saat kami sudah duduk di kursi
"Of course, as usual, kenapa?" tanyaku sambil scrolling timeline twitterku
"Idk man, what makes you so sure kalo lo bakal maju jadi kontingen lagi?" tanyanya lagi, "I mean, gini loh, lo tau kan maba yang lagi diomongin banget sama orang-orang? Si Rifky-Rifky itu? Katanya dia jago banget".
"Deva, mira*, pertama, yang bener itu gue bukan bakal maju jadi kontingen lagi doang tapi gue bakal jadi peringkat pertama dan otomatis gue bakal jadi kontingen dan buat maba itu? Dia ga ada apa-apanya, tim dia aja ga masuk babak eliminasi kan?" jawab aku yang sekarang sudah berhenti scrolling karena mendengar nama itu.
"Hmm iye dah, emang pede lo ga ada yang bisa ngalahin" jawab Deva dengan muka mengejeknya.
"Bacot banget, anjing" kataku dan kami berdua pun tertawa sampai kami bisa mendengar bunyi suara mic dari depan.
"Hello guys, sorry banget buat kalian nunggu lama. Jadi setelah gue sama juri yang lain diskusi, kita akhirnya udah punya list 3 orang yang bakal ngewakilin fakultas kita ke lomba tingkat Universitas" kata Rani, salah satu senior debat di fakultasku.
"Gue bakal sebutin namanya dan by the way gak ngurut berdasarkan perolehan poin ya. Baiklah, yang pertama adalah Ahmad Akbari, Komunikasi 2017" lanjutnya. Aku tersenyum dan aku langsung berjalan dari arah belakang. Aku dapat melihat semua orang melihatku dan jika kalian menanyakan bagaimana perasaanku? Tidak ada yang spesial, karena ini semua memang seharusnya terjadi dan aku yakin pasti Rani menyebutkan nama perwakilan ini berdasarkan peringkat paling atas.
"Dia mah udah ga aneh"
"3 tahun berturut-turut selalu jadi kontingen"
"Dia cakep juga ya"
"Dia udah punya cewek, belom sih?"
Itu semua adalah beberapa perkataan yang digumamkan oleh orang-orang yang berada di sana. Setelah sampai di panggung, aku pun berdiri di sebelah Rani sambil tersenyum dan menerima mic dari Rani.
"Halo semuanya, gue mau ngucapin terima kasih dulu buat kalian semua karena udag diamanahkan buat jadi kontingen, gue juga turut berduka sama kalian yang belum bisa jadi kontingen, gue tau kok sesedih apa rasanya. Eh wait, gue ga tau deng, karena gue ga pernah ga menang" kata ku sambil tertawa "Gue ga bakal buat kalian malu karena peringkat pertama harusnya ga buat malu kan? Terima kasih semuanya" kataku saat diberikan mic oleh Rani untuk menyampaikan terima kasih dan aku bisa mendengarkan beberapa gunjingan dari orang-orang yang ada di dalam aula, namun ada juga yang memberikan tepuk tangan.
"Well, pede banget ya Ahmad, lagian juga gue ga udah bilang kan kalo list nya gak berdasarkan peringkat" kata Rani sambil sedikit tertawa "oke, lanjut aja, yang kedua adalah pasangan dari Ahmad, Deva Wardana, Ilmu Politik 2017. Wah seru banget ya, The Dynamic Duo turun lagi jadi kontingen tahun ini" The Dynamic Duo merupakan panggilanku dan Deva, kami berdua selalu menjadi perwakilan fakultas dan juga selalu memenangkan pertandingan. Tapi kalian tahu bukan di setiap tim, pasti ada yang menjadi Batman dan Robin? Ya, di sini akulah Batman dan dia lah Robin. Aku selalu menjadi peringkat satu dan dia peringkat dua. Don't get me wrong, aku suka berteman dengan Deva, tapi tetap saja, aku harus selalu menjadi nomor satu, bukan?
"Baiklah, thanks Deva atas kata sambutannya. Sekarang yang terakhir, dia adalah orang yang ga disangka-sangka soalnya dia adalah mahasiswa baru. Congratulations, Rifky Alvaro, Hubungan Internasional 2019"
Aku bisa merasakan senyumku memudar. Aku kembali mendengar nama itu dan lebih parah lagi aku harus sekelompok dengan dia. Aku bisa melihat dia berjalan dari bangku yang ada di pertengahan aula. Liat dia! Dia dengan rambut hitam, mata sipit dan tubuh tingginya yang berkulit putih berjalan ke arah panggung dengan penuh kesombongan. Sekarang, Aku bisa mendengar para perempuan di depan panggung saling berguncang tanpa memalingkan mata mereka dari Rifky yang berjalan ke depan panggung.
"Wih gila, Rifky Alvaro!"
"Cakep banget, anjing!"
"Rahim gue anget anjay"
"Lu liat ga sih followers IG nya 30K?"
"Gue udah follow dari followersnya 10K, sebelum dia ikut abang-none"
Rifky berdiri di sebelah Deva dan ia mengambil mic yang berada di dekat proyektor yang sinarnya ditutup oleh kertas. Saat Rifky menarik kabel micnya, kertas penutup proyektor pun terjatuh dan proyektor pun menunjukkan peringkat dari setiap peserta.
1. Rifky Alvaro
2. Ahmad Akbari
3. Deva Wardana
*Mira (Spanyol) = Lihat
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
under the moon and the star
Teen FictionAhmad Akbari adalah seorang mahasiswa sombong dan ambisius di Universitas Pelita Bangsa di Jakarta, dan merupakan homoseksual dari keluarga muslim yang taat. Di perlombaan tingkat Universitas, ia harus satu tim bersama orang yang paling ia tidak suk...