Tuan yang Unik.

25 2 10
                                    

"Kau tidak masuk kuliah lagi?" tanya Yerin yang baru saja selesai melap semua meja pengunjung kafe, dilengkapi seragam kerja dan apron hitam yang ia pakai. Gadis itu memelasatkan atensi pada pria yang tengah bersantai di meja pojok dekat jendela, sambil memainkan ponselnya.

"Aku tidak suka mata kuliahnya," jawab pria itu ala kadarnya yang masih fokus pada ponsel.

Satu helaan napas terdengar dengan langkah ringan menuju meja pria itu, kemudian mendudukan dirinya ke kursi, tepat di hadapan pria tersebut yang di antarai meja bundar.

"Entah sudah keberapa kalinya kau ini absen di kelas. Apa kau dihidupkan dengan cara pandang seperti ini? Kau banyak sekali membuang-buang waktu, Tae."

Yerin mencoba membuka nalar temannya itu agar mau sedikit saja menghargai waktunya untuk fokus kuliah. Bukan menjadi manusia pemalas, yang seenak jidatnya membuang-buang uang orang tua yang susah payah membanting tulang, hanya untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang yang paling tinggi sekalipun. Yerin kadang heran pada Taehyun ini. Apa karena keluarganya yang kaya raya itu, membuatnya menjadi sangat santai dalam memikirkan masa depan? Atau memang ia tidak perlu lagi memikirkannya, karena dia adalah pewaris takhta tunggal? Ah. Yang jelas Yerin iri pada Taehyung.

Oh, iya. Omong-omong soal Kim Taehyung. Mari kita kenalan sedikit dengannya.

Kim Taehyung itu adalah spesies yang unik. Pria itu selalu saja menarik perhatian banyak orang. Entah itu karena senyumnya, tawanya, atau paling umumnya, ya karena pahatan wajahnya terlampau sempurna. Manusia macam Kim Taehyung ini benar-benar tidak bisa diabaikan dan dibiarkan berlalu begitu saja. Jika ia ada, maka sudah dipastikan suasana yang semula hening, akan menjadi seriuh pusat perbelanjaan myeogndong. Kenapa? Ya karena itu. Karena Kim Taehyung itu unik dan penuh warna dalam setiap inci kehidupannya. Bahkan semua orang seantero kampus mengenalnya. Bukan hanya kampus saja, melainkan juga di luar kampus. Kim Taehyung itu suka sekali bersosialisasi, suka memperbanyak teman, dan juga suka berpetualang—hingga tak heran, jika semua orang pasti mengenalnya dengan spekulasi yang baik. Walau begitu, Kim Taehyung tetaplah manusia biasa yang juga memiliki kekurangan di samping kelebihan yang ia punya. Kim Taehyung itu payah soal pelajaran, payah soal cinta, dan payah dalam memberikan solusi serta payah-payah lainnya yang tidak bisa disebutkan di sini. Biarlah Kim Yerin yang mengetahui itu.

"Bisa jadi," jawab Taehyung santai membuat Yerin menatap culas.

"Kalau kau tidak ingin kuliah, setidaknya kau katakan itu pada kedua orang tuamu. Biar mereka bisa menghentikan pembayaran UKT-mu. Sayang sekali jika uang itu jadi sia-sia hanya karena kau tidak masuk kuliah. Kau tahu? Aku sangat iri padamu. Jika aku yang di posisimu, aku tidak akan membuang kesempatan untuk lebih giat belajar dan bekerja keras. Kau ini payah sekali memandang hidup, Tae," imbuh Yerin membuat Taehyung meliriknya sekilas, kemudian kembali fokus pada ponselnya.

"Kalau begitu, gantikan saja posisiku. Kau hanya perlu berganti jenis kelamin dan mengopreasi wajahmu menjadi seperti wajahku. Setelah itu kau akan mendapatkan semuanya," ujar pria itu lagi dan kali ini harus disambut dengan getokan kepala dari Yerin.

"YAA!! Apa kau pikir aku sebodoh itu! Aku masih normal, ya memikirkan jalan hidupku!" serga Yerin di sela ringisan Taehyung.

"Aku kan hanya memberikan solusi. Apa salahnya?"

"Solusi yang memasukkanmun ke neraka!! Kau ini punya otak, tapi tidak dipakai dengan baik, ya!"

"Ya ampun, baiklah-baiklah. Jangan marah-marah begitu dong, kau sangat jelek tahu seperti itu."

Yerin memekikkan wajah sebal, lantas menghela napas berat menatap Taehyung yang sumpah demi apa pun terlihat lebih menyebalkan sekarang ini.

"Kau sendiri, bagaimana? Kau tidak kuliah hari ini?" tanya Taehyung yang sudah meletakkan ponselnya di atas meja dengan melipat tangannya, kemudian menatap lurus pada iris caramel Yerin.

"Aku libur hari ini. Besok baru aku masuk kuliah lagi," jawab Yerin yang sudah mulai lembut kembali.

"Baguslah."

Yerin menaikkan satu alisnya, bingung. Apa maksud pria di depannya ini mengatakan bagus pada jawabannya. Aneh sekali.

"Apanya yang bagus?"

"Ya, bagus saja. Setidaknya hari ini kau bisa fokus pada pekerjaanmu tanpa perlu dikejar waktu untuk masuk kuliah."

Yerin mendadak tersenyum simpul. Benar juga. Kim Taehyung ini terkadang juga menjadi orang yang tidak bisa diduga ucapannya. Kadang akan nyeleneh atau bahkan mendadak jadi sedikit baik, seperti ucapannya barusan. Walau bagaimana pun juga, Taehyunga adalah satu-satunya pria yang mendadak muncul dalam sirkuit hidupnya. Pria yang entah kenapa bisa selalu jadi sandaran paling nyaman dan menyenangkan untuknya. Yerin bahkan tak habis pikir, bagaimana Tuhan begitu baik mempertemukan dirinya dengan pria macam Taehyung yang unik ini.

Yerin tidak ingat, ah tidak. Bukan. Yerin mengingatnya. Yerin pertama kali bertemu dengan Taehyung saat musim salju pertama setelah liburan akhir semester tiga. Saat itu Yerin baru saja ingin menutup Kafe, jika saja presensi Taehyung tidak ada di teras itu. Kim Taehyung duduk di ubin teras dengan dua botol soju yang sudah ia teguk habis, tak bersisah—hingga pria itu hilang kesadaran dengan gumaman tidak jelas. Yerin hanya diam di tempat sampai Taehyung menoleh padanya dengan seulas senyum, yang entah kenapa menurutnya adalah sebuah isyarat permohonan tolong.

Brukk....

Tubuhnya roboh ke lantai, membuat Yerin dengan cepat mendekatinya dan membopongnya susah payah. Yerin hampir saja mengumpati pria itu dengan mengatakan, 'Badanmu ini terlalu berat. Kau makan apa sih? Kalau tahu badanmu seberat ini, harusnya kau tidak menyusahkan orang lain. Dasar!' tetapi, Yerin tidak mungkin melakukan itu. Ia masih punya rasa tak tega yang cukup besar—hingga membiarkan pria itu ia bawa ke dalam kafe dan di baringkan di atas sofa yang biasanya ia tempati istirahat.

Setelah menyelesaikan tugasnya membaringkan dan menyelimuti pria itu. Yerin pun duduk di satu kursi yang tak jauh dari sofa dengan tumpuan siku di atas meja, sembari memandang wajah pria yang baru saja ia tolong itu.

Tampan dan kesepian.

Pikirnya kala itu. Yerin kemudian menghela napas berat, karena itu mengubur keinginannya untuk kembali ke indekos malam ini. Ia terpaksa harus menginap di kafe hanya untuk menunggu pria itu tersadar. Begitulah awalnya mereka bisa saling mengenal—hingga menjadi sedekat ini sekarang.

"Kau masih sibuk tidak?" tanya Taehyung langsung mendapat perhatian dari Yerin.

"Kenapa?"

"Jawab saja dulu," sergahnya.

"Hari ini, jadwal kerjaku hanya sampai jam satu siang. Kenapa?"

"Ya, tidak apa-apa hanya sekadar bertanya saja. Hehehe," ujar Taehyung dengan cengengesan membuat Yerin mendesis sebal.

"Terserah kau sajalah. Aku mau ke belakang dulu."

Yerin beranjak dari tempat duduknya, kemudian berjalan menjauh. Namun belum sempat hilang di ambang pintu, Taehyung sudah menyahutinya, "Bagaimana kalau nanti sore kita jalan-jalan. Aku ingin mengenalknmu dengan teman-teman baruku!"

Yerin menoleh dengan mengendikkan bahu. Artinya, entahlah. Yerin juga tidak berjanji untuk ikut, karena sedari tadi ia hanya memikirkan indekosnya. Menimati waktu istirahat sebelum memulai aktivitas kuliah esok hari lagi, di samping ia bekerja untuk sesuap nasi.

Taehyung menghela napas sesaat daksa Yerin menghilang. Ia memelesatkan pandangan ke luar jendela yang sudah dipenuhi oleh hiruk-pikuk kendaraan. Wajahnya yang semula tenang, mengesalkan, dan baik itu, kini tampak lebih mendung, suram, dan berkroma abu.

Sekelebat memoar detik sebelunnya saat Yerin memberikan sedikit pencerahan padanya muncul. Kemudian ia tersenyum simpul dengan gurat yang mendung.

"Aku tidak sedang membuang-buang waktu. Tetapi, aku hanya berusaha melebur waktu yang seharusnya bukan untukku." []

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Be with youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang