Karena bahagia ku terlalu mudah.
Natra dan Zhara kini sedang berada di perpustakaan. Karena Zhara mengiyakan ajakan Natra. Aneh sih, Zhara yang ingin jaga jarak malah terjebak sendiri. Tetapi entah mengapa Zhara dapat dengan mudahnya mengiyakan ajakan tersebut.“ke kantin gak mau, tapi ke perpus mau” Tanya Natra yang lebih terkesan menyindir itu.
Zhara tidak hanya mengekori Natra, dia juga memilih-milih buku fiksi untuk dibaca.
Mendengar ucapan Natra barusan membuat Zhara menoleh dan menjawab “Aku cuma malas berada dikeramaian, apalagi harus antri”
“Kan bisa minta tolong sama temen lo buat pesen?”
“Gak selamanya seorang teman mau direpotkan kak”
Natra mengangguk paham dengan apa yang dimaksud Zhara. Pertanyaannya yang memancing Zhara membawanya pada sebuah jawaban. Bahwa ada satu fakta yang sama yaitu Zhara tidak suka keramaian.
“Boleh tau nama lengkap lo?” Tanya Natra dengan hati-hati.
Zhara mengernyitkan dahi, tak mengerti mengapa harus pertanyaan itu yang diajukannya diantara banyaknya pilihan pertanyaan yang lain.
“Buat apa kak?” Tanya Zhara balik.
“Pengen tau aja sih” Jawab Natra sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
“Fiazhara Mutiara”
Nama itu adalah nama milik seseorang yang telah lama pergi dari kehidupan Natra. Tak mungkin bukan? Orang yang mirip memiliki nama yang sama?
“Bagus namanya” Puji Natra.
Zhara tersenyum dan mengucapkan “Makasih kak”
Satu fakta lagi yang Natra ketahui, nama lengkapnya sama yaitu “Fiazhara Mutiara”. Tak salah lagi Zhara adalah Dia. Iya Natra yakin dugaannya benar.
“Eh anjirr, gue cariin lu kemana-mana gak ada. Taunya berduaan di perpus!” Omel Fazri yang baru saja masuk perpus dan melihat Natra ada disana.
“Lo berdua?” Tanya Farrell bingung kenapa Natra bisa nyasab ke perpustakaan seperti ini dan ada Zhara pula.
Sebuah tanda tanya.
“Kenapa?” Tanya Natra balik.
“Kak, aku ke kelas duluan” Pamit Zhara pada Natra.
“Iya” Jawab Natra sambil tersenyum dan memperhatikan Zhara sampai keluar perpus.
“Wuihhh seorang GIANTARA DINATRA yang terkenal anti cewek ternyata?” Heboh Fazri dengan wajah yang dibuat-buat seolah terkejut.
“Gitu dong bro! ada kemajuan” Senggol Farrell sambil menggoda Natra.
“Apasih lo berdua” Elak Natra sambil berlalu pergi keluar dari perpus meninggalkan kedua sahabatnya yang tertawa bangga menertawakan dirinya.
Fazri dan Farrell pun segera mengejar Natra, sepertinya mereka belum puas menertawai.
“Hey Giannn tunggu woy!” Panggil Fazri.
Remember! Natra biasa dipanggil Gian oleh sahabat dan keluarganya. Mengapa dipanggil Gian bukan Natra? Karena panggilan Gian adalah tanda orang tersebut dekat dengan Natra.
***
Sheila dan Nidya sudah berada di kelas namun mereka tak melihat Zhara berada di kelas.
“Zhara kemana ya?” Tanya Sheila.
Nidya hanya mengedikkan bahu sebagai jawaban simplenya. Tak lama Zhara pun masuk ke dalam kelas.
“Tuh anaknya!” beritahu Nidya yang melihat kedatangan Zhara.
“Dari mana?” Tanya Sheila to the point pada Zhara.
“Kepooo” Jawab Zhara sambil menuju tempat duduknya.
“Dari perpus ya lo” Tuduh Nidya ngasal.
Bukannya Zhara yang menjawab melainkan Sheila yang menjawab “Zhara kan biasa ke perpusnya sama gue, sekarang kan gue gak ke perpus jadi Zhara gak ke perpus” dengan spontannya.
“Ya bisa aja Sheila, siapa tau Zhara jadi kebiasaan pergi ke perpus” Ucap Nidya dengan keukeuhnya dan meminta persetujuan Zhaa “Iyakan Zhar?”
Zhara diam saja melihat kedua temannya yang beradu argumen tanpa ekspresi. Datar. Sehingga terjadilah aksi saling tatap antar ketiga-nya.
Zhara tersenyum melihat kedua temannya “Kalian kenapa?” tanya Zhara.
“Lo di tanya malah tanya kenapa?”
“Iya tadi gue ke perpus” Jawab Zhara untuk mengakhiri kekepoan temannya.
“Tuh kan bener apa gue bilang” Jawab Nidya merasa dirinya menang dari Sheila.
“Iya iya” Jawab Sheila dengan malas.
Setelah itu tak ada pembicaraan lagi antara mereka bertiga. Hening, itulah suasana mereka saat ini. Sheila yang biasanya banyak bicara pun diam saja karena dia badmood oleh Nidya. Entahlah apa yang mereka bicarakan di kantin tadi sehingga mereka berdua kelihatan agak kurang akur seperti itu.
“Gak nanya lebih nih?” Tanya Zhara dalam hati
“Yaudah gak jadi cerita berarti” Pungkas Zhara dalam hatinya padahal dia sudah berniat menceritakan hal yang terjadi di perpus, namun melihat teman-temannya seperti itu dia mengurungkan niatnya.
Kalian juga kan? Udah niat cerita ke teman tapi melihat teman sendiri tidak mood malah memilih tidak jadi buat cerita. Karena hanya tidak mau membuat mood teman semakin buruk atau tidak mau di cap sebagai teman yang bahagia diatas penderitaan orang lain. Biasanya orang yang seperti itu adalah orang yang gak enakan sama orang lain apalagi teman dekat.
Sabar ya, curhat tak harus sama teman!
“Siang anak-anak!” Ucap seorang guru Ppkn memasuki kelas.
“Iya pak udah siang, kata siapa masih pagi” Jawab Nidya spontan tanpa tahu siapa yang menyapa.
“Heh itu Pak Cipto!” bisik Sheila menyadarkan.
Nidya pun terkejut dan langsung tersadar “Duh, maaf pak saya ga tahu” ucap Nidya menyesal.
Sorak sorai suara tawa teman sekelas pun berusaha mereka sembunyikan supaya tidak kena semprot Pa Cipto yang sebentar lagi akan mengoceh.
“Kamu ya bla..bla..bla..bla..” Ceramah Pak Cipto dengan panjang lebar kali tinggi, sehingga melupakan niatnya untuk mengajar.
Zhara, gadis itu malah asyik dengan pemikirannya sendiri. Raga-nya ada di kelas tetapi hati dan pikirannya berada di luar, lebih tepatnya di perpustakaan. Zhara masih berusaha percaya bahwa tadi dirinya menerima ajakan Natra ke perpustakaan. Suatu hal mustahil yang nyata.
***
.
.
.
.
Jangan lupa Vote dan komen!
Terima kasih sudah mampir 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Directionless
Teen FictionAku adalah seseorang yang selalu memikirkanmu kala sendiri. Memikirkanmu, apakah kau bahagia setelah aku pergi dari kehidupanmu? Apa kau sudah menemukan seseorang yang baru? Yang bisa menggantikan posisiku kala itu. Posisi dimana aku menemukan sebu...