Jimin sudah diperbolehkan pulang kerumah.
Ketika orang-orang bertanya siapa nama bayi tampannya itu, ia agak kebingungan. Ia belum terpikir untuk memberikan nama apa. Namun tiba-tiba ia menjawab bahwa nama bayinya adalah Jungmin. Meski tidak mencantumkan marga sang ayah karena Jimin tidak mengetahui marga orang yg menghamilinya itu, orang-orang disana hanya bisa memahami kondisi Jimin.
*Orang-orang = Jennie, Kai, nyonya & tuan Lee, bos dan rekan kerja Jimin, juga beberapa tetangga disekitar kontrakan.
Orang-orang yang mengenal dan ia kenal, sangat baik terhadap dirinya dan anaknya. Mereka memberikan alat makan bayi, susu bayi, sejumlah uang dan beberapa pakaian bayi yang masih layak pakai. Bahkan Jennie pun memberikan baju dan sepatu baru untuk baby Jungmin.
Hari terus berganti, Jimin sudah izin tidak bekerja selama ia hamil 8 bulan dan ketika Jungmin sudah berumur 2 setengah bulan. Ia sungguh bingung, uang simpanan nya hampir habis. Tentu saja ia harus bekerja untuk melanjutkan hidup. Apalagi ia harus bertanggung jawab untuk Jungmin, anaknya.
Benar apa yang dipikirkan Jennie, Jimin kesusahan mengurus anaknya seorang diri dan ia juga harus bekerja untuk menafkahi anaknya. Tapi siapa yang akan menjaga anaknya.
"Jiminie"
"Eh Jennie ada apa?"
"Kenapa kau terlihat murung seperti itu?"
"Mmm aku tidak apa-apa Jennie"
"Hei kau adalah sahabatku. Ceritakan lah hal yang menggangu pikiran mu padaku. Siapa tau aku bisa bantu"
Jennie berusaha meyakinkan Jimin. Ia sungguh tidak tega melihat kondisi Jimin yang harus menanggung beban sendirian. Apalagi sekarang ada Jungmin.
"Aku hanya bingung Jennie, Jungmin masih sangat kecil untuk ditinggal bekerja. Tapi jika aku tidak bekerja bagaimana aku memenuhi kebutuhan sehari-hari"
Agaknya hal tersebut membuat keduanya berfikir.
"Eh, kenapa tidak menitipkan Jungmin padaku. Lagipula aku kan selalu dirumah"
"Tapi aku takut merepotkan mu"
"Hei. Kau ini sahabatku. Aku pasti akan membantumu. Lagipula aku selalu bosan dirumah menunggu Kai pulang bekerja. Jika ada Jungmin setidaknya ia akan menemaniku. Dan membuatku mempunyai hal-hal yang bisa aku lakukan"
"Apa benar tidak apa?"
"Tidak apa-apa Jimin"
"Terimakasih banyak Jennie. Tapi kita juga harus membicarakan hal ini kepada Kai"
"Tentu saja Jiminie"
Mereka terus mengobrol tentang masalah kehidupan. Sedikit banyak Jennie paham sulitnya untuk hidup di kota. Meski mereka tinggal dipinggir kota tapi tetap aja biaya hidup tidak murah. Apalagi untuk Jimin yang harus menghidupi dirinya dan buah hatinya sendirian.
Untung saja bos tempatnya bekerja di mini market sangat baik. Setidaknya ia masih mau menerima Jimin bekerja dan memberikan jam kerja yang tidak terlalu lama. Sehingga ia bisa lekas pulang untuk mengurus Jungmin.
Suatu hari Jungmin kecil jatuh sakit. Ia demam dan harus mendapatkan perawatan dirumah sakit. Ia juga harus melakukan pemeriksaan organ dalam dengan biaya yang cukup besar. Hal itu membuat Jimin stres tentu saja. Ia harus bekerja ekstra untuk biaya rumah sakit Jungmin. Setelah pulang bekerja ia langsung kerumah sakit untuk menggantikan Jennie menjaga Jungmin. Ia sungguh merasa bersalah terhadap Jennie karena terus membuat Jennie menemani Jungmin dirumah sakit.
Sedikit banyak ia sangat merindukan keluarga nya. Meski ia dan Jungmin tidak diterima disana. Ia cukup letih menjalani kehidupannya sebagai seorang ibu dan ayah sekaligus untuk Jungmin, anaknya.
Hingga Jungmin sudah berumur 5 tahun, Jennie dan Kai harus pindah keluar kota karena pekerjaan Kai yang dipindahkan kesana. Jimin tentu saja merasa kehilangan. Ia akan sangat merindukan sahabat sekaligus tetangganya. Setelah berpamitan Jennie dan Kai pun pergi.
Tinggal ia dan Jungmin. Sebenarnya ia bingung, jika ia bekerja Jungmin dengan siapa? Ia masih terlalu kecil untuk ditinggal sendirian. Jimin pun memutuskan untuk mengajak Jungmin selama bekerja. Mau bagaimana lagi. Ia khawatir jika meninggalkan Jungmin dirumah sendirian. Selama mengantar koran dan susu, Jungmin dititipkan dirumah nyonya Lee. Selama ia bekerja di mini market, Jungmin ikut membantu Jimin. Jia ia lelah maka Jimin akan membawa Jungmin keruang istirahat sekaligus ruang ganti karyawan untuk menidurkan Jungmin disana. Ia sangat bersyukur bos dan rekan kerjanya mengizinkan dan menerima kehadiran Jungmin.
Hal itu terus terjadi hingga Jungmin masuk sekolah dasar. Ia sudah bisa tinggal dirumah. Ia juga lebih mandiri dari anak seusianya. Ia cukup mengerti tentang kondisi ibunya.
Jungmin juga pintar untuk anak seusianya, kehidupannya yang sulit telah menjadikan ia anak yang bersikap dewasa. Ia juga ramah dan suka menolong. Jimin telah berhasil membesarkannya dengan baik. Meski ia bekerja ia tetap memperhatikan tumbuh kembang Jungmin.
TINGGALKAN VOTE DAN KOMENTARNYA YA💜