02

357 46 64
                                    

Setelah Perth mengetahui penyakit Saint, apa yang akan dilakukannya? Apakah akhirnya dia menyerah? Aku harap tidak ya...

Oke lanjut yuk... 😄😄😄

###

Saat jam istirahat Perth dan Mark sedang berada di depan kelas melihat keluar kelas.

"Huft..." Perth menghela nafas panjang.

"Ada apa? Apa terjadi sesuatu?" Tanya Mark yang berdiri disampingnya.

"Sepertinya kita ini masih sangatlah payah ya..?"

"Tentu saja, kita ini kan masih kelas dua SMA.." ucap Mark.

"Iya, itu benar juga sih.." Perth menyetujui ucapan Mark.

"Kalau sedang seperti ini, memang yang bisa dilakukan hanyalah mengeluh...

Pasti nanti kepikiran juga cara mengatasinya". Perth sepertinya kurang semangat hari ini

"Jika tidak ketemu juga, berarti itu batasanmu.. Perth"

"Kau ini, aku tidak mengerti maksud perkataanmu itu supaya menyemangatiku atau tidak..?"

"Aku memang tidak bermaksud menyemangatimu.."

"Bilang saja kau bermaksud menyemangatiku!"

"Aku bilang tidak.." Mark mencoba mengelak.

"Kau menyemangatiku..!?" Wajah Perth berharap.

"Tidak!" Jawab Mark datar.

Perhatian Perth teralihkan saat ia mendengar suara Saint, dia mendekat ke jendela dan melihat apa yang sedang Saint lakukan.

"... kalau tidak ada namanya.. nanti Pak guru jadi repot..." Saint menjelaskan kepada dua temannya.

Kali ini Saint diminta mengumpulkan buku lagi, seperti biasa dua temannya yang tidak menyukai sikap dinginnya menggerutu.

"Padahal tinggal bilang saja ini bukunya siapa..." ucap Bua sinis.

"Dasar tidak mau dengar perkataan orang lain ya.." ucap yang satunya namanya jenny.

"Itu pasti disengaja, dia tidak mau membantu.." mereka terlihat memang tidak suka dengan Saint, membuat Saint yang mendengarnya merasa sedih, namun tidak bisa berbuat apa-apa, dan memilih ke ruang guru untuk mengumpulkan buku-buku tugas itu.

Perth melihat semuanya, dia kecewa pada dirinya sendiri karena tidak bisa berbuat apapun, hanya diam memandang Saint dari kejauhan.

##

Saat pelajaran sastra klasik, Perth masih saja memperhatikan Saint dari mejanya. Dia terus berfikir bagaimana caranya membuat Saint bisa menjadi temannya dan tidak selalu sendirian.

Hari itu materi mereka tentang buku catatan harian tertua di Thailand, Perhatian Perth terbagi menjadi dua antara guru menjelaskan dan juga Saint. Saat guru menjelaskan tentang penemu buku catatan itu yang putrinya meninggal, Perth nampaknya tersentuh.

" Buku catatan harian ini adalah yang tertua di Thailand dan tertulis dalam kitab suci, berbentuk esai polos.

Serta hal ini memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan literatur perempuan.... dan penulis buku catatan harian itu..

...seraya mengingat kenangan akan putrinya yang telah meninggal.."

"Putrinya meninggal ya..?" gumam Perth.

"Menyedihkan sekali.." lanjutnya.

"Bagaimana anak-anak..? Supaya tidak melupakan kenangan berharga yang terjadi semasa anak-anak, kalian pasti pernah membuat buku catatan harian kan?" Tanya sang guru.

One Week Friends (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang