10 (END)

3.1K 347 146
                                    

Yunseong baru aja balik dari kantin RS membawa kantong plastik yang berisi roti dan minuman dingin. Hampir 24 jam nungguin Minhee tapi perutnya belum diisi. Mamanya khawatir karena itu dia disuruh beli makanan. Lagipula kondisi Minhee udah mendingan, tinggal nunggu sadar aja.

Setelah meneguk minuman, Yunseong kembali duduk di sofa dan memperhatikan Minhee yang masih terlelap di atas ranjang. Masalah penyerangan yang dialami Minhee tidak bisa dibiarkan begitu saja. Papa Minhee yang mana seorang hakim meminta penyelidikan kasus ini agar ditangani secepat mungkin. Beliau ga terima jika anaknya yang tidak bersalah menjadi korban penyerangan. Apalagi sampai Minhee mengalami keguguran.

"Yunseong, kamu di sini sendirian gapapa kan? Mama mau pulang buat mandi."

"Iya gapapa ma. Mama pulang aja istirahat."

Mamanya Yunseong pun tersenyum lalu menepuk pundak putranya sebelum keluar dari kamar tersebut.

Sekarang tinggal Yunseong yang menemani Minhee. Yunseong memilih duduk di samping Minhee sambil memegang telapak tangannya. Melihat kepala Minhee dibalut perban membuat dada Yunseong terasa sesak. Kenapa pemuda manis itu harus melalui semua ini?

"Aku mohon... kamu harus cepet sadar. Aku pengen denger suara kamu, aku pengen minta maaf sama kamu, aku kangen banget sama kamu," ucap Yunseong kemudian mengecup punggung tangan Minhee dengan penuh kasih sayang.

Saat Yunseong sedang terlelap, Minhee melakukan pergerakan kecil dengan membuka kelopak matanya. Dia merasa asing dengan ruangan serba putih itu. Beberapa saat kemudian dia menyadari ada yang sedang menggenggam tangannya. Tanpa melihat pun Minhee sudah tau, pemilik telapak tangan itu adalah Yunseong, suaminya.

Minhee berusaha membangunkan Yunseong dengan menggerakkan telapak tangannya. Hal itu tentu saja membuat Yunseong terbangun. Dia terkejut melihat Minhee yang sudah sadar.

"Minhee??"

Minhee hanya tersenyum tipis hingga Yunseong berdiri karena panik.

"Tunggu bentar ya aku panggilin dokter dulu!"

Yunseong segera berlari keluar dari kamar sementara Minhee hanya bisa memandang langit-langit sambil mengingat apa yang sudah terjadi. Seingatnya dia berlari dengan kencang lalu menendang pria asing yang ingin melukai Yunseong. Pikiran Minhee langsung buyar saat dokter dan perawat masuk ke kamarnya. Yunseong mana? Dia masih di luar karena harus menghubungi keluarganya dan memberi tau kabar baik tersebut.

Begitu selesai menelpon, niat Yunseong untuk membuka pintu tiba-tiba terhenti setelah menyadari percakapan Minhee dengan dokter di dalam. Perih rasanya mendengar Minhee menanyakan keadaan bayi di kandungannya. Yunseong pun memutuskan untuk tetap diam di tempat.

Beberapa saat kemudian dokter dan perawat itu keluar lalu menjelaskan kondisi Minhee pada Yunseong. Syukurlah Minhee baik-baik saja. Yang terpenting sekarang adalah memberi Minhee dukungan agar kondisinya semakin membaik.

Pada akhirnya Yunseong masuk ke kamar Minhee dengan sangat berhati-hati. Minhee yang menyadari gelagat suaminya kembali dibuat tersenyum.

"Kamu kenapa jalannya kayak robot?" tanya Minhee.

Yunseong hanya menggeleng dan kembali duduk di kursi samping ranjang Minhee.

"Kamu gapapa?" tanya Yunseong.

"Masih sedikit pusing tapi bisa aku tahan kok," jawab Minhee.

"Bukan, maksudku soal..."

"Aku gapapa, lagian itu semua salahku yang ga hati-hati. Udah tau lagi hamil tapi malah lari-lari trus nendang penjahat."

Minhee hanya menunduk sambil memainkan jemarinya. Yunseong sadar jika Minhee sedang tidak baik-baik saja. Karena itu Yunseong langsung memeluk Minhee sambil mengusap punggung pemuda manis itu.

Mulberry | hwangmini ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang