[06] : Terror.

4K 646 39
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Brakkk

“Anj--eh, apaan tuh...”

Jeno melangkah kearah pintu kamarnya, disana sudah tergeletak sebuah kotak berwarna merah dengan ukuran sedang.

Cowok yang terkenal cool disekolah nya itu, membuka kotak tersebut dengan bar-bar. Didalam nya, terdapat sebuah kalung berbentuk hati dan poto-poto Jeno.

“KAK LISA!”

Itu suara Chenle, dia teriak kencang sampai membuat Renjun yang tidur diranjang atas terjatuh kebawah. Haechan yang kaget, langsung membangunkan Renjun.

Meooowww errrr

Chenle kenapa?!” Lisa panik, tentu saja.

Chenle tak menjawab, ia langsung memeluk Lisa erat dan menangis tersedu-sedu. Jaemin berdecih, cari kesempatan dalam kesesakan.

Sementara Mark disampingnya menggeleng kepala, “Btw, Lucas kok lama banget di wc.” gumamnya. Yang didengar oleh Jisung.

“Kenapa, bang?”

“Eh, gak papa.”

Lisa melepaskan pelukannya, lalu mengelus lembut rambut Chenle. Sedangkan Jeno, sambil menggenggam kalung tadi ia memperhatikan poto-poto masa kecilnya.

“ANJENG! KOK BANYAK KECOAA!”

Tak lama, Lucas dari arah kamar mandi bawah berteriak kencang. Mark berlari, menghampiri. Disusul oleh yang lainnya.

Lucas nampak panik, “Ewww, sejak kapan rumah orang kaya banyak kecoa nya?” Lisa menyentil jidat Lucas.

“Jen, kalung dari siapa?”

Jeno beralih menatap Renjun, yang tersenyum sambil terus memperhatikan kalung yang di pegang Jeno. “Gak tau nih, tiba-tiba ada didepan kamar!” jawabnya.

Jaemin merampas kalung tersebut, “Kalau menurut gue sih, ini kalung bukan dari Teteh.” opininya. Haechan setuju, “Kalaupun dari Teteh, dia bakal ngasih kalung yang ada tengkoraknya bukan lope lope gini.” sahutnya.

“Udah, kalian lanjut tidur aja. Diskusinya besok aja.” suruh Lisa.

Mereka pun, satu persatu masuk kedalam kamar masing-masing terkecuali Renjun dan Haechan yang satu kamar. Mark tak pergi ke kamarnya, ia berbelok menuju tangga.

Dia haus.

“Pengen minum sirup...”

“Jangan kak, udah malem.”

Deg deg deg

Perlahan-lahan, Mark berbalik.













Paginya, mereka duduk di ruang keluarga secara melingkar. Ada Lisa juga, soalnya dia yang paling tua disini. Dan sekarang, dia lagi ngeliatin poto-poto masa kecil Jeno.

“Kamu udah ganteng dari kecil ya, Jen.” puji Lisa, Jeno bulshing.

Tiba-tiba, ia merasakan gatal yang luar biasa di bagian perut dan belakangnya. “Chan, garukin perut gue. Jaem, garukin belakang gue!” Jaemin dan Haechan pun nurut.

Lisa panik, “Jen, kamu kenapa?” tanyanya. Setelah itu, berlari untuk mengambil obat gatal. Mark ngasih air putih, “Minum dulu, Jen.”

“Goblok! Kagak ngaruh!” maki Lucas.

“KAKKKKKK!”

Jisung teriak, sambil nunjuk-nunjuk ke arah pojok kanan dirung tengah. Tepat didepan ruang keluarga, posisinya di samping televisi.

“Sung, lo kenapa sih?” heran Chenle.

“Kak Mark! JISUNG TAKUT, HIKSSS...”

Mark panik, dia sontak memeluk Jisung dan tak lama Lisa datang. “Jisung, kamu juga kenapa?” belum sempat Jisung menjawab, guci kesayangan Irene terjatuh dan pecah.

Semuanya langsung noleh, Renjun mendadak merinding. Dia yang paling alim disini, tapi kenapa dia yang merinding. “Cas, beresin gih. Mbak, mau ngurusin Jisung. Kalian berdua, gosok obat ini ke bagian badan Jeno yang gatal.” perintah Lisa pada Jaemin dan Haechan.

Lalu ia meraih badan Jisung, dan membawanya kekamar. Badan Jisung panas lagi, tuh kan. Sementara Lucas yang disuruh beresin guci yang pecah, malah diam mematung.

“Cas, buruan beresin sana.”

“Mark, lo ngerasa ada yang aneh gak?”

Mark tadinya mau mengangguk, tapi diurungkan karena lebih baik ia rahasiakan ini dari saudara-saudaranya termasuk Lucas dan Lisa. Takut kalau mereka panik.

“Bang, lo poto sama siapa?” celetuk Chenle, dia menujuk sebuah poto dimana Jeno ketika masih bayi sedang memeluk bayi yang menggunakan pita berwarna merah.

Jeno beralih, “Anjir, kok gue gak tau pernah poto ama cewek?”

Haechan menoyor kepala Jeno, “Halah! Playboy dari kecil ya, lo?” tuduhnya, sambil mengoleskan krim anti gatal pada perut Jeno.

“Parah, si Jeno udah ngesewa cabe-cabean sejak embrio...”

Brakkkk

Sreeet

Pintu utama rumah mewah mereka yang segede Johnny itu, tiba-tiba terbuka dan mengeluarkan suara yang kencang. Sedangkan, gorden yang berada dibelakang Renjun itu jatuh secara bersamaan.

“Astagfirullah...”

Renjun pun, mulai membaca beberapa ayat suci alquran. Dengan tujuan supaya tak ada lagi gangguan, tapi nihil. Sekarang, asbak rokok didepan Jeno hampir aja melayang mengenai wajah tampannya.

“Gue curiga, ini semua ada kaitannya dengan kalung misterius itu...”

Dikamar, Jisung tak henti-hentinya menangis. Lisa semakin kewalahan. Terkadang, menunjuk ke arah situ lah ke arah sini lah.

Cuacana diluar pun mendadak hujan deras, dan sialnya lagi mati lampu. Jangan pikir, rumah orang kaya gak bisa mati lampu? Ya namanya juga belum bayar listrik.

“KOK LU NYALAHIN GUE BANG?!”

“INI PASTI ADA KAITANNYA SAMA LO!”

“TAU APA LO TENTANG GUE?”





“KAK LISA, JISUNG TAKUT. ADA BANYAK DARAH DI CERMIN.”












Hehehe, ini memang horror

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hehehe, ini memang horror.
Tapi, kalau kalian teliti disini juga aku masukin spoiler alasan mereka berada di panti asuhan.

Dimulai dari Jeno deh.

Tenang aja, ceritanya gak bakal melenceng dari cerita aslinya kok.

|btw, judulnya Baby Sister. Tapi alurnya berasa Lisa jadi pembantu. Ya gak sih? Tapi yaudah lah... Jalani aja dulu.

[A] Baby Sister √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang