2

9 0 0
                                    

Deg.

'Dia lagi - dia lagi hobi banget nabrak orang. Sial,' umpat Yumi dalam hati.

"Mi, Yumi. Kamu gakpapa kan? Kenapa bengong gitu sih?" tanya Raya bingung sambil menggoyangkan lengan Yumi.

"Aku gakpapa. Udah yuk," ajak Yumi menarik tangan Raya untuk pergi dari tempat itu.

"Eeiiittt tapi Mi." Raya tidak punya pilihan lain selain menuruti temannya itu, tak lupa dia menundukkan kepala pada cowok yang ia yakini seniornya.

Ayumi sadar tindaknnya sangat tidak sopan. Hanya saja ia terlalu malu karena terjatuh dua kali oleh orang yang sama. Kalau bisa rasanya ia ingin melebur saat itu juga.

Sementara cowok yang Ayumi tabrak menatap heran pada dua gadis yang baru saja pergi.

'Cewek aneh. Jelas-jelas gue udah minta maaf, masih baik gue ngomongnya gak lo gue. Eh malah ditinggalin,' gerutu cowok itu dalan hati.

"Cas, are you okay?" tanya seorang cowok yang berdiri di sebelah orang yang nabrak Yumi.

"Yeah, I'm okay bro."

Sedang kini Ayumi dan Raya sudah berada di aula bersama mahasiswa yang lain. Materi saat ini pengenalan kampus.

Suasana di aula masih kasak-kusuk karena kakak senior yang akan memberi materi belum datang. Beberapa maba sibuk berkenalan satu sama lain. Namun baik Ayumi ataupun Raya hanya terdiam di tempat. Terutama Ayumi yang masih shock dengan kejadian yang baru saja menimpanya.

Sekarang tubuh gadis itu rasanya sakit semua. Sebelumnya hanya lutut dan sikunya yang sakit, dan bertambah kepalanya yang tak sengaja serantuk kotak karton yang dibawa seniornya.

"Selamat Pagi menjelang siang. Maaf saya terlambat," ucap seorang senior cowok sambil ngos-ngosan. Ia menyibak rambutnya yang basah oleh keringat ke belakang.

Semua mata mengalihkan atensi ke depan. Tak terkecuali Yumi dan Raya yang duduk tak jauh dari panggung aula. Seketika terdengar kasak-kusuk dari para mahasiswi.

"Wah, ganteng pake banget ini mah-
Syukurlah ada spesies ganteng di kampus ini."

"Halalin aku bang."

"Wah! Makin betah untum kuliah kalau begini."

Dan banyak ungkapan senada terucap dari mulut mahasiswi baru fakultas seni dan bahasa. Suasana mulai ramai oleh kasak-kusuk mereka.

Bahkan Yumi juga terpesona dengan kakak seniornya itu. Yang ternyata mahasiswa tingkat 3 di fakultas Seni. Tapi dia juga merasa familiar dengan suara seniornya. Seperti pernah melihat sebelumnya.

"Ganteng banget, tapi kok aku familiar ya sama suaranya. Bodoamat yang penting bisa cuci mata," gumam Yumi hampir tak terdengar. Gadis itu sibuk menatap penuh puja pada seniornya.

"Mi, tahu gak kakak senior itu—" ucapan Raya terpotong oleh Yumi.

"Iya aku tahu, senior kita itu emang gantengnya Masyaallah, mau dong dihalalin," sahut Yumi sambil nyengir kuda.

"Kamu sadar gak, sih ngomong gitu. Gini deh Mi, senior kita tadi kayaknya sempat lihat wajahmu, emang kamu gak tahu dia siapa?" tanya Raya membuat Yumi semakin bingung. Jelas saja mereka baru bertemu beberapa detik yang lalu.

"Ray,Ray, mana aku tahu dia siapa, kan baru ketemu sekarang, heran masih muda kok pikun ya kamu," cibir Yumi kelewat santai.

"Kamu yang pikun, Mi. Kamu tahu, dia adalah orang yang sama waktu kamu jatoh tadi. Dia yang nabrak kamu, ehh lebih tepatnya kamu yang nabrak dia," jelas Raya dengan penekanan di akhir. Gadis itu menatap malas pada teman barunya yang masih sempat memuja senior itu.

"Ap—apa? Bagaimana ini? Mati aku," ujar Yumi sampil nepok jidatnya. Sesekali ia mencuri pandang ke depan. Beruntung seniornya sibuk menjelaskan sehingga tidak perhatian pada keberadaan Yumi.

Yumi masih memperhatikan seniornya sambil sesekali mencatat apa yang disampaikan. Hingga tanpa sengaja mata mereka beradu tatap. Dengan segera Yumi menundukkan mata enggan menatap seniornya yang kini mengulas senyum miring.

***


Raya dan Yumi memasuki kantin fakuktas yang sudah penuh. Mereka mengitarkan pandangan ke seluruh penjuru kantin. Sialnya semua meja udah penuh. Tanpa mereka sadari Lia teman sekamar Yumi di belakang mereka.

Lia menepuk pundak Yumi mengetahui keberadaan gadis itu di depannya. "Yumi, ikut kakak saja yuk di kantin Fakultas kakak. Disini penuh," ajak Lia mengagetkan Yumi dan Raya.

"Astaga! Kak Lia ngagetin Yumi dehh, emang boleh ya mahasiswa Fakultas lain ngantin di sana?" tanya Yumi bingung. Matanya mengerjap lucu dengan wajah yang terlihat polos.

"Boleh dong, kalau gak boleh gak mungkin kakak ngajak kamu. Tuh.. Kamu lihat yang makan di sini bukan hanya dari fakultas senuli saja tapi banyak juga yang dari fakultas bahasa. Soalnya kantin sini makanannya terkenal lebih murah dan rasanya juga gak kalah dengan kantin lain," jelas Lia.

"Ah masa sih, Kak?" Kali ini Raya yang nyaut.

"Iya. Kamu temannya Yumi ya, wahh Yumi kamu sudah punya teman sekarang. Kakak lega."

"Sayang sekali tidak bisa mencoba makanan di fakultas kita. Terus makanan di fakultas lain emang gimana kak?" tanya Yumi.

"Enak juga, harganya yang agak beda. Hehe..udah yuk ikut kakak ke kantin bahasa." Lia menarik tangan Yumi dan Raya masing-masing di kanan dan kiri.

Saat di koridor kampus menuju kantin fakultas bahasa, Yumi melihat seniornya yang katanya Raya dia tabrak berdiri disana bersama teman-temannya. Yumi otomatis menundukkan kepala karena malu sudah mengumpat pada seniornya walaupun dalam hati. Apalagi ia sempat ketahuan menatap seniornya saat di aula. Dan sekarang hatinya dugun-dugun.

"Hey Lia, apa kabar? Lama gak ketemu, lo kemana saja lama gak datang ke basecamb," kata cowok itu sambil megang bahu Lia ketika mereka melewati cowok itu. Mata Yumi membulat sempurna saat tahu cowok itu mengenal Lia.

"Ehh Cas, ntar deh gue chat lo. Ini buru-buru mau ngantin sama adik-adikku." Cengir Lia sambil menunjuk Yumi san Raya.

"Hah! adik? Dia adik lo? Kok beda ya kakaknya baik, cantik, alim. Adiknya kok kayak preman sih, ya walaupun muka hello kitty tapi kelakuan—" ucapannya dipotong Yumi.

"Maaf kak, maksud kakak ngomong gitu apa ya. Emang saya ada salah sama kakak?" Yumi mulai kesal. Gadis itu menatap tajam seniornya.

"Udah, kenapa jadi berantem. Udah yuk Yumi, Raya kita ke kantin. Gue duluan ya Cas," kata Lia sambil narik mereka lagi.

Yumi masih kesal dengan ucapan seniornya. Padahal dia menaruh hati pada seniornya. Ini namanya layu sebelum berkembang.

"Kak Lia..." panggil Yumi lirih.

"Iya Mi, ada apa?"

"Kakak kok akrab banget sama senior yang tadi?" tanya Yumi penasaran.

"Oh, dia Lucas namanya teman kakak dari SMA dulu waktu kakak masih tinggal di Jakarta dan belum pindah ke Bandung. Kenapa?"

"Gak kok. Udah yuk."

Jadi namanya Lucas.





To be continue....

Maaf typo, gimana tambah gaje gak sih.

Tak TerdugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang