Dua

2.4K 155 13
                                    

Tak sampai setengah semester sejak Angga insecure gara-gara lihat Dirgan, pertemanan mereka sudah erat. Tadinya, Angga pikir Dirgan adalah orang yang angkuh dan dingin. Tapi semua itu hanya salah sangka. Dirgan sangat ramah padanya bahkan selera humornya pun hanya setinggi tanah.

Kalau sudah akhir pekan, Dirgan selalu mengajak Angga jogging bareng pas pagi-pagi buta. Kata dia udara pagi masih segar sekali dan belum banyak kendaraan yang berlalu-lalang. Iya memang benar sih. Mereka jogging melewati kampus sampai ke taman kota yang jaraknya gak terlalu jauh.

Angga mau ikut Dirgan jogging setiap akhir pekan, tapi dia gak suka keringetan dan lelah. Berakhirlah dia membangkai di atas tempat tidur saat pagi hari selama akhir pekan.

Memang sudah dari kecil terbiasa manja dan dimanja

Atau

Memang Dirgan yang sangat manly?

Ah itu sudah tidak usah dipikirkan lagi. Jelas kalian tau jawaban mana yang tepat. Angga juga senang jadi dirinya sendiri kok!

---

"hosh.. Hoshh.." lari Angga terhenti, badannya menunduk sementara tangannya bertumpu pada lutut.

Dirgan yang merasa aura manusia di sebelahnya menghilang langsung menghentikan lari nya. Dia menoleh ke belakang dan mendapati Angga sedang sekarat oksigen alias ngos-ngosan. Buru-buru dia mundur nyamperin si Angga.

"Aelah lu butuh napas buatan ya, baru juga sebentar lari pagi nya."

"Eh kelelawar! Kita udah lari dari asrama sampai taman terus juga udah ngelilingin dua kali. Itu udah lama tau!" jawab Angga. Ngegas. Dia tak terima Dirgan yang seenaknya meremehkan dirinya. Setidaknya, saat diajak tadi Angga sudah bersemangat dan sangat antusias. Loh... Kenapa ini jadi terlihat seolah pernyataan Dirgan salah besar.

Dirgan tertawa lebar sambil mengusap-ngusap punggung Angga. "Hahahahahahah.. Iya deh iya, udah ngitung dari tadi ya lo."

Angga berdecih. Dia mengatur napas nya dan menghirup udara dalam-dalam. Namun, bukan udara segar yang di hirup nya melainkan aroma kotoran.

"Eh ga, kok bau nya?"

"Lah gw baru mau tanya."

Angga memeriksa telapak sepatunya namun tidak menemukan sesuatu yang aneh disana. Saat dia teliti lebih jauh Angga langsung mendorong tubuh Dirgan menjauh dan menutup hidungnya menggunakan telapak tangan.

"Sana lo anjir, sepatu lu nginjek tai kucing."

"Tolongin dong Ga, bau banget anjir." Rengek Dirgan.

---

Angga terkekeh dalam kamar saat ingatan akhir pekan pertamanya di asrama muncul. Hari ini dia lebih cepat bangun akhirnya dia memutuskan untuk segera mandi. Sisanya dia menunggu pagi datang dengan membuka jendela kamar dan menikmati udara segar.

"Anjir Ga. Lo gak kesurupan kan udah bangun sepagi ini terus haha hihi di depan jendela" ujar Dirgan dari balik selimutnya.

Angga menoleh, dia tidak sadar membuat suara terlalu kencang hingga temannya itu terbangun.

Lucu juga ya, muka baru bangun tidur nya Dirgan.

"Sorry man, gue buat lo kebangun ya. Gue gapapa, Cuma nginget pas lu nginjek tai kucing waktu itu, hahahahahahahahahaah." Kebablasan ngomong deh. Ya sudah, Angga terlanjur tertawa jadi walaupun kaget dia tetap meneruskan acara tertawa ria nya. Demi menutupi malu dan rasa canggungnya.

Kenapa Angga harus malu? Bukan kah itu memang hal yang cocok untuk ditertawakan?

Dirgan mengubah posisi nya menjadi duduk dan menatap ke arah Angga yang masih tertawa lepas.

"Muka lo waktu itu melas banget pas minta tolong, ya ampun maafin ya gue masih ketawa sampai sekarang." Lanjut Angga.

"bwhahaha sialan lo, bukannya nolongin gue. Anyways, lu nginget-nginget gue kenapa nih? kangen sama pelukan aa ya? Kita juga gak pernah tidur satu ranjang, sini tidur bareng aa." Diluar dugaan. Bukannya marah, Dirgan malah tertawa bersama Angga bahkan menggodanya.

"Nggak mau." tolak Angga dengan pipi nya yang memerah.

"Hahahah yaudah deh, gue mau cuci muka dulu." Ujar Dirgan.

Angga kontan terdiam, menatap Dirgan yang pergi menuju kamar mandi dan merasakan jantungnya berdebar sangat kuat. Seolah senang sekali rasanya.

---

"Angga," panggil Dirgan yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Hm?"sahut Angga yang masih setia berada di depan jendela, namun kali ini sambil membaca buku catatannya.

"Lo mau ikut jogging?"

Angga berbalik dan menatap perut Dirgan yang terbentuk seperti roti sobek. Angga bengong terdiam. Sementara Dirgan asik mencari kaos yang pas untuk olahraga minggu ini. Dari samping, otot-otot perut itu menonjol. Lucu, Angga mau pegang.

"Ga?"

"Ha? Iya gue ikut. Sebentar mau ganti celana." Angga menganggukkan kepalanya dan buru-buru berbalik, dia tidak mau Dirgan melihat wajah nya yang memerah.

Tbc


































Hayo-hayo Budayakan vote :*

My Fucking RoommateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang