Suara tas yang dijatuhkan dari punggung menjadi akhir pria itu untuk berusaha menjauh. Dengan napas yang hampir sampai pada batas, Jungkook berusaha melihat ke belakang, memastikan agar jarak mereka cukup untuk menghindari ledakan yang mungkin terjadi.
Lenguhan panjang ia dengar dari pria di sampingnya yang mencengkeram bagian dada, membuat Jungkook yang sedari tadi memapah pria yang usianya hampir mencapai empat puluhan itu berusaha bangkit, merobek bagian kausnya untuk menekan luka dan darah yang banyak keluar.
"Aku rasa ini akhirku," lirih pria itu sudah tak sanggup menarik napas lebih dalam, Jungkook melepaskan pelindung kepalanya dan melempar benda tersebut begitu saja.
"Bertahanlah, semua yang menunggumu pasti ingin kau pulang dengan selamat, Mayor," tegas Jungkook sambil terus menekan luka di dada kiri pria bermarga Shin tersebut.
"Lalu kenapa kau tidak pergi? Bukankah istrimu juga menunggumu?" tanya Mayor Shin membuat Jungkook kembali teringat pada Tzuyu. Jungkook memejamkan matanya, seharusnya dua puluh delapan hari yang lalu ia bisa kembali menapakkan kakinya di tanah dimana wanitanya sudah menunggu sangat lama, akhir tugasnya sudah selesai selama sepuluh bulan jika saja tidak terjadi hal diluar dugaan yang membuat pasukan mereka terpecah dan ia yang berakhir harus kembali berjuang untuk mempertahankan janjinya pada Tzuyu.
"Aku tau," Jungkook berujar penuh penyesalan, bukan karena ia yang memilih berlari dan menyelamatkan beberapa orang saat itu, tetapi karena mengingat mungkin Tzuyu tengah berputus asa sekarang. Dada Jungkook terasa sesak walau hanya membayangkan senyuman Tzuyu memudar ketika pesawat yang membawa para prajurit kembali tak dinaiki olehnya juga, membuat gadisnya itu harus menerima dingin karena kesendirian sebab hanya bisa menyaksikan beberapa orang yang kembali bersama orang-orang terkasihnya.
Suara dentuman membuat tanah yang mereka duduki ikut bergetar, bumbungan asap yang mengepul hitam dengan bercak cahaya kuning kemerahan menjurus ke arah langit membuat mata pria Jeon itu terlihat lebih berkaca-kaca dari sebelumnya.
Ia sangat merindukan wanitanya.
Sebuah tepukan halus Jungkook rasakan di pundak, mendapati Mayor Shin yang tersenyum penuh rasa bangga dan terima kasih, membuat Jungkook menundukkan wajah dan memukul keningnya beberapa kali.
Mayor Shin hanya diam, menyunggingkan senyum penuh pengertian mendengar isak kerinduan Jungkook sekarang. Rasanya, Jungkook kesulitan bernapas, luka tembak di lengan kiri atau bahkan di kepala tak sama sekali membubuhkan perih, justru hatinya lebih berdarah mengingat setiap detik ia bisa saja memupuskan janji pada Tzuyu.
"Aku merindukanmu, Tzuyu. Sangat," gumam Jungkook membayangkan bagaimana gadis itu harus melewati malam-malam sepi sendirian. Apakah Tzuyunya bisa tidur? Apa dia makan dengan benar? Apa Tzuyu baik-baik saja?
Jungkook menyandarkan tubuhnya di batang pohon, ia merasa lelah. Lelah memendam kerinduan yang semakin lama semakin membuncah. Jika dulu Jungkook takkan pernah berpikir untuk kembali hidup saat pergi berperang, kali ini tidak. Jungkook terlalu takut jika ia gagal untuk kembali dan tak pernah bisa melihat Tzuyunya lagi.
Mayor Shin berusaha merangkak untuk lebih dekat pada Jungkook, melakukan hal yang sama untuk bersandar dan menatap langit yang dipenuhi bintang kali ini. Walau harus semakin menekan dadanya ketika menarik napas dalam, ia tetap melakukan hal itu, memusnahkan semua rasa yang mengekang dalam dadanya.
"Pria terlalu sering menganggap wanita lemah dan membutuhkan kita sebagai perlindungan, tanpa kita sadari bahwa mereka adalah kekuatan sebenarnya agar kita bisa mengetahui kelemahan yang ada," Mayor Shin masih menatap langit saat Jungkook menoleh dengan mata memerah ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eadrainn 2 [COMPLETED]
Fanfiction|SEBAGIAN PART TELAH DIHAPUS| Setelah banyak waktu yang ia lewati dengan kesendiriannya, bagi Tzuyu hidup itu sederhana dengan rencana yang tak kalah sederhana. Sebagai seorang gadis yang sejak dulu terbiasa hidup bergelimang harta, memiliki segalan...