22 💫 Despair

1.1K 221 50
                                    

hitung mundur 4 chapter menuju ending...

SELAMAT MEMBACA BAGIAN 22-!

SELAMAT MEMBACA BAGIAN 22-!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HYE
April 17, 2020

💫

Sudah satu minggu lebih tiga hari sejak Azola menjalani perawatan di rumah sakit, dan hari ini dia diperbolehkan pulang.

Tidak ada perkembangan sama sekali pada Azola, baik dalam perkembangan kesehatan fisik maupun batinnya.

Azola masih enggan bicara, masih enggan menatap siapa pun.

Hal itu terkadang membuat semua orang yang hendak mendekat untuk menemaninya jadi sungkan.

Dan Azola bukannya tidak menyadari itu. Dirinya merasakan persis adanya suasana ketidaknyamanan antara dirinya dengan keluarganya. Namun ia sendiri belum bisa bersikap normal sebagaimana kepribadiannya sebelum hari ini.

Helaan napas berat berhembus dari bilah bibir Azola. Sejak sampai di rumah pagi ini, dirinya sama sekali belum beranjak dari kasur dan hanya menatap dedaunan merah yang basah karena hujan beterbangan tertiup angin musim gugur.

Seingatnya, dia melewatkan makan siang hari ini.

Saudara-saudaranya pergi bersekolah. Seulgi, Hanbin, dan Wonwoo pergi bekerja. Renjun-anak itu tentu tidak mampu menyiapkan segala keperluannya.

Mengesampingkan keegoisan pada dirinya, Azola akhirnya memutuskan untuk mengunjungi dapur. Setidaknya dia tidak boleh semakin menyusahkan keluarganya meski ia hanya ingin diam dan melamun tanpa melakukan apa-apa.

"Azola?"

Di konter dapur, ada Renjun yang berdiri di sana. Dan-sepertinya-sedang menyiapkan makan siang yang sederhana dan seadanya.

Azola beralih melihat pada gerak tangan Renjun yang meletakkan kimchi, side dish dari sayuran bayam juga kecambah kedelai dan terung-apapun nama mereka, serta-tunggu, apa yang terakhir Azola lihat itu adalah ikan corvina bakar?

"Kamu pasti lapar, ya? Maaf aku ketiduran," ujar Renjun kala Azola menghentikan langkah tepat di sampingnya.

"Kamu masak?"

Senyum tipis Renjun unjuk. Azola bicara, pikirnya.

"Enggak. Bunda tadi jam sembilan pulang buat masakin ini dan tadi aku cuma manasin aja. Dan kebetulan waktunya pas kamu ke sini aku udah selesai."

"Lain kali nggak perlu."

"Hah?"

"Nggak perlu nyiapkan makan buat aku. Nggak perlu ngelakuin apapun lagi buat aku. Lakukan aja apa yang kamu butuh, nggak perlu ngurusi keperluanku lagi."

Renjun tertegun. Kenapa mendadak Azola bersikap sedingin ini padanya? Nada bicaranya terdengar ketus dan menjurus sedikit sarkas.

Bukankah dia tidak melakukan kesalahan?

[√] HEAR YOUR EYESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang