"Kamu dapat membuatku jatuh, semoga jatuh yang kuterima tidak menyakitkan."
Salma mengangguk.
"Aku mendapat ini sal. Sejak lama aku lost contact dengannya hingga kemarin aku mendapat ini yang sudah ada di depan indekosku" Menyodorkan undangan "Itu undangan pernikahan dia dan teman sekolahku dulu. Dia sebelumnya pernah berpacaran dengan anak tengil di sekolahku. Namun, pacarnya itu ketauan selingkuh denganku, tapi sayang cinta membuat dia buta, dia menjauhiku dan marah begitu besarnya kepadaku. Apa yang harus aku lakukan Ma? Aku masih belum bisa lupa saat Ayahku meninggal dan meninggalnya dengan cara yang mengenaskan aku berubah menjadi arogan, bengis. Terlebih Ibuku menikah lagi, bisa dikatakan keluargaku Broken Home. Aku sering melawan guru di sekolahku dulu dan dalam keadaan begitu dia yang merubah hidupku seperti sekarang ini, meski belum terlalu jauh berubah setidaknya lebih baik."
"Turut berduka Yan, maaf aku nggak tau. Kamu banyak-banyak sabar Yan, aku nggak bisa ngasih saran apa-apa maaf. Kalau boleh tau siapa nama perempuan yang kamu cintai itu?" Mata Salma terlihat berkaca kaca.
"Terima kasih, Namanya Salwa! Ya Salwa dia lah perempuan yang ku cintai. Namanya yang selalu aku selipkan dalam doa-doaku." kata Ryan, Salma tersentak kaget air matanya tambah meleleh.
Tak biasanya Salma seperti itu, biasanya dia selalu memberi saran kepadanya. Kenapa dia selalu memegangi kepalanya setelah menangis? Dan mengapa dia terkaget sampai sebegitunya? Hati Ryan bergejolak.
"Yan maaf aku harus pergi dulu, aku ke kamar mandi dulu."
Salma pamit, Ryan tak mengikutinya dan membiarkannya sendiri. Ia juga tak tau kenapa perempuan itu menangis sedemikian sedih. Padahal yang seharusnya sedih dia. Dia sedikit aneh ketika Ryan sedang bercerita tentang Salwa dan selalu menangis. Tetapi, ketika cerita yang lain tak terlihat seperti itu.
Hari pernikahan Salwa tepat jatuh pada besok hari. Tapi, apa aku masih saja ingin sendiri datang ke pernikahan Salwa? Aku dulu sudah pernah berjanji kepada Kakek Nenekku yang ada di Jogja untuk membawa calon ketika pernikahan Salwa. Aku harus mengajak Salma. Semoga Salma mau. Ucap Ryan dalam hati.
Namun, ketika Ryan mencari Salma di tempat biasa Salma kunjungi tidak ada sama sekali, di masjid, perpustakaan, kelasnya, taman, dan tempat lainnya tidak ketemu. Ryan pusing dengan apa yang terjadi, memang mendadak mengajaknya tapi kenapa dia tiba-tiba menghilang? Teman-temannya bilang dia izin, kemana? Hati Ryan bergejolak.
Ryan bingung, memilih datang atau tidak. Disatu sisi dia tak mau membuat Kakek Neneknya kecewa, disatu sisi itu pernikahan sahabatnya meski jika datang Ryan harus menguatkan jiwa raga untuk menahan kesedihan.
Ryan tidak jadi berangkat, Ryan menelepon nenek untuk beralasan kalau kuliahnya sedang sibuk sekali. Nenek menyayangkan itu, tapi nenek mendukung dan menghargai keputusan Ryan.
***
Sehabis solat Zuhur Ryan tak sadar bahwa sedang diperhatikan oleh Salma, saat Ryan berbalik dari tempat duduknya Salma seperti orang yang sedang kebingungan.
"Ada apa Ma? Lagi apa disini?" Tanya Ryan.
"Ohh nggak apa-apa, lagi nyari Al Quran aja tadi." Salma senyum tipis, merunduk.
"Ohh ngambil Al Qurannya tadi, terus sekarang ngapain?" Goda Ryan.
"Au ah!" Salma meninggalkan Masjid. Namun, Ryan menyusulnya sampai di tangga Masjid.
"Maa.. tunggu." panggil Ryan mengejar.
"Mau kemana si buru-buru?"
"Mau kejar-kejaran aja sama kamu." Salma ketawa.
YOU ARE READING
Mencintai Dalam Diam (CERPEN)
Teen FictionCerita ini mengisahkan sepasang sahabat yang saling jatuh cinta tetapi tidak ada yang berani mengungkapkan. Ryan yang menjadi tokoh utama hanya bisa melihat wanita yang ia cintainya senang meskipun dengan orang lain. "Akan ada seseorang yang mendoa...