0.3. Old Peope New Character

7 1 0
                                    

----------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

----------------

"Saat semua orang berjalan menjauh, tangannya selalu terulur; tak pernah ragu meskipun terus tergusur."

----------------

0.3
{OLD PEOPLE NEW CHARACTER}

"Lo gak inget dia?" Gilang bertanya setelah melihat video yang Mara tunjukkan.

Mara menggelengkan kepalanya. Mengemut permen loli miliknya yang sudah hampir habis.

"Anak gendut yang selalu Lo tolongin kalo lagi dirundung pas di SMP." Ujar Gilang, pemuda itu tengah menyiapkan hot chocholate untuk Mara.

Mara saat ini berada di rumah Gilang untuk meminjam buku. Tidak ada siapa siapa di sini selain dirinya dan Gilang. Ayah pemuda itu sedang bekerja di luar kota sedangkan ibunya sedang liburan bersama teman - temannya. Pemuda jangkung berotak Einstein itu tidak memiliki saudara, ia anak tunggal.

Mara mengerutkan kening mendengar ucapan Gilang. Anak gendut yang ia tolong sewaktu SMP? Tentu Mara ingat anak itu. Tapi membandingkan anak itu dengan pemuda yang ada di video jelas jauh berbeda.

Dulu seingatnya anak itu pendek dan sangat gemuk. Berbeda jauh dengan pemuda yang ia rekam, tubuhnya tinggi atletis dengan rahang tegas membuatnya terlihat gagah.

"Gallenio?" Tanya Mara memastikan.

Gilang mengangguk, kini pemuda itu duduk di samping Mara memberikan hot chocholate buatannya pada gadis itu.

"Seinget gue dulu dia bahkan gak berani natap lawan bicaranya. Kenapa tu anak malah jadi tukang bully?" Tanya Mara penasaran.

Gilang mengangkat bahu tak tahu, "Dulu waktu lo pindah ke Amerika, gak lama kemudian dia juga pindah sekolah. Sejak itu gue gak pernah liat dia. Tau tau pas SMA kami satu sekolah lagi."

"Kenapa? Dia dibully habis habisan lagi?" Mara menyesap pelan hot chocolate nya.

"Katanya si ngikut bokap nya dinas ke Bali."

Mara mengangguk paham. Gilang memutar kursi Mara agar menghadap ke arahnya. Pemuda mencondongkan tubuhnya, menatap Mara dari dekat membuat Mara sedikit tersentak kaget.

"Apa?" Tanya gadis itu heran.

Gilang hanya menatap lurus wajah Mara. Dari kedua mata, hidung, lalu terakhir bibir pink alami gadis itu yang tidak tercoret pewarna apapun.

The Story Begins Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang