Pergi ke Korea

94 28 8
                                    

Gadis berambut lurus dengan semir coklat parau menikmati perjalanan menuju Korea.
Dia tengah menatap gugusan bintang, toh ini perjalanan malam hari. Dia pergi sendiri. Dan akan berjuang sendiri.

Tak ada kenalan tidak membuat nyali gadis bermanik coklat ini bimbang. Wajah putihnya mulai memerah menahan lelah. Perjalanan yang cukup panjang bukan?

Jika telah sampai ia tanpa pikir panjang akan segera menghempaskan tubuhnya yang terasa kaku ini keatas ranjang empuk miliknya.

Dan 20 menit pun ia jalani dengan hati gembira. Ia tatap kota impian itu. Banyak lampu indah yang ia tak dapat melihat hal itu di Jakarta. Dan jangan lupakan semua mobil yang sedari tadi lewat adalah modelan mobil sport.

Dan jangan lupa akan dinginnya kondisi Korea untuk bulan ini dan kedepannya.
Ia tak mau merutuki hanya saja ini sedikit lumayan mengagetkan. Apalagi ia termasuk gadis lemah. Lemah akan dingin.

.

.

.

.

@Pagi hari

Menyusupnya sinar mentari membuat gadis berambut sepunggung itu menggeliat silau. Dan ia mulai sedikit membuka matanya. Bukan karena mau, namun ia dengar ada yang mengetuk pintunya lama.

Ia meregangkan tubuhnya terlebih dahulu dan sedikit terusik tapi ia ingat ini bukan hal biasa. Ia tak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini.

Ia bukan gadis bodoh yang mengabaikan siapa itu. Toh, jika tetangga, bukannya sangat beruntung karena ia baru datang semalam. Dan sudah ada yang mengetuk rumahnya untuk berkunjung dipagi hari.

Ceklek

Ia membuka pintu dan mematung ditempatnya.
Malaikat mana yang tersesat dan kini berada di depan rumahnya? Bukan hanya itu dia tersenyum ramah dan jangan lupakan tangan yang rasanya ingin di lendoti olehnya, karena kini ia telah mengulurkan tangannya.

Alisa malu bukan main. Hei, jangan lupakan wajah bangun tidur Alisa. Ia lupa untuk membasuh wajahnya dulu. Alisa pun menunduk menutupi rasa malunya. Ia menerima uluran tangan si lelaki dengan kulit mulus super putih itu. Wow, jarang2 ada lelaki dengan kulit seputih ini di Indonesia.

"Annyeonghaseo, aku Sehun"
Ucapnya ramah dan jangan lupakan senyum Angelic itu. Rasanya ingin meleleh saja.

"Aku Alisa, ada yang bisa saya bantu, kak?"
Ucapan Alisa tadi membuat lelaki itu mengangguk dan tersenyum. Dan menatap Alisa lekat, sembari berkata "Jangan malu, angkat kepalamu, dan tatap aku," Alisa kaget namun merasa hangat tiba-tiba. Ia pun mendongak dan menatap wajah siempunya bibir kissable itu.

"Kamu baru pindah semalam kan? Nampaknya kamu meninggalkan tas kecil ini disana. Jadi aku berinisiatif untuk membawanya kemari" ia menjawab dengan telunjuk mengarah ke sisi jalan itu. Benar sepertinya semalam Alisa terlalu ceroboh hingga ia lupa tas kecil ini ketinggalan.

"Gomawo kak." Alisa sedikit membungkuk. Dan menatap manik biru Sehun dengan tatapan memuja dan suka.

"Panggil saja aku Sehun. Yasudah aku mau kembali lari pagi."

Dia melenggang pergi, dan ia tak sadar telah membuat guratan bahagia di wajah Alisa. Alisa menatap tak percaya. Ini terlalu indah untuk kehidupan hari pertama di Korea. Seingatnya jika di acara Drakor pasti anak perantauan sepertinya akan mendapatkan respon kurang mengenakkan. Entah diwilayahnya atau disekolah.

Alisa harus ingat ini masih hari Minggu. Ia belum memulai takdirnya di sekolah. Mungkin tetangga bisa menerima ia dengan baik. Namun disekolah ia belum bisa menjamin.

Ini bukan suudzan. Karena Alisa belajar dari sering menonton Drakor dan yah, ia jadi tertantang untuk merasakan kehidupan yang baru di Negeri Ginseng ini.

COWOK BERANDALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang