3

5 0 0
                                    

"Kak Lia mana sih, lama banget gak tau apa Yumi udah capek dari tadi," gumam Yumi kesal.

Akhirnya ditunggu-tunggu muncul juga membuat senyum Yumi mengembang. Namun, tak lama senyumnya luntur saat melihat Lia berdampingan dengan Lucas.

"Yumi, udah lama ya nunggu kakak?" tanya Lia setelah sampai di depan Yumi.

"Ehh nggak kok baru saja." Setengah jam yang lalu lanjut Yumi dalam hati.

Bagaimana tidak capek mwnunggu setengah jam berdiri di parkiran. Tahu begitu Yumi seharusnya menerima tawaran Raya untuk mengantarnya pulang.

"Yumi, ayo kita balik, kok malah ngelamun kamu."

" Iya, Kak ayo."

Sepanjang perjalanan Lia hanya diam dan fokus mengendarai motornya. Sedangkan Yumi sibuk mikir sebenarnya ada hubungan apa antara Lia dengan Lucas. Kelihatan sekali mereka dekat banget. Tapi kalau mereka dekat lumayan bukankah Yumi bisa meminta tolong Lia untuk mengenalkan lebih dekat pada Lucas.

"Yumi, kamu nggak turun? Ini sudah nyampe kos lohh, kakak mau langsung ke basecamb soalnya," kata Lia membuyarkan lamunan Yumi.

Tapi Yumi tersadar saat Lia mengatakan akan ke basecamb, itu yang tadi diobrolkan sama Lucas. Yumi ingin sekali ikut supaya lebih mengenal Lucas.

"Kak, Yumi boleh ikut gak ke basecambnya. Lagian di kos juga gak ngapa-ngapain yang ada Yumi gabut," pinta Yumi sambil nunjukkin puppy eyes.

"Boleh kok, ayo naik lagi."

'Yes!!! Akhirnya bisa ketemu Kak Lucas lagi,' sorak Yumi dalam hati

***

Lia menghentikan motornya di depan sebuah bangunan sederhana di pinggiran Bandung. Bangunan itu dikelilingi pagar besi dan halaman yang dipenuhi bunga. Tampak terawat. Itu kesan pertama yang terlihat dari halaman bangunan itu.


Setelah memarkirkan motor dan menutup kembali gerbangnya, Lia bergegas masuk ke dalam bangunan itu. Tidak lupa ia mengajak Yumi untuk mengikutinya masuk.

"Assalamu'alaikum, maaf ya aku te-lohh Cas, lo udah disini aja cepet banget perasaan." Lia kaget karena Lucas sudah ada disana. Padahal tadi masih di kampus. Bahkan cowok itu mengatakan masih ada urusan.

"Jangan pakai perasaan dong, Li, suka banget pakai perasaan. Kan, gue tadi dari kampus cepet-cepet kesini emang situ, lelet," cibir Lucas

"Dasar," dengus Lia yang langsung pergi meninggalkan lucas.

Yumi tetap stay dibelakang Lia, dia tidak tau harus ngapain. Tadi ketemu Lucas di ruangan semacam ruang tamu. Lalu kini ia mengikuti Lia masuk ke ruangan yang sudah seperti kapal pecah. Ada kertas di mana-mana, disana ada 3 kursi yang masing-masing mejanya ada komputer dan penuh kertas serta alat tulis.

Di sana duduk satu cowok yang penampilannya luar biasa cuek, mulai dari hoodie yang kebesaran, celana jins yang sobek dibagian lutut dan rambutnya yang acak-acakan.

"Woy Vin, lo ngapain dah ngelamun kayak gitu," sentak Lia pada cowok itu.

"Ampun deh, lo ngapain sih ngagetin gue kayak gitu. Ntar kalau babang Alvin jantungan dedek Lia mau tanggung jawab," ujarnya mendramatisir.

"Jijik, Vin, lo ngomong apaan sih. Eh bay the way kenalin nih adik tingkatku di kampus, beda fakultas sih. Dia satu fakultas dengan Lucas, dan sekaligus dia teman satu kamarku di kos." Tunjuk Lia pada Ayumi.

Tak TerdugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang