15. MPC

1.4K 38 11
                                    

Haiiii guys, aku udah update ni. Jangan lupa vote and coment, typo mention aja.

---------------

Setelah Arka menangis, Dev langsung mengangkat tubuhnya. Dia akan membawa Arka ke kamarnya. Di depan pintu terlihat tulisan Arka Junior Aldric. Arka adalah anak Antony dan Githa, Githa sebenarnya masih hidup. Dia menyabotase kematiannya. Dia tau bahwa selama ini orang tuanya tak pernah sayang kepada Feli, mungkin dengan kematian palsunya, orang tuanya akan menyayangi Feli.

Devian POV

Aku sedang duduk ditepi tempat tidur Arka. Keponakanku yang harus kusembunyikan keberadaanya. Ayahnya tak pernah mau mengakui kehadirannya, sudah berulang kali kukatakan padanya untuk menerima keadaan. Apa aku bisa menjadikan ini sebagai alat agar Feli tak menikah dengan kak Tony? Ya Tuhan, jahat sekali aku jika menjadikan mereka sebagai alat. Namun, tak ada yang bisa kulakukan, aku tak ingin jika harus berpisah dengan Feli. Kak Tony sendiri memiliki tanggung jawab terhadap mereka. Aku juga tak akan mau menjadi tameng untuk melindungi kak Tony lagi.

"Dev, apa Arkan sudah tidur?" tanya Kak Githa dengan sedikit membuka pintu itu.

"Iya, kakak turun saja ke ruang tamu. Ada yang harus kukatakan kepada kakak!" pintaku kepada kak Githa.

Kak Githa segera turun, suara sepatunya yang bersentuhan dengan lantai membuatku yakin bahwa kak Githa sudah turun. Aku menaikkan selimut Arka sampai sampai dadanya dan mengecup keningnya. Jika saja Kakakku yang bodoh itu mau menerima Arka dan kak Githa, mungkin aku bisa menikah dengan Feli. Namun, sekeras apapun aku berusaha, dia tak pernah mau menikahi kak Githa dan mengakui Arka sebagai anaknya.

Aku keluar dari kamar Arka dan menutup pintu dengan perlahan agar Arka tak terbangun. Turun dari tangga dan menuju ke ruang tamu, kulihat kak Githa sedang duduk sambil membaca novel kesukaanya. Aku duduk disampingnya dan mulai mengambil posisi agar bisa tidur di pahanya.

"Kak Git!" panggilku. Dia meletakkan novelbya dan mulai mengelus kepalaku dengan kasih sayang. Itulah yang tak pernah kudapatkan dari siapapun.

"Kenapa, Dev? Sepertinya kamu lagi stress?" tanpa kuberitau, dia selalu tau kalau aku sedang stress. Itulah kenapa kukatakan bahwa mereka adalah rumahku.

"Kak Tony akan menikah dengan perempuan yang kucintai!" tanpa basa-basi, aku mengatakan apa yang sedang menjadi masalahku.

"Berarti dia bukan jodoh kamu. Kenapa harus memaksa? Setiap orang memilki jalan hidup masing-masing, kamu gak bisa maksa dia untuk jadi jodoh kamu, kamu juga tampan, mapan, ngapai kamu takut? Cinta datang karena terbiasa dan mungkin Tuhan punya jodoh yang lebih baik dari dia. Dan jika semisal dia lebih bahagia sama Antony, kenapa ga kamu lepas? Kamu ga mau dia bahagia?" kata Githa dengan sangat bijaksana.

"Tapi, kak. Aku tau kalau Feli cinta sama aku dan kak Tony gak tau masalah apa yang sedang dihadap Feli." kataku sambil menatap mata kak Githa.

"Siapa nama perempuan itu?" tanya kak Githa deengan kening berkerut.

"Feli!" jawabku dengan heran.

"Nama panjangnya?" tanyanya dengan heran.

"Felivia Shaquil!" jawabku.

"Astaga, Ya Tuhan. Kenapa melakukan ini? Apa yang harus kuakukan untuk membebaskan adikku dari pria tak bertanggung jawab itu." air mata keluar dari matanya, dia memejamkan mata.

"Adik?" tanyaku heran pada kak Githa.

"Iya, Feli adalah adikku yang selalu kucerritakan padamu. Dia yang selalu berkorban untukku. Dan aku tak mau jika Feli masuk ke lobang yang sama sepertiku. Cukuplah, aku yang menanggung sakit ini, aku tak akan membiarkan Feli merasakan sakit lagi, sudah cukup dia merasakan sakit."

"Ada yang bisa kakak lakukan untuk membuat Feli tidak jatuh ke lubang yang sama dengan Kakak. Kakak bisa muncul di depan Mama dan Tante MIsya dan mengatakan bahwa Arka adalah anak kak Tony. Aku yakin mereka akan membatalkan pernikahan mereka. Dengan begitu, Kakak sangat membantu kami."

Kak Githa segera bangkit dan meninggalkan aku yang sedang merenung. Apa aku harus melakukan ini? Tapi, jika aku tidak melakukannya, maka aku akan kehilangan Feli selamanya.

Aku bangkit dan menuju ke kamar tamu, kamar ini masih saja rapi dan bersih. Aku tau bahwa kak Githa selalu membersihkan kamar ini. Aku kasihan pada kak Githa, kenapa dia harus bertemu dengan orang seperti kak Tony? Kenapa dia tak bertemu dengan orang yang lebih baik? Aku tau bahwa ini semuanya adalah takdir, namun tidak bisakah kita mencegah takdir? Aku sudah lelah jika haus mengikhlaskan hatiku. Aku tau bahwa penyakit Feli tidak bisa disembuhkan tapi aku akan memberikan yang terbaik utuknya disetiap napasnya. Lalu, bagaimana aku membahagiakannya jika dia bersama orang lain? Penyakit Feli bukanlah penyakit kanker yang akan membunuh dengan cepat, namun bukan juga penyakit yang patut disepelekan. Dia harus benar-benar diperhatikan dan dijaga istirahatnya. Sudahlah, aku sudah lelah lebih baik aku memejamkan mata dan mulai tidur.

---------------

Aku mencium wangi anak bayi, ah Arka selalu begini jika aku disini. Dia akan bangun lebih pagi dan meminta kak Githa segera memandikannya, dia tau bahwa aku sanagt menyukai wanginya. Aku mencintaimu Arka. Entah apa yang dipikirkan oleh kak Tony hingga tak mau menerima Arka sebagai anaknya. Padahal, Arka sanagt wangi, lucu dan juga menggemaskan. Duh jadi pingin punya anak dari My Cunguk. Rindu juga tak melihatnya. Aku membuka mataku dan melihat Arka yang juga sedang menatapku.

"Paman, bangun! Ini sudah pagi. Jangan terlambat bangun atau ibu akan marah. Paman mau ibu marah? Paman tau bahwa suara ibu seperti mak lampir. Jangan sampai kita diteriakkan oleh ibu atau para tetangga akan datang." kata Arka padaku.

Aku segera bangkit dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi sedangkan Arka sudah keluar dari kamar ini. Aku akan mandi dan segera ke ruang makan.

Selesai aku mandi, di sinilah aku duduk. Di meja makan yang terdiri dari 4 kursi dan hanya ada kami bertiga disini. Seandainya kak Tony menerima kak Githa, maka aku bisa menikah dengan Feli. Kurasa, aku terlalu banya berandai-andai. Aku harus melakukan segalanya secara nyata bukan hanya kata-kata, karena lelaki itu dilihat dari bagaimana dia bersikap nyata bukan dengan berkata-kata. Aku bukanlah lelaki dingin atau apapun. Aku hanya bersikap sewajarnya jika kamu adalah orang yang baru kukenal, namun jika aku sudah mulai nyaman denganmu maka aku akan bersikap hangat dan menjadi diriku sendiri. Aku juga bukan leaki yang pandai berkata-kata, aku hanya dokter biasa yang mencintai pasienku yang ternyata adalah orang yang akan dijodohkan dengan kakakku. Teryata nasibku tak terlalu baik, mencintai seseorang yang tak akan pernah menjadi milikku. Apa kalian menganggap itu kesalahan?

---------------

Jangan lupa vote and comment.

Sabtu, 4 April 2020

My Possesive Doctor Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang