15. Perbedaan Tanda Baca Dua Mushaf, Apakah Bukti Al-Qur'an Dipalsukan?

46 1 0
                                    

Perbedaan Tanda Baca Dua Mushaf, Apakah Bukti Al-Quran Dipalsukan?

Fri 20 February 2015

Pertanyaan : 
Assalamu'alaikum Warahmatullohi Wabarakatuh 

Semoga Ustadz selalu dalam perlindungan Allah ta'ala. 

Ustadz, baru-baru ini saya mendapat info dari teman saya bahwa ada perbedaan tanda baca pada ayat Surat Al-Anfal ayat 60.

Kalau Quran yang satu (Lisensi dari DEPAG RI) berlafazhkan laa ta'lamuunahumullohu ya'lamuhum. Sedangkan di Quran yang satunya (dari Saudi Arabia) bertuliskan laa ta'lamuunahum Allohu ya'lamuhum. 

Saya ingin bertanya, sebenarnya yang shohih yang mana ustadz? Apakah bermakna sama ? Karena ini bisa menjadi senjata bagi orang kafir untuk menyudutkan Al-Quran, bahwa ternyata Al-Quran punya dua versi. Apakah ini bisa dijadikan dasar temuan bahwa kemungkinan Al-Quran dipalsukan?

Mohon Bantuannya ya Ustadz 

Jazakallohu Khairan Katsira.

Wassalam

Jawaban : 
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Kalau cuma masalah tanda baca, jangan kaget kalau memang akan selalu berbeda-beda antara satu penerbit dengan penerbit yang lain. Karena memang sejak awalnya sudah berbeda-beda, meski pun sama sekali tidak menunjukkan bahwa Al-Quran itu keliru atau salah tulis.

Perlu kita pahami secara objektif bahwa tanda baca yang termuat di dalam mushaf itu memang bukan termasuk 'wahyu'. Maksudnya bahwa Al-Quran yang asli turun dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW itu memang tidak ada tanda bacanya. Bahkan yang turun itu malah bukan berupa teks yang terdiri dari huruf-huruf, tetapi yang turun wujudnya adalah suara.

Jadi jangan sekali-kali kita membayangkan bahwa ketika Allah SWT menurunkan Al-Quran, wujud fisiknya berupa buku atau lembaran kertas bertuliskan huruf-huruf Arab. Lalu huruf Arabnya sudah berharakat plus ada tanda-tanda bacanya. 

Ketika pertama kali Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur, keadaannya lebih banyak dilafadzkan atau dibunyikan ketimbang dituliskan. Karena aslinya memang berwujud bacaan yang dilantunkan. Lalu ayat demi ayat Al-Quran ditulis oleh para shahabat, baik yang sifatnya pribadi-pribadi ataupun yang sifatnya resmi atas perintah Nabi Muhammad SAW kepada para sekretarisnya. 

Namun juga perlu diingat bahwa ragam dan corak serta teknik penulisannya pun belum baku, dalam arti belum ada standarisasinya. Sehingga antara teknik penulisan satu orang shahabat dengan penulisan shahabat yang lainnya, bisa saja berbeda-beda. 

Dan perlu juga diketahui bahwa dalam teknis penulisan huruf Arab di masa itu, orang-orang Arab sama sekali belum menggunakan titik untuk membedakan antara huruf ba', ta', tsa, jim, ha, kha, dal, dzal, ra', zai, sin, syin, shad, dhad, tha' dzha', 'ain, ghain, fa', qaf dan ya'. 

Maka hari ini kita yang orang Arab asli sekalipun,  kalau melihat teks asli yang ditulis di masa itu, jelas sama sekali tidak bisa membacanya.

Begitu juga orang Arab tidak terbiasa menambahkan harakat pada tiap huruf seperti fathah, kasrah, dhammah, sukun, tasydid. Kalau yang ini, sampai hari ini pun semua buku berbahasa Arab rata-rata tidak pakai harakat. Kalau sampai ada harakatnya, kita yang sudah biasa berbahasa ini malah jadi pusing dan ribet sekali membacanya.

Sementara buat orang awam yang tidak bisa bahasa Arab, kalau melihat teks tulisan Arab gundul dalam arti tanpa harakat, justru jadi kebingungan sendiri.

Kesimpulannya bahwa semua teknis penulisan, adanya titik, tanda batas ayat, tanda baca serta harakat memang hasil dari penambahan para ulama dan bukan asli turun dari langit. Oleh karena itu kalau sampai ada perbedaan-perbedaan, maka sangat masuk akal dan manusiawi, tetapi jelas sama sekali tidak ada kaitannya dengan keaslian Al-Quran sendiri. Sebab Al-Quran yang sesungguhnya adalah pada bacaannya dan bukan pada teknis penulisannya.

Kalau kita lihat sejarah, beragamnya teknis penulisan yang memang tidak bisa dihindari itu sempat membuat Khalifah Utsman bin Affan ra masyghul. Oleh karena itulah di masa beliau memerintah, diadakan mega proyek untuk menyeragamkan teknik penulisan huruf-huruf Al-Quran. Lalu kita mengenal istilah rasam Utsmani hingga hari ini. 

Penyeragaman dan standarisasi ini tentu bukan wahyu yang turun dari langit, melainkan hasil ijtihad para shahabat termasuk Utsman bin Affan sendiri. Dan langkah itu sama sekali tidak merubah Al-Quran yang asli. Kalau dibunyikan maka hasilnya tetap sama. Hanya saja orang-orang yang bukan Arab akan lebih banyak mendapatkan kemudahan ketika belajar mengeja huruf-huruf Al-Quran.

Di masa sekarang ini malah ada inovasi lebih jauh, yaitu teks Al-Quran malah dicetak berwarna warni. Konon untuk menjelaskan hukum-hukum bacaan dalam tajwid. Buat pemula mungkin teknis itu sangat bermanfaat. Tetapi bagi saya pribadi, ketika baca mushaf yang teksnya warna-warni jadi bingung sendiri.  

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc., MA

🌼🌼🌼

مختصر لمادة؛ علوم القران | Ringkasan Pembahasan Ulumul Qur'anTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang