Prolog

37 3 0
                                    


Malam itu rasanya Allah cabut sebagian nikmat dalam hidup Hannah, ingin berdiri saja kaki tak mampu ia rasa. Menangis dalam rintihan rasa sakit yang tak bisa dijelaskan.
Hancur..
Pedih hati sudah sejak dokter memvonis tanpa rasa ngeri. Seakan sekarang ditambah lagi.

"Haruskah hidup saya berakhir dengan tubuh digeragoti penyakit? Mengapa sakitnya Engkau tambah sebelum yang satu terobati?

Menangis ia dalam sudut kamar. Sesak dalam dadanya, ingin rasa berteriak. Bumi bagai tak sudi menerima ia hidup. Ia buka kembali sebuah pesan dalam gawai nya, mendapati pernyataan yang menghancurkan harapan dalam hidupnya, sekejap saja.

"Assalamu'alaikum Hannah mohon maaf  saya dan keluarga tidak jadi bisa hadir, begitu juga ingin saya sampaikan proses ini dicukupkan sampai sini saja. Saya tidak bisa melanjutkannya lagi, karena dari keluarga besar pun masih belum bisa memberi restu penuh terlebih dengan keadaan sakit yang Hannah derita. Maafkan saya dan keluarga, semoga Hannah dapat jodoh terbaik dan senantiasa Allah jaga."  jelas Hanif dalam sebuah pesan di grup Whatsapp antara dirinya, Hannah, dan dua orang murobbi masing-masing.

Sadar atau tidak, mungkin memang harapan Hannah terlalu dalam terlebih pada makhlukNya. Namun tak dapat dipungkiri, menjadi orang yang punya riwayat penyakit berat dirasa sulit karena tak banyak yang bisa menerimanya. Saat proses itu hampir mencapai yang diharapkan, seketika gagal dan usai.

lagi-lagi, Allah punya rencana lain...

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 20, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Wondeful JourneyWhere stories live. Discover now