07 💫 Seoyeon Adopted

2.3K 397 50
                                    

HYE
July 4, 2019

POKOKNYA JANGAN SENSITIF, OKE.

💫

2010.

Pagi hari pukul lima, Seoyeon terbangun lalu pergi ke toilet karena mendadak ingin buang air kecil di tengah mimpi indahnya.

Ketika ia hendak meraih gagang pintu, ia mendengar Lami mengigau. "Dingin, dingin.." Mau tak mau dirinya harus menahan sebentar panggilan alamnya untuk memasangkan selimut milik Lami yang tersingkap hampir jatuh ke lantai.

"Sssh." Seoyeon mengusap kepala Lami ketika adik termudanya itu sedikit terusik karena gerakan yang ia lakukan sedikit tergesa-Astaga, siapa yang akan lamban menahan buang air seperti ini?

Setelah memastikan tidak ada yang harus diurusi olehnya lagi, Seoyeon segera bergegas menuju toilet di samping dapur dan bertemu Seulgi yang tengah memasak di sana. Karena terburu-buru, Seoyeon membanting pintu tanpa menjawab sapaan sang bunda.

"Lain kali jangan keras-keras nutup pintunya, nanti adik-adikmu kebangun kasihan," nasihat Seulgi ketika Seoyeon mendekat padanya.

"Maaf, bun. Habisnya udah nggak tahan."

Seulgi menanggapinya tersenyum. "Seo sayang tolongin bunda mau, yah? Bunda mau mandi dulu, panci airnya dijagain nanti kalo udah mendidih kompornya dimatiin."

"Tumben kak Won belum bangun?"

Pertanyaan sederhana Lee Seoyeon menyebabkan Seulgi terdiam dari kegiatan melepas celemeknya. Ia menghela napas dan hanya tersenyum tipis.

Seoyeon paham itu. Berarti Wonwoo tadi malam tidak pulang lagi.

"Dia keras kepala. Udah bunda suruh jangan kerja, tetep aja enggak mau dengerin. Berkali-kali bunda tegasin, bunda masih kuat bayar biaya sekolah kalian semua."

Seoyeon mengecup punggung tangan Seulgi, menenangkannya. "Kak Won cuma sayang bunda lebih dari apapun."

Mendadak Seulgi menjadi emosional, ia menangis mendengar perkataan Seoyeon yang tak pernah ia duga. Yang mana ia selalu berpikir bahwa gadis baiknya ini telah hilang sejak beberapa tahun, namun anak ini masih.

"Bunda enggak bisa bayangin kalo Seo besok udah dapat orang tua. Bunda sayang banget sama kamu, nak," tutur Seulgi dengan suara parau.

Seoyeon mengulum senyum kaku. "Kalau pun aku yang dibawa nanti, kan masih ada Hina, Jola, Lami.."

Detik berikutnya Seulgi berhambur memeluk putrinya.

Rasa-rasanya ia menyesal menerima telepon dari mantan guru SMA Wonwoo kemarin lusa, yang mengatakan ada seorang temannya yang ingin mengadopsi anak.

"Tapi Seo-"

"Bunda pasti tau, aku pengen punya keluarga sendiri sama orang tuaku. Dan mungkin sekarang waktunya, Tuhan ngaasih kesempatan yang entah suatu hari bakal ada lagi atau nggak. Siapa pun yang akan diadopsi temen om Hanbin nanti, kita harus siap dan ikhlas."

Yang dikatakan Seoyeon memang benar adanya. Maka Seulgi hanya harus ikhlas. Sepuluh tahun ke belakang perjuangan membesarkan putra-putrinya bukanlah apa-apa jika dibandingkan dengan kebahagiaan yang sepatutnya mereka dapat.

Mengusap air mata yang sejak tadi mengalir, ia berdiri untuk segera mandi.
Sedangkan Seoyeon duduk sembari membuat susu hangat di meja makan. Baru selesai mengaduk, terdengar langkah seseorang masuk ke dapur.

"Renjun?"

"Eh-"

Seoyeon turun dari kursi, membantu Renjun membenarkan tongkatnya. Juga bertanya apa yang anak lelaki itu butuhkan untuk dirinya bantu. Si Huang menggeleng pelan, katanya ia hanya mau ke kamar kecil.

[√] HEAR YOUR EYESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang