REALLY DIFFERENT

573 31 9
                                    

Hai Taeriners!!

Tetap jaga kesehatan ya guys! Dirumah aja jangan keluar kalo ga ada kepentingan mendadak. Selalu cuci tangan ya ^_^ dikarenakan sekarang handsanitizer lagi mahal banget dan susah dicari.

Stay safe everyone <3
.
.
Happy reading!!!
.
.


Taehyung menghela napas, mengingat tentang apa yang diucapkannya kemarin benar-benar membuat dirinya tidak bisa duduk tenang dimeja kerjanya.

Ada apa dengan hatinya saat ini? Kenapa Taehyung seperti merasa bersalah. Hatinya benar-benar tidak tenang sekarang.
"Dan sekarang aku aman, aku memiliki oppa. Orang yang aku percaya untuk selalu melindungiku. Aku yakin oppa takkan pernah menyakitiku bahkan meninggalkanku kan."

Perkataan Hyerin terus menggema diindra pendengarannya. Menyerah dengan pikirannya sekarang. Berakhir dengan Taehyung yang sekarang menempelkan kening kepalanya diatas meja disusul dengan mata yang ikut memejam, berniat untuk merefreskan pikirannya.

"Hyung?" Baru saja Taehyung memejamkan mata. Tiba-tiba Sungjae datang tanpa mengetuk pintu dahulu. Catat, Taehyung paling tidak suka itu.

"Tidak bisakah kau mengetuk pintu dahulu? Bukankah sudah kubilang aku tidak menyukai itu." Ucap Taehyung masih dengan posisi yang sama.

"Junghyun ingin menemuimu hyung!" Dengan cepat Taehyung menegakkan kepalanya. Ia abaikan rasa pusingnya tadi berganti dengan rasa berdebar yang begitu luar biasa. Raganya mendadak menegang seperti susah digerakkan.

Ada apa lelaki itu kemari, ini masih berjalan satu bulan. Apa persyaratannya diubah? Segala pertanyaan terus muncul dalam pikirannya.

"Suruh dia masuk." Sungjae membalas dengan anggukan sebagai jawabannya lalu pergi meninggalkan Taehyung diruangannya.

Pintu ruangan itu terbuka, menampakkan sesosok pria yang tidak terlalu tua tapi masih berada tujuh tahun diatas Taehyung.

"Taehyung-ssi. Bagaimana kabarmu?" Junghyun berjalan kearah sofa kemudian duduk dengan meletakkan kaki diatas meja. Tidak sopan sekali.

Taehyung masih tetap diam dan tidak merubah posisinya. Ia buka lebar-lebar telinganya agar bisa mendengar dengan jelas apa yang mau Junghyun bicarakan.

"Apa kau tidak ingin bertanya apa maksud dari kedatanganku kemari?" Junghyun tersenyum. Senyum seperti meremehkan lawan yang akan kalah nantinya. Tangannya bergerak mengambil salah satu kaleng berisi minuman yang ada diatas meja. Yang memang itu selalu ada disana untuk disediakan jika ada tamu yang datang.

Taehyung memejamkan mata sejenak, berusaha untuk menahan debaran jantungnya saat ini. Pasti tentang syarat masuk kelompok itu bukan. Apalagi keperluannya kalau bukan itu.
"Aku mempersingkat waktumu menjadi empat bulan." Ucapnya langsung tanpa basa-basi.

Taehyung melongo, dirinya terdiam seolah sedang memproses kalimat itu kedalam pikirannya. Ia membuang napas pelan.
"Bukankah dalam perjanjian itu adalah enam bulan. Kenapa kau jadi mempersingkat waktunya. Sedangkan yang lain tetap." Ucapnya dengan tenang tapi tersirat ketidak setujuan disana.
"Kenapa? Kau mulai menyukainya bukan?"
"Tidak." Sela Taehyung

"Benarkah?" Junghyun bangkit dari duduknya mendekati Taehyung. Tangannya yang masih setia memegang kaleng minuman itu. Dirinya berdiri dihadapan Taehyung. Memandang lekat iris mata yang bisa ia lihat bahwa Taehyung mengelak semua perkataannya barusan.

"Kau tidak pandai dalam hal berbohong Taehyung-ssi." Ucap Junghyun kemudian meneguk minumnya.

"Aku memang tidak berbohong." Taehyung memalingkan wajahnya kearah yang lain agar Junghyun tidak bisa melihat matanya yang sudah akan berkaca-kaca.

"Baiklah kalau begitu. Empat bulan kurasa cukup." Setelah mengatakan itu Junghyung meletakkan kalengnya didekat Taehyung. Menatap Taehyung lekat. "Aku harap kau bisa memegang janjimu."Junghyun pergi setelah mengatakan itu. Bayangannya lenyap bersamaan dengan pintu yang tertutup rapat. Taehyung menghela napas kasar. Dirinya benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukannya saat ini. Pikirannya hanya dipenuhi oleh rentetan kata yang diucapkan Junghyun beberapa menit yang lalu.

Lima jarinya yang ia tenggerkan disamping ujung alis dan keningnya telah siap dari tadi untuk memberikan pijatan kecil pada kepalanya yang terasa pusing. Otaknya terus berpikir keras bagaimana cara agar hati dan pikirannya sinkron dengan tujuan awalya menikahi Hyerin. Yaitu hanya untuk proyeknya ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WHY WE?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang