Hening yang terjadi diantara mereka terasa mencekik. Jungkook hanya terpaku beberapa detik, menatapnya dengan mata yang tampak sedih. Dan merasakan secara penuh dan sadar tentang makna di balik sorot mata suaminya membuat Tzuyu kembali memperingatkan diri bahwa masa depan mereka sedang harus dibicarakan sekarang.
Tzuyu hanya membuang pandangan dengan memainkan cincin pernikahan yang melingkar di jari manisnya saat Jungkook berdiri dari kursi roda dan berjalan ke arah ranjang. Membuat Tzuyu sedikit menahan napas merasakan gerakan dari seseorang yang menuju sisinya sekarang.
"Tzuyu," panggil Jungkook membuat gadis itu menggigit bibir bagian dalam. Berusaha tegar, mengancam dirinya yang dengan mudah mengeluarkan air mata.
Runtuh, Tzuyu tak bisa lagi bertekad lebih keras saat sebuah tangan yang hinggap di pundaknya, membuat ia tersenyum miris pada dirinya sendiri. Menyadari bahwa Jungkook tak hanya menjadi titik kuatnya, tapi juga kelemahan yang ia punya.
"Dengar Jungkook, aku mungkin terlalu pengecut, tapi apa kau mengerti kalau aku takut?" ucap gadis itu bagai serangan tanpa aba-aba, menatap Jungkook yang hanya bisa diam menahan napasnya sebelum kemudian tersenyum, mengusap pipi Tzuyu lembut.
"Aku tau,"
Tzuyu hanya mendesah pasrah, dihadapkan pada sisi Jungkook yang seperti ini membuat ia tak bisa menerka apa pun mengenai lelaki itu.
"Kau bukan pengecut sama sekali, kau justru lebih dari yang kau bayangkan, Tzuyu,"
"Jungkook, aku bukan gadis remaja yang akan luluh dengan kalimat seperti itu," lagi-lagi Jungkook hanya tertawa kecil sambil mengusap pelan kepala Tzuyu.
"Aku sedang tidak menggodamu, aku mengatakan kebenaran," kali ini Tzuyu terlihat tertarik dan menatap Jungkook. Pandangan pria itu berubah, menatap Tzuyu penuh binar memuja dan takjub pada gadisnya.
"Tidak ada wanita pengecut yang sanggup bertahan untuk menunggu lelakinya begitu lama seorang diri,"
"Tzuyu, aku tau ketakutan yang menderamu, dan aku sangat tau apa yang menyebabkan hal itu. Tapi tanpa kau sadari, selama masa sulit itu kau telah tumbuh dengan sangat baik, kau menjadi sangat kuat, dan kau bisa bertahan untuk menghadapi semuanya,"
Tzuyu terdiam, Jungkook juga tak bicara. Gadis itu sekarang terlalu asik mendalami peran dari kenangan yang muncul bergantian, tentang bagaimana ia harus membiasakan diri melakukan segala hal secara mandiri dan menanti setiap malam menuju pagi dengan penuh sepi sunyi.
"Aku menemukan makna hidup di sana, mendapatkan jati diri," Jungkook kembali bicara setelah beberapa lama, membuat Tzuyu kembali menoleh padanya. Ternyata, pria itu kini sudah berbaring terlentang, menjadikan kedua telapak tangannya sebagai bantal dan menatap langit-langit kamar.
Tak ingin berbaring sendirian, Jungkook menarik lembut lengan Tzuyu dan mengarahkan gadis itu, untuk ikut berbaring dan menjadikan sebelah lengan lelaki itu sebagai bantal.
"Dan kisah kita, juga dimulai di sana," lanjut Jungkook mengecup Tzuyu sekilas sebelum kembali menatap ke atas kamarnya dan diikuti oleh gadis itu.
Keduanya terdiam, terhanyut seakan melihat hal yang sama, padahal tak ada apa pun selain langit-langit kamar yang berlapis kayu di sana.
"Kau bilang merindukan Jungkookmu yang dulu dan memintaku untuk segera mengembalikannya," Tzuyu menengadah, melihat wajah Jungkook yang masih menatap lurus ke depan.
"Lantas bagaimana bisa jika kau tak mengizinkan Jungkookmu ini pulang?" Tzuyu menelan salivanya, menatap nanar mata yang mulai terlapisi cairan bening, mata yang menyiratkan segala rasa yang dipendam suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eadrainn 2 [COMPLETED]
Fanfiction|SEBAGIAN PART TELAH DIHAPUS| Setelah banyak waktu yang ia lewati dengan kesendiriannya, bagi Tzuyu hidup itu sederhana dengan rencana yang tak kalah sederhana. Sebagai seorang gadis yang sejak dulu terbiasa hidup bergelimang harta, memiliki segalan...