PART 1

12.6K 696 73
                                    

"Eomma, appa Jungmin dimana?"

"Jungminie kenapa tanya tentang appa terus? Tidak senang ya tinggal berdua eomma?"

"Ani .. Jungmin senang tinggal sama eomma. Tapi Jungmin juga ingin tinggal sama appa. Appa dimana eoh? Teman-teman Jungmin setiap minggu selalu bermain dengan appa dan eommanya. Kenapa Jungmin tidak?"

Melihat mata putranya yang mengeluarkan tangis Jimin pun memeluknya.

Ia tahan jika hanya hidup berdua dengan Jungmin. Ia tahan untuk bekerja banting tulang demi Jungmin. Ia tahan jika tidak makan agar Jungmin bisa makan. Tapi satu yg ia tidak tahan. Itu adalah tangisan Jungmin ketika menginginkan/menanyakan appanya.

Ini bukan maunya untuk hidup hanya berdua dengan Jungmin. Tapi keluarganya yang tidak bisa menerima kehadiran Jungmin. Ia sudah mencoba mencari alamat keluarga pria yg menghamilinya itu. Tapi sampai sekarang pun ia tidak tau dimana sosoknya. Kekasih yang baru saja menjalin cinta dengannya selama sebulan. Tidak memberikan informasi apapun tentang keluarganya. Kemudian menghamilinya dan menghilang entah kemana.

Setelah pengusiran dirinya dari keluarga, ia tinggal di pinggiran ibu kota, Seoul. Hingga Jungmin sudah menginjak kelas 2 sekolah dasar. Ia bahagia meski hanya berdua dengan Jungmin. Jungmin tidak pernah rewel untuk sekedar meminta mainan maupun makanan. Ia juga pintar untuk seukuran bocah kelas 2 sekolah dasar.

Mengingat Jungmin yang menanyakan sang appa. Jimin hanya bisa memeluknya sambil menangis. Ia sungguh sudah tidak tau bagaimana cara menjelaskannya ke Jungmin. Hatinya juga sakit melihat anaknya yang selalu merindukan appanya.

Melihat eommanya selalu menangis jika ia bertanya tentang sang appa, Jungmin pun mengerti dan berusaha menghapus air mata Jimin.

"Eomma. Maafkan Jungmin. Jungminie tidak akan bertanya tentang appa lagi. Eomma jangan sedih"

Jungmin memeluk eommanya. Ia tidak mau menambah beban eommanya.

Setiap pagi Jimin harus bangun awal untuk mengantar koran dan susu, terkadang sebelum berangkat sekolah Jungmin membantunya. Siangnya Jimin bekerja sebagai pegawai minimarket sampai jam 8 malam. Dan malamnya Jimin akan mengerjakan jahitan baju pesanan para tetangga. Hidup di ibukota memang tidak mudah.

Jungmin merasa beruntung. Sesibuk apapun eommanya tak pernah mengeluh. Dan selalu punya waktu untuknya. Eommanya bekerja keras demi memenuhi kehidupan mereka berdua.

"Baiklah sekarang waktunya Jungminie tidur eoh. Ayo sikat gigi dan cuci muka nya"

Jungmin menggandeng tangan sang eomma.

Mereka tinggal di kontrakan kecil. Keluarga Jimin tidak ada satupun yang mencari keberadaannya, keberadaan mereka.

Sebelum tidur, Jimin selalu membiasakan Jungmin untuk selalu berdoa. Berterimakasih kepada Tuhan. Jungmin melakukannya. Ia juga berdoa agar esok hari lebih baik dan eommanya selalu bahagia.

Mereka tidur dengan posisi saling memeluk. Jimin sangat mencintai putranya. Hanya Jungmin yang ia punya saat ini.

Keesokan harinya

"Eomma, Jungminie bantu ya"

"Tidak usah sayang, Jungmin habiskan sarapannya."

"Sudah kok eomma. Jungmin mohon biarkan Jungmin membantu eomma"

"Nanti kamu kecapean sayang. Kan harus sekolah"

"Tidak Jungmin tidak capek kok. Ayo berangkat eomma"

Begitulah Jungmin agak keras kepala demi eommanya.

Mereka pun pergi mengambil susu dan koran dirumah nyonya Lee.

"Selamat pagi nyonya Lee" sapa Jimin sambil tersenyum.

Jungmin AppaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang