1

10 0 0
                                    

"Gak bisa gak bisa, aku gak mau disini sendirian, seorang Ayumi Gunawan yang biasanya diperlakukan seperti princess harus hidup sendiri. Akhhh," dengus Yumi. Gadis itu masih sibuk mondar-mandir di kamar kos setelah selesain menata barang di lemari yang disediakan.

Ayumi mengernyit bingung. Ibu kos bilang ia mempunyai teman sekamar, tapi sampai sekarang belum ada tanda-tanda orang masuk ke kamar itu.

Suara ketukan pintu dari luar membuyarkan lamunan Yumi. Dengan langkah gontai ia berniat menghampiri pintu. Namun, belum juga melangkah terdengar suara dari luar.

"Permisi, ehm boleh dibuka pintunya?" tanya sebuah suara. Perempuan.

"Ya buka saja, gak dikunci, kok," jawab Yumi dengan nada kesal.

Pintu dibuka dari luar. Menampilkan seorang gadis yang terlihat lebih tua dari Yumi beberapa tahun.

"Kamu Yumi, kan? yang sekamar sama aku, kenalin aku Lia," ucap gadis itu dengan  senyum teduh sambil mengulurkan tangan.

Bukannya menyambut uluran tangan Lia, Yumi malah sibuk mengamati gadis di depannya dengan tatapan menyelidik.

"Ehhemm," dehem Lia saat tak mendapat respon dari lawan bicaranya.

"Ahh, iya. Aku dengar kok kamu ngomong apa," jawab Yumi masih kesal. Wajahnya terlihat tak bersahabat sama sekali.

Namun Lia tak tersinggung sama sekali. Gadis itu dengan santai duduk di satu-satunya kasur yang berada di kamar kos itu.

"Baru pertama kali ngekos, ya?" tanya Lia lagi. Sepertinya ia tidak jera untuk membuat Yumi lebih akrab dengannya.

'Banyak omong banget sih ini orang untung senior,' dengus Yumi dalam hati.

"Ya ... begitulah, Kak."

"Owh, kamu kuliah dimana?"

"ITB di fakultas Seni, Kakak?" Yumi mulai mau merespos ucapan Lia.

"Aku juga di ITB fakultas Bahasa, ngomong-ngomong udah nyiapin keperluan ospek besok?"

'Mampus gue, apa saja keperluannya mana mami papi gak ngasi tahu. Haisshh boro-boro tahu keperluannya apa saja, tahu kampus dan fakultas saja baru tadi dikasi tahu mami,' batin Yumi.

"Emang apa saja Kak, maklum ya soalnya mami papi aku yang nyiapin semua," ujar Yumi malu-malu.

"Kamu belum tahu? hmm sebentar aku punya catatannya kebetulan fakultas seni dan bahasa jadi satu ospeknya." Lia mengobrak-abrik menja belajarnya untuk melihat catatan mengenai ospek.

"Oke Kak, mana catatannya?" tanya Ayumi cuek.

Lia sibuk menyalin perlengkapan ospek di kertas lain.

"Nah selesai. Ini Mi." Lia tersenyum sambil menyerahkan catatan pada Yumi.

"Makasih kak." Lia hanya membalas dengan senyuman.

"What the.....apa-apaan ini baju putih bawahan hitam, pita warna warni untuk mengepang rambut, kaos kaki tidak singkron, apanya yang gak singkron coba. Hadew pusing gue. Tunggu-tunggu bawa tas kresek. Buat apa juga ini. Hufft," batin Yumi. Mata gadis itu membola setelah membaca rentetan kata di kertas tersebut.

"Gimana Mi, udah paham maksudnya?" tanya Lia membuyarkan lamunan Yumi.

"Emmm, ada yang gak paham gue (eh keceplosan bilang gue). Maksudnya ada yang gak aku pahami Kak. Ini nih maksudnya kaos kaki gak singkron gimana, apanya? Terus ini tas kresek buat apa?" tanya Yumi dengan alis bertautan.

Tak TerdugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang