Chapter 1

863 56 7
                                    

Suara-suara perut murid yang sudah mengadakan konser musik keroncong mulai menggema. Konsentrasi merekapun menjadi amat sangat berkurang. Tak kala bel istirahat berbunyi, bagaikan oase di tengah-tengah padang pasir. Wajah mereka yang tadinya menunduk suntuk kini berubah menjadi cerah dan segar.

Akhirnya mereka bisa merilekskan diri setelah mendapatkan banyak pelajaran yang membuat kepala mereka pening.

Namun tidak bagi Jungkook, bel istirahat adalah tanda jika ia harus siap-siap menelan berbagai pil pahit.

“Hei kacung, cepat belikan aku roti dan susu” Ujar lelaki yang memiliki tubuh agak besar.  Shin Woo.

Jungkook mengangguk pelan. Ia berdiri dan bergegas untuk pergi ke kantin. Tak perlu ia minta uang dari Shin Woo karena ia paham, tentunya pakai uang dia sendiri.

Jungkook meringis kesakitan ketika perutnya ditendang berkali-kali oleh Shin Woo.

“Aku kan tidak suka roti stroberi, kenapa kau beli ini?” tatap Shin Woo juga menjambak rambut Jungkook agar wajahnya menengadah ke arahnya.

“Ha-hanya ada itu Shin, tidak ada roti lagi, sebagai gantinya aku belikan susu untukmu”

“Shit! Dasar payah!” Shin mendorong keras Jungkook.

Semua mata murid di kelas tersebut tidak berani melihat kejadian itu. Mereka berlagak tidak mengetahui peristiwa yang sedang berlangsung. Bukan tidak peduli, tapi mereka tidak mampu berbuat apa-apa.

Shin Woo layaknya seperti seorang penguasa di sekolah. Selain sering berkelahi, ia kaya dan memiliki orangtua yang berpengaruh di sekolah tersebut.

Mana mau murid-murid tersebut mencampuri urusan Shin Woo. Mencari aman tepatnya.

“Minum itu!” Shin Woo menyiramkan susu kotak yang dibelikan tadi ke kepala Jungkook.

Alhasil, itu membuat rambut dan wajah Jungkook basah. Shin Woo pun pergi begitu saja.

Dengan kesakitan, Jungkook bangun dan bergegas ke toilet untuk membersihkan dirinya.

***

“Apa alasanmu pindah kemari? Kim Tae Hyung, betul namamu?” Tanya pak Kim, guru kesiswaan.

“Aku hidup besama kakakku dan dia dipindah tugaskan ke sini, jadi aku harus pindah juga dong pak. Karena itu” ujar pemuda yang bernama Kim Tae Hyung tersebut.

Penampilannya sederhana tapi cukup modis walaupun hanya dengan seragamnya.
Wajahnya terbilang tampan, hidungnya bangir dan punya mata yang cukup besar sehingga ia dapat dengan mudah dikenali.

“Hahaha yup, betul pasti kau harus pindah juga. Hmm apa saja prestasimu di sekolah sebelumnya? Kulihat nilai mu cukup bagus”

Pak Kim tersenyum kecil, sambil membuka-buka berkas yang dilampirkan oleh bu Hong.
Berkas administrasi kepindahan Taehyung.

“Akui saja pak kalau bapak cukup terkejut dengan nilai-nilaiku. Aku mendapat nilai itu berkat kecerdasan dan usahaku pak” Taehyung agak menyombongkan diri.

“Narsis juga kau ya,” Pak Kim memukul kepala Taehyung dengan kertas yang dipegangnya.

“Hehe” Taehyung nyengir sambil membungkuk kecil mengakui perbuatannya tadi yang kurang sopan terhadap guru.

“Tentunya kau sudah diterima disini, aku hanya ingin kenal saja murid yang akan aku bimbing nanti” pak Kim membereskan berkas-berkas tersebut.

Pandangannya beralih pada layar komputer yang ada di depannya. Tangannya bergerak-gerak bersama mouse yang dipegangnya.

“Cha, kau di kelas sebelas G. Wali kelasnya pak Wonpil. Kau temui dulu pak Wonpil, sepertinya ia masih di lab komputer dan dia nanti yang akan mengantarmu ke kelas”

Let's Be FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang