Maaf aku tak bermaksud menjauhimu, karena didekatmu ada perasaan yang mengganjal.
Pukul 03.30 handphone Zhara berbunyi yang menandakan ada sebuah panggilan. Zhara segera mengambil handphone tersebut sebelum terdengar oleh Retha, namun Zhara belum sempet mengangkat panggilan tersebut telah berakhir.Dilihatnya nama pemanggil tersebut ternyata itu dari Natha, baru saja ia akan menelpon kembali niatnya terurungkan karena teringat ucapan kakaknya semalam. Zhara kembali tidur karena ini terlalu pagi untuk dirinya.
Pukul 05.45 WIB mereka (Zhara, Retha dan Tito) sedang sarapan dan siap untuk berangkat sekolah.
“Tok..Tok…Tok…”
“Aku yang bukain ya” Ucap Retha sambil menuju pintu ruang tamu.
Dibukanya pintu tersebut ternyata Sheila dan Nidya yang bertamu sepagi ini.
“Eh, kak! Silahkan masuk” Ucap Retha dengan sopan dan ramah.
“Hai Zhar!” Ucap Sheila memasuki ruang tamu yang melihat Zhara di meja makan.
“Ayo ikut sarapan dengan kita!” Ajak Tito.
“Iya ka makasih, tapi kita udah sarapan tadi”
“Yaudah langsung berangkat aja yu. Kak, aku berangkat bareng mereka aja. Assalamu’alaikum” Ucap Zhara sambil meninggalkan ruang makan.
“Retha ikut. Assalamu’alaikum kak” Ucap Retha menyusul nya.
“Wa’alaikum salam” Ucap Tito
“Kebiasaan banget tuh anak” heran Tito dengan kebiasaan Zhara setiap ada temannya.
****
Kring…. Kring….
Bel istirahat sudah berbunyi, kegiatan mereka yang awalnya di perpustakaan kini melebur dan berbelok ke kantin yang satu bulan kebelakang sangat jarang mereka kunjungi. Karena Sheila yang enggan di ajak ke kantin.
Saat tiba menuju kantin mereka bertiga langsung menuju tempat duduk yang kosong.
“Mau pesan apa?” Tanya Nidya.
“Samain kaya lo” Jawab Sheila.
“lo?” Tunjuk Nidya pada Zhara dengan dagunya.
“Sama” Jawab Zhara dengan singkat dan jelas.
“Minumnya aja!” Sambung Zhara, karena tak terlalu suka di kantin yang menurutnya panas.
Nidya berdecak sebal dengan respon sahabatnya ini “Untung gw sabar ngadepin orang kaya kalian” Ucapnya sambil pergi memesan makanan.
Beberapa saat kemudian setelah pesanan datang, ada 3 cowok yang mengarah ke kantin. Entah kebetulan atau apa 3 cowok itu kakaknya Nidya-Farrell beserta kedua temannya.
“Udah gw bilang bangku nya penuh” Ketus Natra.
“hm..” Fazri yang tengah mencari tempat yang kosong dan ya.. “Nah, tuh kosong” Tunjuk Fazri pada salah satu tempat.
“Kebetulan adek lo tuh Farr, kesana yuk!” Ajak Fazri dengan senang karena ia masih kebagian kursi kosong untuk mengisi perutnya yang sudah ia tahan sedari tadi.
“Ayo!” Jawab Farrel sedangkan Natra hanya ngikut saja, yaps natra malas ketemu Sheila yang katanya menyukainya.
“Hai adekya Farrell!” Sapa Fazri.
“Haii! Mau gabung nih ceritanya?” Tanya Nidya.
“Iya, kursinya penuh semua cuma sisa disini aja”
“Gpp kan?” Sambung Fazri.
“Iya gpp lah ka” Jawab Sheila.
“Oh iya, kenalin ini temen baru Nidya namanya Zhara dia baru pindah kesini sebulan yang lalu” Ucap Nidya memperkenalkan Zhara pada kakaknya dan teman kakaknya.
“Zhara” Ucap Zhara memperkenalkan diri.
“Farrell” Kakaknya Nidya.
“Fazri, temen nih orang” ucap Fazri sambil menujuk Farrel dengan dagunya.
“Natra”
****
Zhara POVEntah apa yang membuatku seperti ini. Aku sendiri bingung dengan semuanya. Haruskah aku menjauhinya? padahal dia tak ada hubungannya sama sekali dengan peristiwa itu. Maafkan aku, mungkin dengan cara ini aku bisa tersenyum kembali dan tolong jangan tanyakan mengapa aku menjauhinya. Iya, aku harus menjauhi dia sebelum aku mengenalnya lebih, cukup bagiku untuk tau namanya saja. Biarkan aku tersenyum tanpa keterpaksaan. Maaf kan aku! Aku terpaksa melakukan ini. Ungkap Zhara dalam buku Coretan kecilnya.
“Kak, lagi nulis apa?” Tanya Retha secara tiba-tiba.
Zhara yang mendengar suara itu segera menutup dan menyimpan buku tersebut karena tidak ingin adiknya ini mengetahui apa yang baru saja ia tulis.
“Eh, kamu?” Tanya Zhara dengan santai padahal dalam hatinya ia benar-benar gelisah takut adiknya ini sudah membacanya.
“Udah lama disini?”
“Enggak ko, baru aja masuk” Jawab Retha.
“Tadi kakak nulis apa?”
“Ohh itu, kakak nulis tugas sekolah buat besok” Bohong Zhara.
“Bukannya besok libur?” Tanya Retha karena heran dengan tingkah kakaknya.
Jleb
“…..”
Sial ngaco banget alasannya.
Retha langsung bangkit dari tempat duduknya dan segera mengambil buku tersebut.
“Tuh kan bukan buku tugas, kenapa gak bilang aja kalo udah nulis di buku diary?” Tanya Retha setelah mendapat buku yang tadi Zhara coba simpan.
Masih tak ada jawaban dari Zhara yang membuat suasana hening seketika.
Selang beberapa detik Retha kembali bersuara.
“Nih, aku gak bakal baca ko sebelum kakak kasih izin aku untuk membacanya” Ucap Retha tersenyum sambil mengembalikan buku tersebut.
“Makasih” Ucap Zhara senang adiknya mengerti akan dirinya.
“Oh,iya kamu mau ngapain kesini?”
“Ya ampun! Aku lupa” Ucap Retha sambil nepok jidat.
“Aku tuh kesini mau minta anter beli buku! Yaudah ayo ka, untung aja diingetin”
“Yaudah tunggu di bawah aja, kakak mau siap-siap dulu”
“Oke!” Ucap Retha sambil keluar dari kamar Zhara.
Vote! Vote! Vote!!!
Karena vote dari kalian semangatku untuk nulisVote! Vote!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Directionless
Teen FictionAku adalah seseorang yang selalu memikirkanmu kala sendiri. Memikirkanmu, apakah kau bahagia setelah aku pergi dari kehidupanmu? Apa kau sudah menemukan seseorang yang baru? Yang bisa menggantikan posisiku kala itu. Posisi dimana aku menemukan sebu...