3. Mimpi

73 28 2
                                    

___✨___
✨Enjoy✨
____

[Castie Pov]

Terdengar samar suara dari sebelah kanan lukisan yang artinya disebelah kiriku, entah apa itu. Mendengarnya membuatku menolehkan pandangan kearah bunyi tadi. Suara itu terdengar seperti—entah, aku tak dapat mendengarnya dengan jelas. Apakah dia yang telah menjatuhkan guci tadi?

"Hey..."
"Siapa disana?"

Tidak ada, tak ada jawaban.

Berpaling dari lukisan, kuberjalan mendekati arah suara tadi. Didepan sana tampak seperti sebuah tirai.

Benar saja, sebuah tirai—tirai yang sangat besar. Disampingnya terdapat anak tangga yang menuju kebawah. Astaga, kufikir tempat ini adalah lantai dasar, ternyata masih ada lagi lantai dibawahnya.

Perlahan, kubuka tirai didepanku, hingga benar benar terbuka.

"Uuhhhh~"
Dahiku mengerut, bibirku terlipat kedalam. Astaga debunya sangat banyak sekali. Refleks kedua tangan ini menyapu-nyapu udara yang berada dekat dengan wajahku.

"Uh astaga–uhhuukk!!"
Anjay debunya tebal banget gaboong gaes.

Dengan cepat kuayunkan kaki penuh darah ini mundur. Dibawah terpaan sinar silau sang surya, kupandangi debu-debu beterbangan tanpa sayap dihadapanku, debu dengan ketebalan bagai awan.

Serpihan debu beterbangan bagai amuk masa tadi kian menenang. Perlahan mereka berjatuhan hingga tak lagi tersisa debu diudara.

Berjalan pelan mendekati tirai. Disana terdapat pentilasi yang ditutupi dua bagian kaca.

Kudorong kaca yang menutup pentilasi untuk melihat lebih jelas diluar sana.

"Astagaa!!! Waaahhhh.."

Percaya padaku, hey apa ini surga?

"Wah wah wah wah, INDAHHHNYA!!"

✨_____

****

_____✨

Setelah melihat keluar, sepertinya aku berada dilantai tiga bangunan yang artinya hanya perlu menuruni dua lantai lagi untuk mencapai dasar.

Tak sabar, begitu ingin keluar dari tempat ini dan menginjak rumput hijau yang beberapa saat lalu kulihat dari atas.

Satu lagi, aku sampai hampir lupa mencari toilet!

Saat diatas tadi, disaat aku memandang turun kebawah.. aku melihat kolam kecil dengan jembatan berukuran sedang diatasnya, benar-benar kontras! Seperti dalam dongeng! Sangat indah!

Akhirnya, didepanku, anak tangga terakhir.

Hingga saat ini, aku masih menahan sakit karna luka dikedua kakiku.

Tepat didepanku, pintu yang sangat besar berdiri kokoh.. sepertinya inilah jalan keluar.

Tapi, tunggu.

Lukisan itu, lukisan yang menempel tepat di atas pintu.. orang yang berada dilukisan itu adalah orang yang sama seperti orang dilukisan sebelumnya.

Kali ini berbeda, pria tampan itu tidak bersama kudanya. Berdiri tegak dengan dada bidang yang dimilikinya, sembari tangan kanan yang memegang pedang. terlihat begitu banyak pangkat pada jas biru yang ia kenakan. Orang itu, yang sepertinya pemilik dari bangunan menyerupai istana ini, ia sangat tampan.

Hey ayolah! Ada apa denganku?!

"Plakkk!"
Suara tamparan keras yang tercipta dari pipiku. Aku menamparnya sendiri. Sakit.

"Jangan berkhayal! Basuh lukamu dan berhenti memikirkan yang tidak tidak!"

"AAARRGGGHHHHH!!!"
Astaga pintunya sangat berat untuk digerakkan. Aku sendiri masih bingung cara membukanya. Harus kutarik apa kudorong? "Aaah ayolahhh"

Waktu kian berlalu,

"HIAAAKKKHHH!!"
Dengan kuat kucoba lagi untuk menarik pintu sialan ini.

*jangan-jangan pintunye didorong kes bukan ditarik*

"AWWWHHH!!"
Saking kerasnya, hingga aku tak mampu mengendalikan diri dan terpental jauh kebelakang.

Begitu keras terbentur, luka pada bagian tubuhku yang sempat mengering kembali mengeluarkan darah, darah segar mengalir semakin deras. Sakit dan perih yang kurasa sangat nyata.

"Hiks hiks hiks"
air mataku jatuh satu persatu, aku kembali menangis. Ada apa dengan semua ini? Apa yang sedang terjadi? Sumpah! Seseorang tolong aku.

Kupandang lukisan pria yang beberapa saat lalu berhasil memalingkan hatiku.
Hati yang saat ini menyesak, begitu sakit! Aku marah padamu pria sialan!

"Hey kau!"
Dengan nafas naik turun, aku berteriak pada pria dilukisan.

"Iya kau!"
Kali ini aku berteriak lebih keras, gema yang tercipta memecah keheningan.

"Dimana aku, siapa kau, kenapa aku disini, siapa yang membawaku kemari, pakaian siapa yang sedang kukenakan, mengapa rambutku berbeda, KENAPA, SIAPA, DIMANA.. APA YANG SEDANG TERJADI!!"

"Kenapa tak ada seorangpun yang menjawabku.."
suaraku melemah.

"Hey.. tubuhku sudah sangat sakit, aku haus, aku lelah"

"Hey, kita sudah dua kali bertemu bukan? Siapapun kau.. tolong aku, bawa aku pulang.. dan, bilang padaku bahwa semua mimpi, SEMUA INI MIMPI!!"

"Kau, tolong.. tolong bawa aku kembali" butiran air yang jatuh kian menderas. Tangisanku makin menjadi, membasahi gaun yang kukenakan, entah gaun milik siapa.

Dalam rintihan dan kebingungan, terdengar gesekan dari pintu dihadapanku. Pintunya terbuka.

—•

Castie In CastleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang