"Wajah kamu kenapa Abi, kenapa bisa babak belur gitu?" tanya ibunya Abi, Anita. Saat anaknya itu melewati Anita begitu saja, dengan cepat sang ibu mencekal lengan Abi untuk meminta penjelasan. Abi menggelengkan kepalanya.
"Abi di rampok preman Bu" bohong Abi "Abi mencoba melawan mereka, eh malah Abi yang..." Abi menghentikan ucapannya lalu menunjuk wajahnya.
"Kamu benaran emang dirampok kan Bi, bukan karna kamu ikut tawuran" ucap ibunya, Abi menggelengkan kepalanya "Sini ibu obati luka kamu" lanjutnya.
Abi duduk di sofa menunggu Anita, mengambil kotak P3K. Anita datang membawa mangkuk yang berisikan air dingin dan kotak P3K. Abi terlihat meringis kesakitan, saat Anita dengan kelembutannya mengobati luka Abi "Aw, sakit banget Bu" kata Abi.
"Makanya, lain kali kalau kamu kenak musibah kayak gini lagi, kamu nggak usah lawan mereka yah Bi, kasih aja yang mereka minta daripada nyawa kamu yang jadi taruhannya Bi. Barang yang di ambil dari kamu, masih bisa diganti tapi kamu, kamu nggak bisa Bi. Kamu anak ibu satu-satunya Bi" ucap Anita. Abi tertegun mendengar kalimat ibunya.
Abi masuk ke dalam kamar setelah ibunya selesai mengobatinya. Abi menatap wajahnya di cermin dengan tatapan marah dan sinis, dia sangat membenci dirinya sendiri yang tidak bisa melawan seorang wanita. Setetes air mata jatuh dari pelupuk matanya, Abi merasa terhina. Abi mengepalkan tangannya kuat lalu meninju dinding kamarnya berkali-kali untuk melampiaskan emosinya. Dia bersumpah pada dirinya sendiri akan membuat seorang Mega menyesal, suatu saat nanti.
Setelah puas, Abi membaringkan tubuhnya di ranjang, menatap langit-langit kamarnya cukup lama, membayangkan perlakuan yang dilakukan Mega padanya. Wanita itu, pernah menuangkan air mineral ke kepalanya di hadapan semua orang, menabrak Abi dari belakang, hingga membuat siku tangan Abi luka cukup besar, mengunci Abi di dalam kamar mandi, mengempeskan ban motor Abi dan memukul kepala Abi seenaknya, menyuruh Abi mengutip sampah yang di buang Mega sengaja di hadapan Abi, membuat Abi layaknya pembantu dan paling parahnya, wanita itu pernah memaksanya untuk merokok dan berganja. Perlakuan semena-mena yang di lakukan Mega selama seminggu penuh padanya.
Abi menatap punggung tangan kanannya, buku-buku jari tangannya terlihat terluka, Abi hanya menghela nafas, lalu bangkit berdiri, berjalan ke kamar mandi. Abi membilas luka di buku jari tangannya, menahan rasa sakit yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Abi tidak memasang ekspresi apapun di wajahnya, dia datar. Semakin lama, bilasan di tangan Abi berubah, yang tadinya lembut menjadi kasar dan cepat. Rahang Abi mengeras, emosinya semakin memuncak seketika, dia geram, sangat geram.
Prankkk...
Abi meninju cermin wastafel di kamar mandinya lalu menghempaskan semua peralatan mandi yang tersusun rapi di wastafel miliknya. Peralatan mandi itu, berserakan di lantai, Abi tidak peduli akan hal itu. Dia emosi kepada Mega tapi dia tidak tahu cara untuk membalasnya. Abi tidak siap untuk menghadapi wanita itu lagi.
Minggu adalah hari yang paling disukai Abi, Dia akan bermalas-malasan di dalam kamarnya seharian, tidur, main PS, main handphone, pasang musik sekeras-kerasnya. Tidak ada pelajaran, pembullyan hanya ada kedamaian dan kebahagiaan. Tiba-tiba handphone Abi berdering, Abi menatap layar handphonenya, nomor tidak diketahui. Abi tidak mengangkatnya melainkan mengabaikannya.
Handphone Abi terus berdering, berkali-kali dia menolak panggilan itu, berkali-kali juga nomor itu menghubunginya. Abi dengan kesal mengangkat panggilan itu. Abi diam, dia menunggu si penelpon yang berbicara terlebih dahulu "Brengsek, lama sekali kamu mengangkat panggilan ku" teriak marah si penelpon. Tubuh Abi menegang, dia mengenali suara itu, Abi bertanya-tanya dalam batinnya dari mana Mega mendapatkan nomor handphonenya.
Abi spontan mematikan panggilan Mega, tapi wanita itu, tetap menghubunginya. Handphone Abi bergetar, ada pesan masuk dari nomor tersebut.
087767890776