Pangeran Tiga Detik

43 3 1
                                    

Alvian memasuki ruang kelasnya dan menaruh tumpukan buku yang ia bawa di meja guru, kemudian kembali ke tempat duduknya untuk menunggu buku tugas Fisikanya selesai di nilai oleh Bu Ema, seperti teman satu kelasnya yang lain.

"Aileen Bobby, kok buku tugas kamu tidak ada?" tanya Bu Ema.

"Hah, masa sih, Bu. Saya ngumpulin kok, suer tak kewer-kewer deh, Bu." ucap Bobby mengangkat kedua jari telunjuk dan tengahnya meyakinkan.

Jawaban Bobby membuat teman-temannya tertawa. Kelas yang awalnya sepi, kini pecah karena ulah recehnya.

"Alvian, kamu sudah cek di meja saya tidak ada yang tertinggal?" kini Bu Ema bertanya kepada Alvian yang mengambil buku teman-temannya di ruang guru.

"Tidak kok Bu, cuma tadi di jalan ada anak IPS yang lagi dihukum di lapangan minjem bukunya Bobby." jelas Alvian jujur.

Bobby terdiam sebentar, kemudian tersadar sesuatu.

"Kalo gitu, saya ambil buku saya sebentar ya, Bu." pamit Bobby segera bergegas ke lapangan.

Bu Ema menggelengkan kepalanya, dasar anak muda zaman now!

Sesampainya di lapangan, Bobby tersenyum kecil saat melihat Aleta mengibas-ngibaskan buku miliknya pada wajahnya, mulutnya juga tidak bisa diam, dia terus mengoceh mengeluarkan kekesalannya. Aleta tidak tahu, Bobby sedang memperhatikannya tepat di belakangnya.

"Kenapa sih, hari ini gue kena sial mulu. Itu lagi! Pak Eki kapan kelarnya sih, gila. Lama-lama gue gosong kalo di jemur gini. Ish sebel gue!"

"Ekhm!" Bobby sengaja berdehem untuk mengerjai Aleta.

Aleta menegang, 'Sial, jangan-jangan. Pak Eki lagi? Ah ... Mampus gue!' batinnya.

"Pak ... Bobby!" Aleta berbalik dan mendapati bahwa di belakangnya adalah Bobby, bukan pak Eki. "sialan, lo!" lanjutnya sambil meninju dada Bobby.

"Sakit, By!" ucap Bobby sambil menahan tangan Aleta.

"Rasain! Suruh siapa ngerjain gue?"

"Ya maaf, By. Lo mau gue bantuin gak?"

"Bantuin gimana?"

Bobby membisikan sesuatu pada Aleta, lalu setelah selesai, dia pergi entah ke mana.

Sudah tiga puluh menit Aleta menjalankan hukumannya dengan baik, dan matahari semakin menyengat tubuhnya. Walaupun Aleta terkenal karena julukan queen of play girl, tapi dia tidak pernah melawan ataupun membantah perintah guru. Aleta juga termasuk siswi yang rajin, dia selalu masuk peringkat tiga besar selama SMA, dia tidak pernah masuk ke peringkat pertama karena selalu satu kelas dengan Rosa yang lebih pintar darinya. Kelemahannya hanya dalam hal menghitung, sedangkan Rosa? Dia sangat berbakat dalam hal apapun.

Walaupun Aleta tidak pernah membantah, tapi banyak yang berusaha bernegosiasi dengan guru jika Aleta terkena masalah. Ya, itulah kelebihan Aleta, tidak usah minta tolong pun sudah banyak yang rela membantunya.

Semakin lama Aleta berdiri, kakinya sudah tidak seimbang untuk menahan tubuhnya yang sudah mulai goyah. Aleta merasa lemas, kepalanya mulai pusing dan pandangannya mulai berkunang-kunang.

"Duh, gue kenapa sih lemah banget gini!" gumamnya merutuki dirinya sendiri.

Aleta semakin memaksakan diri dan pusing di kepalanya mulai menjadi. Kemudian pandangannya mulai mengabur, dan ... Aleta tergletak tidak sadarkan diri.

"ALETA!"

¤¤¤

Setelah kejadian menghebohkan yang baru saja terjadi karena Aleta pingsan. Kini dia sedang berada di ruang UKS ditemani oleh Rosa dan Bobby.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LETAVIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang