Prolog : Hujan

161 13 2
                                    

***

Hujan pertama di Bulan November.

Kutatap jendela yang kini dihantam jutaan tetes air hujan, menimbulkan suara gemuruh.

Tabuhan rintik hujan itu beradu dengan lantunan musik yang mengalun dari sebuah iPod jadul yang terletak di sudut meja. Seolah dibiarkan tak aku sentuh, iPod itu terus menyanyikan lagu lama yang membawa air mataku menetes seirama dengan rintik hujan.

Tanganku yang terbalut sweater rajut berwarna merah muda terjulur meraih sebuah kertas dan pena yang tintanya tinggal tersisa seperempat.

Jari lentikku mulai menggores kertas sehingga timbul tinta hitam di atasnya, membentuk kata demi kata, kalimat demi kalimat, hingga menjadi kumpulan paragraf.

Selesai dengan kata terakhir, aku menyimpan pena dan melipat kertas itu membentuk sebuah perahu kertas.

Tanganku beranjak membuka jendela yang melindungiku dari hujan. Aku menggenggam perahu kertas itu erat sebelum akhirnya aku lepaskan perahu itu di tengah derasnya air hujan yang mengalir.

"Akan kuceritakan dua kebohongan besar dalam hidupku. Pertama, Aku bahagia. Kedua, Aku akan bahagia.
...

Entah dari mana aku harus memulai kisahku ini. Entah kata seperti apa yang harus kugunakan untuk mulai menceritakannya. Dan kalimat seperti apa yang harus kurangkai agar kalian bisa masuk ke dalam kisah hidupku ini, sehingga kalian benar-benar mengerti jika kehidupan itu tak seindah bunga Aster yang mekar di musim semi. Jika pun benar, maka nantinya bunga itu akan tetap layu. Tidak ada yang abadi, kecuali Tuhan.
...

Entah bagaimana ceritanya sehingga Epsilon Canis Majoris bisa menemui Centaurus. Dan mengapa semesta membuatku sakit dengan apa yang namanya cinta dan masa lalu.

...

Kalian ingin tahu kenapa? Jika iya, maka aku akan memberitahunya. Namun, jika kalian benci dengan kesedihan maka jangan masuk terlalu jauh, karena setiap katanya mampu menarik kalian semakin dalam bersama tangis.

...

Ini hanya kisah seorang gadis rapuh yang penuh kepalsuan. Kisah diantara jutaan kisah hidup, diantara sebagian kebahagiaan, dan diantara banyaknya kesedihan, hingga mencapai titik terdalam. Maka lahirlah kisah ini. Sebuah kisah yang pahit untuk dikenang, tetapi menyakitkan jika dilupakan.
...

Baiklah, jika kalian sudah siap, maka aku akan menceritakan semuanya.

Tentang Epsilon Canis Majoris yang mencari kebahagiaan."

***

Epsilon Canis MajorisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang