Matahari terbit beberapa jam lalu tapi sinarnya bahkan tak menjangkau perbukitan ini. Angin lembah sesekali terhembus diantara semak belukar. Kabut yang perlaham menghilang meninggalkan embun sayup di balik dedaunan.. Fika, Kuda kesayangan zemira itu tertidur pulas berkarpet rumput sedang pemiliknya masih sibuk menyusun batu dan kayu untuk membuat perapian.
Pucuk tangkai bunga Enchater's Nightshade yang di dapatkan Zemira setelah semalaman menyusuri pegunungan diikat menjadi satu. Percikan api meletup dan berterbangan sebelum akhirnya menghembuskan udara hangat dari kayu yang bergesek. Zemira menumpuk dedaunan kering diatas bara kayu. api mulai membara dan udarapun mulai menghangat.
Zemira memasukkan bunga Enchater's Nightshade yang telah terikat rapi kedalam tabung besi. Tabung itu memiliki penutup hingga tak ada satupun dapat keluar sekalipun udara. ia menggali lubang dan mengubur tabung itu bersama beberapa ubi dengan ditutupi daun daun berjalar yang basah lalu membenamkannya kembali dengan bara api.
Sembari menunggu Enchater's Nightshade mengering dengan baik, Zemira berjalan-jalan menyusuri padang rumput. Apabila dilihat sekilas, padang rumput ini seolah membeku. suhu dingin pegunungan mengkristalkan embun yang berada di pucuk rerumputan.
sekelompok gagak tampak mengelilingi sesuatu di ujung padang rumput. mereka tak bergerak atau memekik. hanya mengamati dalam diam sesuatu. penasaran, Zemira menghampirinya dengan sedikit harapan jika sesuatu itu ialah binatang sisa buruan serigala. Setidaknya kali ini ia tak hanya memakan ubi.
Tak ada bau busuk menyengat meski tempatnya berada sudah dekat dengan kumpulan gagak namun tak begitu dekat hingga Zemira dapat melihat apa yang di kelilingi para gagak. Gadis itu mengambil obor dari dalam tas dan menyalakannya. Di usir sekumpulan gagak itu dengan api obor. Zemira mengernyit saat mengetahui sesuatu yang di kerumuni burung pembawa sial itu.
"cih, daging manusia mana bisa dimakan?" keluh Zemira.
Pupus sudah harapannya makan daging gratis kali ini. Tak ada rusa atau babi. di hadapannya malah terbaring sosok pria yang tengah sekarat. Zemira mematikan obornya dan memeriksa apakah pria ini masih bisa di selamatkan atau tidak. Wajahnya begitu pucat sementara deru nafasnya seolah tak terdengar sebab begitu lemah. seluruh anggota tubuh pria itu masih utuh tanpa luka yang berarti.
"Jika begini, hanya ada satu alasan..."
keracunan
Zemira membenarkan posisi tubuh pria itu yang semula tengkurap menjadi telentang. dengan begitu, udara dapat masuk dengan lebih lancar dan mengurangi beban pada dadanya. Zemira mengeluarkan seluruh botol ekstaksi dari berbagai tanaman yang ia miliki. Pandangannya selalu berganti antara botol botol ekstasi dan pria itu. Zemira berfikir racikan macam apa yang sebaiknya ia berikan agar setidaknya pria itu dapat bertahan.
"Sebenarnya apa yang dia makan?" Zemira menarik ujung dagu pria itu lalu mencoba mencari bau atau rupa jejak yang tertinggal dari apa yang dimakannya.
Canadian Moonseed. Gumam Zemira dalam hati. Tanaman itu memang satu keluarga dengan buah berry yang biasa di petik penduduk daerah pegunungan. Buahnya memiliki warna biru dengan bentuk bulat dan bergerumul di satu tangkai, hampir menyerupai anggur pada umumnya. begitu seseorang mengonsumsi buah ini, ia akan segera mati keracunan jika tak segera ditangani dengan baik.
Zemira mengambil botol hitam diantara botol botol ekstaksi lainnya. ia meminumkan cairan hitam didalam botol pada pria itu. dalam beberapa saat, bibir biru pria itu mulai tergantikan warna peach cerah. Melihat obat itu bekerja dengan baik, zemira pun mengemas semuanya lalu kembali ke perapian dengan menggendong pria itu.
*
Dingin. Fulke dapat merasakan kakinya membeku dan perlahan hampir tak terasa lagi. Langit disini berwarna putih, tertutup awan hingga hangat mentari tak sampai di pelupuk tanah. bau bara terbakar menggelitik hidungnya. ia ingin bangkit namun tubuhnya terasa lemas tanpa tenaga.
"Kkngh.." Fulke bangun dan duduk dengan susah payah. Tak jauh darinya, seekor kuda hitam gagah berdiri. Bulu yang mengkilat serta otot gaharnya mengisyaratkan bahwa ia terpelihara dengan baik.
"Sudah bangun? Makan ini, perutmu tak boleh dibiarkan kosong di cuaca dingin seperti ini" Seorang perempuan menghampiri dan memberikannya semangkuk sup yang mengepul.
Fulke menerimanya dengan kaku. ia tak mengerti dengan situasi ini karena tak seharusnya ada orang lain selain dia di pelantaran pegunungan sepi ini. hampir setiap kaki tangannya telah memblokir jalan masuk kemari. "Kamu siapa? bagaimana-"
"bisa sampai disini padahal seluruh jalur masuk pegunungan telah dijaga ketat?" Sahut perempuan itu. Ia melepaskan kuciran yang mengikat surai hitamnya menjadi satu. "Aku memiliki jalan lain kemari"
"oh.." Fulke mulai memakan sup sebelum mendingin. Tanpa disadari ia menandaskannya dengan cukup cepat. mungkin karena cuaca dinginnya, pikir pria itu.
perempuan di hadapan fulke begitu cekatan mematikan perapian dan merapihkan semuanya. bahu nya yang begitu tegap tak menampakkan ciri perempuan sama sekali jika di lihat dari belakang. namun helai rambut hitam gelamnya memberikan essense anggun yang sedikit meruntuhkan maskulinitasnya.
"Fulke, itu namaku" suara fulke menginterupsi kegiatan perempuan itu. ia meletakkan seluruh barang lalu berbalik menatap fulke. "Te-terimakasih sudah menyelamatkanku" ditatap sedemikian rupa membuat pria itu seketika gugup.
"Kau sedang beruntung, itu saja" Perempuan itu kembali berbalik dan memasukkan barang kedalam pelana. "Tak perlu berterimakasih."
Fulke terdiam. ia tak tahu harus mengatakan apa di situasi seperti ini. Meski dingin, angin menari dengan lembut di dataran ini. disini, waktu seolah berhenti. ternyata dunia dapat terasa sedamai ini, gumamnya.
sesuatu yang dingin dan halus menyentuh lalu menepuk pipi Fulke. "oi! bangun" suara itu bagai menuangkan air di atas bara. membangunkannya yang hampir terlelap.
"Sepertinya, aku hampir tertidur"
"Kau bisa berdiri? kita harus menuruni gunung sebelum malam datang"
Fulke mengangguk. ia mencoba berdiri namun mengangkat tubuh saja terasa sudah menghabiskan seluruh energi. jika saja tak ada perempuan itu yang sigap menyangga tubuhnya, mungkin ia kini tergelatak di atas tanah begitu saja.
"Maaf" ucap perempuan itu sebelum ia menggendong fulke di depan selayaknya pengantin wanita. Wajah fulke memerah. harga dirinya sebagai seorang lelaki retak walau begitu ia tidak dalam posisi bisa protes sebab keadaan tubuhnya sungguh tak berdaya.
"tidak masalah. aku justru telah begitu banyak merepotkanmu, errh-"
"Zemyr atau Zemira. kau bisa memanggilku dengan nama itu" fulke dinaikkan keatas kuda sebelum akhirnya perempuan itu ikut naik dan memacu kuda, meninggalkan padang rumput ini kembali menyepi.
Di suatu masa, pertemuan membawa kita pergi dalam perjalan atau melangkah menuju kata pulang
Enchater's Nightshade : adalah tanaman dalam keluarga evening primrose, Onagraceae. Nama genus berasal dari Circe enchantress dari mitologi Yunani dan sebutan khusus berasal dari Lutetia, nama Latin untuk Paris, yang kadang-kadang disebut sebagai "Kota Penyihir".
Canadian Moonseed : tanaman yang termasuk kedalam wild berry. memiliki rupa yang amat mirip dengan anggur atau blueberry dan termasuk salah satu tanaman yang sangat beracun.
---------------------------------------------------------------------
Selamat malam. kisah ini telah saya pikirkan sejak tahun lalu namun baru terealisasi dengan apik tahun ini. semoga kalian dapat menikmatinya. Terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
APAIXONAR
Fantasíayang diinginkan zemira hanyalah menemukan keradaan sang ayah juga alasan kematian ibunya yang aneh. ia melakukan perjalanan mengelilingi Scintilla, benua tempat ia hidup. tapi siapa sangka pencarian itu malah memaksa zemira untuk membuka hal yang se...