Chanyeol berjalan lesu menuju ruang kedisiplinan. Benar sekali, laki-laki itu terlambat. Insiden ipod itu membuatnya harus menemui Park Hyomin Songsaengnim, guru seksi tapi killer yang mengurusi masalah kedisiplinan di Gyeonggi Art Highschool.
"Anyeonghaseyo saem," sapanya lesu pada guru killer itu.
"Jadi Park Chanyeol terlambat lagi untuk yang ke..." Park Hyomin membuka sebuah buku pelanggaran.
"14?" lanjutnya lagi.
"Ne," jawab Chanyeol sekenanya.
"Seperti biasa kau bisa memilih satu hukuman untukmu sendiri." Park Hyomin tampak angkuh ketika mengucapkannya sambil menunjuk papan "100 hukuman" yang tergantung pada dinding putih ruang kedisiplinan sekolah itu.
Chanyeol mendongak, memandang nanar papan penghakiman itu.
"Nomor 14 saem," ujar Chanyeol dengan berat hati.
"Membantu bibi kantin untuk menyiapkan makan siang siswa Gyeonggi. Pilihan yang bagus, Park Chanyeol."
----------
Selama membantu bibi kantin, Chanyeol malah sibuk memikirkan ipod Jiyeon yang hancur itu. wajahnya bukan sedih, justru senang bukan main. Laki-laki itu jadi bersemangat menjalankan hukumannya sampai membuat bibi kantin heran melihat "asisten" dadakannya itu sangat bersemangat.
Ketika jam makan siang habis, Chanyeol kembali ke kelasnya dengan wajar sumringah. Chanhee yang juga sekelas dengan Chanyeol hanya menatapnya itu aneh.
"Sejak kapan kau suka dihukum Yeollie?" celetuk Chanhee tiba-tiba.
Chanyeol membuang mukanya, sudah ia tebak bahwa saudari kembarnya itu akan memberinya komentar pertama.
"Sejak hari ini," jawab namja itu cuek sambil menghempaskan tubuhnya di kursi sebelah Chanhee.
"Apa yang terjadi? Ceritakan! Kenapa kau seperti orang gila?" tanya Chanhee bertubi-tubi.
"Yaa! Bisakah kau bertanya satu-satu?" Park Chanyeol bertanya pada saudari kembarnya dengan gemas dan menghadiahi gadis itu dengan cubitan di pipinya.
"Oke, baiklah. Kau benar-benar melatihku untuk sabar. Pertanyaan pertama, apa yang membuatmu terlambat hari ini Park Chanyeol?" gadis itu bertanya seolah sedang melakukan wawancara di stasiun televisi.
Chanyeol melipat tangannya di depan dada. Bersikap cool seolah-olah dia adalah artis yang sedang diwawancarai.
"Aku bertemu dia lagi," jawab Chanyeol itu singkat disertai senyuman menerawang.
"Dia? Siapa?" Chanhee langsung bertanya tanpa menebak orang yang dimaksud Chanyeol.
"Park Jiyeon," jawab Chanyeol berseri-seri.
"Sekarang kau mengarang apa lagi?" Chanhee mulai putus asa dengan kelakuan Chanyeol.
"Sungguh, aku bertemu di halte tadi pagi. Aku tidak sengaja menabraknya, lalu ipodnya jatuh dan rusak."
"Lalu?"
"Lalu, dia marah padaku dan..."
"Dan?" Chanhee benar-benar tidak sabar.
"Dan dia meminta nomor ponselku." Tutup Chanyeol dengan senyum yang merekah.
Wajah Chanhee yang semula serius kini mengendur tak percaya. Gadis itu mengambil buku di depannya dan memukulkannya pada Chanyeol yang masih asik mengingat kejadian pagi itu.
"Bodoh!"
"Park Chanhee! Kau!" Chanyeol menatap saudaranya dengan kesal.
"Kau pikir aku akan percaya? Park Chanyeol kau benar-benar suka menghayal. Sebesar apa sih pesona gadis yang suka berkelahi itu buatmu, sampai kau tergila-gila begini?" Park Chanhee masih tidak percaya.

YOU ARE READING
Half Moon Light
Fiksi PenggemarPark Chanyeol bermimpi untuk bisa memacari atlet taekwondo nasional pujaannya, tanpa disangka dia dan si gadis petarung terus bertemu tanpa sengaja. "Kau bilang jika saat itu aku bertemu dengannya, itu adalah keberuntungan. Lalu jika hari ini aku be...