Dua belas tahun lebih Hara dan ibunya tinggal di pinggiran wilayah Kreta. Sebagai bentuk pengasingan dari kerajaan karena 'bakat' yang dimiliki oleh Hara.
Awal kehidupan mereka terasa berat. Mereka membiasakan diri tanpa dayang untuk disuruh-suruh, tanpa pengawal untuk melindungi, tanpa status untuk selalu dihormati. Hingga mereka sudah terbiasa tanpa itu semua.
Bekerja sendiri memenuhi kebutuhan dan saling bahu-membahu dalam kesusahan.
Ketika ke tempat ramai, mereka harus memakai sebuah penutup wajah. Sudah menjadi peraturan dasar bagi pengasingan 'orang istana'. Untuk itu mereka harus selalu menutup jati diri -wajahnya di muka umum.
Besok tepat hari peringatan kelahiran putri Hara dan putri Michelia. Untuk memperingati kelahiran para putri kerajaan biasanya kerajaan melakukan perjamuan makan khusus. Mengundang para petapa dan bangsawan lain, merayakan dalam kebahagian.
Itu harusnya...
Tapi putri Hara hanya anak yang diasingkan, tidak ada perayaan bagi orang-orang seperi itu. Di hari kelahiran yang ke delapan belas putri Hara, tidak ada apapun. Kecuali kado-kado yang diantar oleh para perajurit istana kepada Hara, sama seperti tahun-tahun sebelumnya.
"Mama, kira-kira apa yang akan ayah kirimkan untukku?" Tanya Hara yang sedang menyisiri rambut panjangnya.
Ratu Flonia tersenyum, wajahnya terlihat menua tapi dengan aura keibuan yang sangat kental. Dengan pelan diraihnya sisir yang dipegang oleh Hara, lalu menggantikan kegiatan Hara.
Tangan Flonia menyisir pelan rambut Hara, "Ntahlah mama tidak tau."
Dari depan cermin Hara memperhatikan kegiatan ibunya, "Aku sangat penasaran."
"Sayang, tunggu sampai besok saja. Kita akan mengetahuinya." Tutur Ratu Flonia.
Setelah selesai menyisir dan mengikat rambut putri Hara, ratu Flonia duduk di tempat tidur. Dengan sedikit meluruskan kaki, ratu Flonia menghilangkan penaknya.
"Mama ada apa? Kenapa terlihat gelisah? Apa mama sakit lagi?" Tanya Hara dengan juga ikut duduk di samping ibunya lalu memijit kaki ibunya.
"Besok umurmu delapan belas tahun, harusnya kamu sudah memiliki tunangan." Ucap ibunya.
Di kerajaan Kreta, putri bangsawan dianggap sudah dewasa ketika menginjak umur delapan belas tahun. Dan saat itu harus segera dinikahkan atau ditunangkan. Itulah yang menjadi pedoman para bangsawan Kreta.
Pergerakan tangan Hara berhenti, dengan wajah cemberut Hara malah merengek. "Tidak. Aku akan selalu bersama mama."
"Sayang, kamu harus segera mencari pemuda yang menyayangimu." Ibunya membelai untaian rambut Hara.
Hara tersenyum lebar, menutup matanya. Di kepalanya sekarang sudah ada sosok yang menjadi pria idamannya.
"Aku akan menemukan pemuda itu, mama."
Seorang lelaki yang tampan tengah duduk disinggah sananya. Ketampanannya sudah tidak bisa dipungkiri.
"Aku akan menemukan pemuda yang tidak menyukai medan perang."
Lelaki yang ternyata seorang raja itu berdiri, mengambil pedang panjang yang ada di sampingnya.
"Pemuda penuh kasih sayang, pengampun dan perawakan lembut."
Dengan langkah tegas, angkuh dan wajah datarnya, pemuda itu menghampiri sekumpulan orang-orang yang tengah diikat. Di sana ada anak-anak, wanita tua dan beberapa pria.
Hara menatap ibunya, "Apakah aku berlebihan mama? Aku ingin pria yang bisa mengampuni yang bersalah."
Raja itu dalam sekejap mengayunkan pedangnya, memotong urat kehidupan orang-orang dihadapannya. Teriak menangis dan mohon ampun sama sekali tidak ia pedulikan. Inilah yang terjadi bagi mereka yang melanggar hukum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny
FantasySeorang anak perempuan manusia yang terpilih menjadi pasangan sang Lord penguasa wilayah terbesar. Perempuan polos dan baik hati namun sangat teguh ketetapan hatinya. Tidak lagi tenang sejak para 'makhluk lain' mengetahui keistimewaan dirinya. Kini...