09.00 PM
Jiyeon baru saja menyikat giginya dan berniat pergi tidur secepatnya. Piyama kebesaran warna pink itu tampak lucu ketika Jiyeon memakainya. Gadis itu untuk beberapa saat cekikikan di depan kaca melihat betapa mengenaskannya piyama itu. Setelah puas mematut diri di depan cermin, gadis itu segera melompat ke tempat tidur yang panjangnya kini lebih pendek sejengkal dari panjang tubuhnya, sebagian kaki gadis itu harus melayang.
Ponsel di bawah bantal gadis itu bergetar, dengan cepat Jiyeon menyambarnya. Gadis itu berharap mendapat pesan dari oppanya setelah kejadian tadi siang. Tapi senyum berdebar yang sebelumnya terlihat kini justru mengendur dan keningnya berkerut heran.
"Apa ipodku sudah selesai dibetulkan?" gumamnya pelan.
Sudah jelas siapa yang mengirim pesan. Park Chanyeol. Dengan cepat Jiyeon membuka pesan dari namja itu.
Jiyeon-ssi. Sudah tidur?
Seperti itulah pesannya. Jiyeon mengangkat sebelah bibirnya, menampilkan sebuah smirk yang sulit diartikan. Gadis itu mengetikkan beberapa kata sebagai balasan untuk si pengirim.
Aku mana bisa tidur tanpa ipodku?
Gadis itu sengaja memancing namja yang sedang harap-harap cemas menunggu balasan pesannya itu, dia ingin ada yang menyanyikan lagu sebelum tidur. Seperti yang dilakukan namja itu kemarin. Begitu pesan itu terkirim, Jiyeon menutup wajahnya dengan bantal. Merasa malu pada dirinya sendiri, mengapa begitu menjijikkan meminta pria menyayikan lagu sebelum tidur, padahal pria ini belum dikenalnya secara dekat. Bahkan oppanya saja tidak pernah melakukan hal itu untuknya.
Mau kunyanyikan sebuah lagu?
Hati Jiyeon bersorak, wajahnya memerah. Gadis itu sedang merasa senang. Tiba-tiba hatinya merasa hangat, dan ini yang pertama. Pertama kali Jiyeon merasa hangat atas perlakuan namja, selain oppanya.
Lagu apa?
Jiyeon mengetikkannya cepat. Ingin segera mendapat balasan, gadis itu menyadari bahwa memang ada yang aneh dengan perasaannya. Bibirnya tidak berhenti tersenyum.
Park Chanyeol Calling
Jiyeon menggesek cepat layar ponselnya. Sambil bangkit dari posisi tidurannya, gadis itu menempelkan ponselnya di telinga.
"Halo," Jiyeon bersuara lebih dulu.
"Jiyeon-ssi,"
"Hmm," kali ini gadis itu hanya menggumam sambil menahan dirinya agar tidak terdengar sangat senang menerima telepon dari Chanyeol.
"Apakah kau baik-baik saja?"
Kening Jiyeon mengernyit heran. Pertanyaan macam apa yang dilontarkan namja di seberan telepon ini?
"Hmm," gadis itu akhirnya hanya memberikan gumaman lagi.
"Aku mendengar dari Chanhee bahwa..."
"Aku baik-baik saja, jangan khawatir." Jiyeon segera memotong kalimat Chanyeol sebelum namja itu bertanya macam-macam padanya.
"Aaa, syukurlah."
Chanyeol paham bahwa gadis yang dikaguminya itu sama sekali tidak ingin membahas masalahnya tadi siang. Chanyeol tersenyum di ujung telepon.
"Jiyeon-ssi, kau ingat buku not yang kau tanda tangani ketika kita pertama bertemu?"
Jiyeon mengangguk setelah beberapa saat terdiam karena mengingat-ingat. Gadis itu segera menyadari kebodohannya bahwa Chanyeol tentu saja tidak bisa melihatnya mengangguk.
YOU ARE READING
Half Moon Light
FanfictionPark Chanyeol bermimpi untuk bisa memacari atlet taekwondo nasional pujaannya, tanpa disangka dia dan si gadis petarung terus bertemu tanpa sengaja. "Kau bilang jika saat itu aku bertemu dengannya, itu adalah keberuntungan. Lalu jika hari ini aku be...